11

613 70 3
                                    

Tay berdiri dan berjalan menuju pintu geser, menariknya terbuka dan melangkah ke balkon. Entah bagaimana, rumah terasa menyesakkan, bagai mencekiknya. Di luar, udaranya kering dan Tay bergidik.

Dan malam itu dia tidak bermimpi.

Kamu ingat saat kita masih tiga belas tahun? Mari kembali ke masa itu.

Rasa perih yang familiar mengendap dalam hati Tay. dia sangat mengenal perasaan nostalgianya dulu.

Apakah yang dimaksudnya adalah 'pulang' secara harfiah?

Tay berhenti. Dikejauhan dia masih dapat mendengar suara siulan, lebih dekat padanya, terdengar suara ombak menabrak bebatuan.

Tay menatap langit seolah dia bakal melihat meteor jatuh. Dia menghirup napas lalu bangkit berdiam sejenak lagi untuk menenangkan diri. Kemudian berjalan menuju ranjangnya. dia dapat melihat garis samar seseorang tengah duduk di pinggir ranjang. Berhenti sejenak sebelum masuk dan menutup pintu.

Apakah kita makin dekat, atau malah makin tersesat?

sedikit banyak Tay berharap New akan datang dan mengatakan padanya apa alasannya pergi.

Tangan Tay terangkat, membongkar isi lacinya sejak kepindahan. Tak ada sesuatu yang menarik bagi Tay. sebelum akhirnya ia menarik simpul kecil, yang membuka kotak lain di dalamnya.

Matanya hampir melotot lebar begitu sebuah buku muncul. Seingatnya ia tidak membawa novel apapun kerumah barunya. Detik berikutnya ia ingat. Tampaknya ini adalah buku New Thitipoom yang tertinggal tidak sempat masuk ke dalam kardus barang milik New beberapa bulan lalu.

Rindu.

Judul novelnya. Sesaat matanya terpejam dan bayangan itu melintas. Bayangan akan New Thitipoom.

Tay duduk di pinggir ranjangnya. Membaca kembali buku yang telah terbuka di tangannya, saat itu ia baru mencapai prolog. Hatinya sudah sedih.

Lagipula, Tay ingin tahu mengapa New masih menyimpan buku ini di antara sekian banyak buku yang pernah Tay lihat di kamar Chiangmainya.

Sensasi berputar yang familiar mengenainya dan dia langsung tahu bahwa ia masuk dalam cerita. Mengenai seorang remaja bernama Teh yang kerap bermain bersama teman-temannya di pantai. Teh menghabiskan waktunya dengan menyusuri pantai, memandang pasir kecoklatan, juga es kelapa muda. Tiada hari tanpa kenangan tentang pantai. Hingga akhirnya Teh menemukan cinta pertamanya di pantai. Kasih satu-satunya yang membuatnya makin mencintai pantai.

Tay tersenyum saat mencapai akhir halaman. Begitu sadar, ia sudah rebahan di atas ranjangnya. Jam pun sudah menunjukkan dua dini hari. Ia kemudian menutup buku tersebut, akan ia kembalikan esok hari pada Pluem.

Sayangnya, sebuah kertas jatuh bersamaan dengan Tay yang berusaha meletakkan buku itu di atas laci. Rupanya masih ada kejutan di akhir halaman setelah epilog.

Sebuah pembatas buku.

Ia membaliknya. Dan menemukan namanya tertulis di sana. Kali ini bukan di tulis oleh New, karena ia yakin dan ingat sekali jika itu adalah tulisan tangannya di masa kecil.

'jika buku ini hilang, kembalikan kepada Tay Tawan 22061991 Suankularb Wittayalai School'

Tay tercekat dengan suaranya yang tertahan di tenggorokan berkat ekspresi terkejut di wajahnya yang menjamin. Tay mengerutkan kening. Buku ini adalah miliknya? Ataukah benar jika barang yang hendak di kembalikan New adalah buku ini?

Lantas, kapan Tay menyerahkan buku ini pada New? apakah tiga belas tahun itu?

.

.

Memories Bout YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang