Tay melangkah bolak-balik di kantornya. Memikirkan perkataan Pluem yang menjadi satu-satunya petunjuk. Kemana New setelah ia datang ke rumah sakit? Ia bahkan tidak membawa apapun dari rumahnya. Tidak mungkin jika New keluar negeri tanpa melewati bagian imigrasi. Tay sudah mengeceknya dua kali tadi pagi. Tidak ada satupun nama New Thitipoom terlihat memiliki perjalanan ke luar negeri dua tahun terakhir. Artinya ia masih ada di Bangkok, atau paling tidak di pelosok Thailand raya.
"Kasus mendadak ini membuatku sakit kepala."
Tay berputar, bangun dari lamunannya di meja kantor. Off baru saja masuk tanpa mengetuk. "Apa yang di lakukan anak remaja jaman sekarang sudah keterlaluan. Balapan liar jelas melanggar peraturan. Susah sekali diatur."
Tay bangun dari duduknya, membereskan beberapa file yang telah ia kerjakan ke dalam lemari dan menguncinya.
"Omong-omong bagaimana? Apakah ada petunjuk keberadaan New?"
Tay menggeleng.
"Ya, memang mencari orang hilang bukanlah perkara mudah. Tidak bisa di lakukan dalam satu atau dua hari." Off merengut. Tahu bahwa sahabatnya sedang kebingungan.
"New ternyata cukup menyediri selama ini. Ia berhenti bekerja sudah lama. Tidak ada yang bisa kita tanyai selain Pluem saat ini. Juga Hidupnya yang di habiskan di rumah sakit." Ujar Tay.
"Rumah sakit? New sakit apa?" kedua alis Off melompat ke atas.
Tay menggeleng. "Bukan New. tapi ayahnya. Ia hilang setelah ayahnya meninggal."
"Kalau begitu bisa saja New memang kabur untuk menenangkan diri. Ia tidak punya tujuan kan?" Tay tersenyum lembut. Diam-diam ia mengamin apa yang di katakan Off.
"Meski begitu Tay, jika kamu membutuhkan sesuatu katakan saja padaku. Aku akan membantumu."
"Terima kasih Off." Tay lagi-lagi tersenyum tapi entah kenapa hatinya merasa gelisah.
Mereka meninggalkan kantor bersama-sama.
.
.
Tay menatap rumahnya yang berantakan. Beberapa kardus masih tertutup rapat belum sempat ia bongkar. Saat malam hari dari tempatnya berdiri, Tay bisa melihat lampu-lampu kota Bangkok yang berkilau memanjat langit.
Kepalanya menggeleng pelan, ada banyak pekerjaan ketimbang hanya menatap kardus kardus itu bergantian.
Namun hatinya mencelos saat mendengar bel rumahnya berbunyi. Hanya Off yang tahu alamatnya saat ini, dan Off tidak akan repot-repot membunyikan bel. Ia bahkan tahu Password pintu Tay.
"Laundry?" tapi seingatnya ia tidak lagi menggunakan jasa binatu itu sejak membeli mesin cucinya sendiri.
"Pluem?" bisiknya di antara rongga gigi.
Pemuda itu mengangguk ragu-ragu.
"Bagaimana kamu bisa— ah bukan, darimana kamu tahu alamatku?"
"Mungkin kamu lupa jika kamu meninggalkan tanda pengenal firma hukummu di meja dapurku. Aku bertanya pada firma hukummu bahwa aku memiliki urusan penting dengan Tuan Tay Tawan Vihokratana mengenai New Thitipoom."
Tay menelan ludahnya ketika godaan untuk bertanya bagaimana ia meninggalkan tanda pengenalnya jika ia saja tidak ingat mengeluarkannya dari saku. Terjatuh?
"Masuklah."
Tay menggiringnya pada sofa putih panjang.
"Mau minum apa?"
"Tidak terima kasih."
Sebenarnya Tay bersyukur karena ia tidak memiliki apapun untuk di suguhkan. Semua masih tersimpan baik dalam kardus pindahannya.
Pluem membawa sebuah amplop kecoklatan, disimpan dalam pangkuannya. "Sebelumnya aku minta maaf jika sikap ku kemarin tidak terbuka untukmu." Ujar Pluem.
"Aku masih bingung dan curiga kenapa kasus dua tahun lalu kembali dibuka tanpa ada alasan yang kuat. Semalaman aku berpikir surat penting apa yang melibatkan New di masa lalu."
Pluem menyerahkan amplop itu pada Tay. Tay menatap isinya yang ternyata adalah foto New.
"Itu adalah foto terakhir New. Untuk menemukannya kamu harus tahu jelas bagaimana wajahnya, kan?"
Itu adalah potret sederhana dari pemuda bernama New Thitipoom. Dia tidak banyak tersenyum, wajahnya Nampak lelah namun bisa dengan jelas dilihat jika New adalah pekerja keras.
"Ya tentu saja." Tay tidak tahu harus bilang apa.
"New adalah satu-satunya keluarga yang ku punya saat ini. Ayahku sudah tidak tinggal bersama ku sejak lama. Pamanku, ayahnya New pun sudah pergi jauh. Kini hanya ada New."
Tay menatap lagi pada foto New. begitu juga Pluem yang menatap foto dengan ekspresi termenung.
"New tidak memiliki ibu."
Tay menoleh, cukup terkejut namun kembali menyimak perkataan Pluem dengan baik. "New berhenti kerja sejak ayahnya sakit kanker dan harus di rawat di rumah sakit. New hanya mengenal ayahnya sejak kecil. Ia sangat kehilangan ketika ayahnya meninggal, seminggu sebelum hari ulang tahunnya. Aku pun merasakan hal yang sama, ayah ibuku bercerai ketika aku masih kecil. New sudah menjadi sosok kakak ketimbang sepupu."
Tay menatap Pluem cukup lama hingga ia menyadarai jika kesedihan menggarisi wajahnya, lingkaran hitam yang tak begitu pada pertemuan pertama kentara kini terlihat.
"Dan kenapa kamu menceritakan hal ini padaku?" Tay tertarik.
"Aku benar-benar gembira ketika mengetahui jika kasus New kembali di buka. Aku sempat berharap jika kalian benar-benar akan menemukannya. Membuatnya pulang. Namun surat penting yang kamu katakan membuatku ragu. Jika kalian mencarinya hanya karena kebutuhan tertentu menyangkut urusan firma hukum. Tapi New sudah hilang sejak dua tahun lamanya, ini terlihat seperti kesempatan terakhir kalian akan mencarinya. Lantas apakah aku akan melepaskan kesempatan ini hanya karena alasan-alasan yang tidak ku ketahui?"
Tay merasa ada yang menonjok dadanya. Meski Pluem berkata dengan wajah yang kalem, Tay yakin ada rasa kecewa mendalam di balik tatapan bak danau yang dalam itu.
"Aku tidak mempermasalahkan alasan apa yang membuat kasus ini dibuka. Aku hanya ingin, kamu menemukan New, tidak peduli niat awalnya bagaimana. Aku akan memberi informasi apapun yang diperlukan. "
"Aku janji,"
Sebenarnya Tay ragu, namun Pluem sudah jauh datang kemari dan menceritakan dengan jujur.
"Aku benar-benar akan berusaha."
Pluem tidak mengatakan apapun lagi, ia berdiri dengan menyerahkan foto New dan kartu namanya. "Mohon hubungi aku untuk kelanjutan kasusnya. Untuk foto itu... kamu bisa menyimpannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Bout You
FanfictionTay Tawan bekerja sebagai pengacara di sebuah firma hukum Bangkok, Thailand. kliennya kali ini mewariskan hartanya pada seorang pemuda bernama New Thitipoom. Tapi ini 'situasi khusus' karena New Thitipoom dinyatakan sebagai orang hilang sejak dua ta...