"Menikah?" Beomgyu masih setengah tak percaya saat menemukan jari manis tangan kirinya terlingkari oleh sebuah cincin, Yeonjun melamarnya terhitung tiga hari yang lalu. Beomgyu tinggal di apartemen Yeonjun setelah adik dan ayahnya pulang lebih dulu karena Taehyun harus bersekolah.
Sedikit membosankan karena Yeonjun sudah pergi sejak pagi untuk mengurusi pekerjaan yang akan dia tinggal dan juga beberapa urusan dengan kampusnya.
Beomgyu tak suka pergi kemana-mana karena udara dingin menusuk tulang. Pertengahan Februari dan salju masih setia turun pada hari-hari Beomgyu di Seoul.Suara pintu yang terbuka membuat Beomgyu beranjak dari acara membaca bukunya. Dia menemukan Yeonjun sudah melepas mantel dan mengembangkan senyum pada pria mungil yang mungkin sudah bosan karena dia tinggal sejak pagi mengingat hari sudah beranjak sore.
"Selamat datang."
"Maaf lama, tadi makan siang gak? aku agak sibuk jadi gak telfon kamu," Yeonjun memilih untuk mencuci tangan dengan Beomgyu yang mengikuti di belakangnya.
"Aku gak laper, tadi pagi kan makan banyak."
"Aku mandi bentar, abis itu kita pergi makan ya. Lima menit."
"Gak usah, kakak mau makan apa? kita makan di rumah aja. Lagi pula ini masih jam enam kan," Yeonjun pasti sudah lelah seharian dan Beomgyu memahami itu.
"Kita delivery aja kalo gitu," Yeonjun tahu Beomgyu masih sungkan padanya. Mungkin seharusnya dia tak menahan Beomgyu untuk tetap tinggal di Seoul lebih lama.
.
.
."Kak katanya cuma beli makanan kenapa ada boneka, bunga sama cupcake juga," Beomgyu menerima 4 kali kiriman barang dalam 20 menit terakhir saat Yeonjun sedang membersihkan dirinya dan meminta Beomgyu untuk menunggu paket makanannya datang.
"Gak salah kirim? aku beli ayam goreng aja padahal."
"Mana mungkin, ada ucapan happy valentine di kartu bunganya. Padahal gak usah," Beomgyu menghamburkan dirinya pada yang lebih tua, jujur baru kali ini Beomgyu tahu bagaimana rasanya Valentine day itu seperti apa. Sebuah boneka Beruang, cupcake dan Mawar putih yang tertata rapi mengingatkannya pada situasi saat Yeonjun menyatakan perasaan pada Beomgyu, rasanya baru kemarin terasa singkat juga terasa lama kalau di fikirkan.
"Selamat hari 14 Februari Beomgyu-ku, " Yeonjun mengayun si lelaki mungil dalam pelukan, sebut ini juga kali pertama Yeonjun merayakan hari kasih sayang. Ide mendadak karena Yeonjun tak sempat membeli apa-apa sebelum pulang bekerja dengan terburu-buru.
"Kamu selalu bilang gak usah, udah ku bilangkan jangan sungkan."
"Maaf."
"Kamu gak salah, jangan minta maaf."
"Terus aku harus gimana?" suara Beomgyu teredam di balik pelukan yang lebih tua.
"Cukup terima apa yang ku kasih ke kamu, perhatian atau apapun. Milikku juga milikmu sayang, kamu juga banyak pikiran akhir-akhir ini. Kamu kadang senyum tapi keliatan sedih di mata aku."
"Aku cuma belum terbiasa aja kak, aku laper kita makan dulu yuk."
Lagi, Beomgyu tak ingin memperpanjang hal yang sebenarnya bukan masalah besar. Dia hanya perlu membuat segalanya lebih mudah untuk di jalani. Menemukan Yeonjun dan keluarga yang hangat sudah sangat cukup bagi Beomgyu.
.
.
.Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat Beomgyu meraih cupcake rasa stroberi dan memakannya dengan perlahan, mereka sudah selesai makan malam dua jam lalu dan sedang duduk bersantai di sofa apartemennya.
"Kak Yeon mau? nanti aku ambilin di dapur," Beomgyu menemukan Yeonjun yang hanya menatapnya tanpa kedip, dia tidak tahu apa yang sedang di pikirkan sang kekasih.
"Gak, aku udah kenyang liat kamu yang manis lagi makan cupcake yang manis juga. Aduh.. bisa-bisa aku diabetes," Yeonjun mengusap ujung bibir Beomgyu yang ternoda selai stroberi. Jaket bulu yang kebesaran membuat Beomgyu benar-benar manis, seperti bayi beruang yang mungkin akan sangat hangat kalau di peluk.
"Aku gak manis kok," Beomgyu memasukkan potongan besar cupcake nya ke dalam mulut dan pipi yang menggembung membuatnya semakin imut di mata Yeonjun.
"Aku suka kamu yang kaya gini," Yeonjun meraup pipi Beomgyu yang sudah selesai mengunyah dengan kedua telapak tangannya. Wajah mungil dengan pipi memerah karena suhu dingin membuat si mungil jauh lebih cantik dari biasanya.
Beomgyu menutup mata saat Yeonjun lebih mendekat, mengecup lembut bibirnya lama, lidah Yeonjun mengetuk pelan agar yang lebih muda mau mempersilahkannya untuk masuk lebih dalam.
Mereka berciuman lebih lama, mungkin akan menjadi durasi yang lebih panjang saat Yeonjun menurunkan zipper jaket milik yang lebih muda. Meraba kulit hangat yang terasa di jari-jarinya, Beomgyu tak menolak saat Yeonjun dengan lembut menggendongnya tanpa melepas ciuman mereka.
Beomgyu indah seperti bunga, sudah berapa kali Yeonjun memuja Beomgyu malam itu.
Ini kali pertama mereka melangkah terlalu jauh.
Yeonjun yang menenangkan Beomgyu saat rasa perih itu terasa untuk pertama kalinya.
Yeonjun tahu perbuatannya sudah melewati batas, tapi di bandingkan hanya memuaskan hawa nafsu ada hal yang lebih penting dari pada itu, sebuah tanggung jawab yang harus Yeonjun sanggupi untuk Beomgyu yang sudah menyerahkan segalanya untuk Yeonjun..
.
.
."Tidur nyenyak sayang," Yeonjun menaikan selimut sampai batas dagu pada Beomgyu, mereka sudah membersihkan diri singkat setelah pergumulan mereka beberapa saat lalu. Yeonjun memeluk erat Beomgyu dan memberi banyak kecupan pada puncak kepala yang harum shampoo setelah keramas tadi.
"Kakak gak akan pergi kemana-mana kan?"
"Enggak, emangnya aku mau kemana. Lagi pula aku udah punya rumah yang nyaman."
"Rumah?"
"Ya, rumahku. Choi Beomgyu."
___
Hello akhirnya part2 sebelumnya udh di perbaiki semua
Aku tinggal bikin 2 chapter lagi ya
Akhir bulan ini harusnya selesai 🤧See you~
Tata🐧