13

613 72 8
                                    

Lalu pada hari kedua di bulan Mei, Nanon memberikan file yang dimintanya.

Data Kepolisian Mayat tak teridentifikasi

Filenya cukup tipis, Tay tebak hanya ada sekitar lima belas kasus. Dia mengesampingkan tiga belas kasus pertama. Tubuh yang ditemukan semuanya sebelum tahun 2019. Kasus keempat belas tak lebih dari separo tulang rahang yang ditemukan di pantai Karon. Lalu kasus terakhir didaftaran sebagai laki-laki berusia sekitar 20-30 tahun, warna rambut gelap dan warna mata brown. Ditemukan pada tanggal 16 Februari 2019.

Tubuhnya sudah membengkak diperkirakan telah berada di dalam air selama dua minggu.

Tay menatap halaman itu untuk waktu yang lama.

Tay menjauhkan file itu dari meja kerjanya. Ia mengurut pepilis matanya pelan. Kata-kata dari dalam file itu menetes bagaikan hujan. Dia tak bisa fokus lagi. Dia membaca kasus ke lima belas lagi dan lagi.

Terdampar di pantai Karon.

16 Februari 2019.

Off masuk tanpa ketukan.

Ia bisa melihat wajah Tay yang tertekuk. "Apa yang kamu temukan?" Tanya Off sambil menyerahkan minuman pada Tay.

"Aku tidak tahu." Tay mendorong file pada Off, membukanya pada halaman kasus ke lima belas.

Kantor hening ketika Off membaca kasusnya dengan cepat. Mereka telah melakukan ini ribuan kali, tapi kali ini... Tay tak bisa memikirkan apa yang harus dikatakan untuk waktu yang lama.

"Laki-laki, umur dua puluh enam ketika menghilang. Ditemukan di pesisir pantai Karon 16 Februari, kira-kira dua minggu setelah mengapung di air." Setelah jeda panjang, dia menambahkan, "dan New menghilang pada 29 Januari 2019."

"kemungkinan besar cocok."

Tay mengangguk bisu.

"Kamu tampak sakit?" Tanya Off.

"Tidak. Aku... baik-baik saja." Kata Tay mengeratkan tangannya yang gemetar di atas file.

"Aku akan meminta Nanon mengakses sisa mayatnya kalau begitu." Off berhenti sejenak, menatap pada Tay yang menunduk. "Kemungkinan besar sekarang sudah di kremasi. Aku dan Nanon akan ke kantor perhubungan mengambil sampel DNAnya." Dia menepuk lengan terpilat Tay di atas meja. "Hubungi aku bila kamu sudah baikan."

Tay mengangguk dan Off pergi.

.

.

.

Rasanya aneh duduk sendirian dalam rumah yang begitu besar. Berjalan-jalan di sepanjang jalan raya Bangkok tidak membuat Tay merasa ramai. Ia kesepian.

Lampu kerlap-kelip diatas kepala, untaian bintang emas, dan suara deruman kendaraan. Melihat orang-orang tertawa , berkerumun di pun atau di café, setiap took bersinar terang dengan music meriah.

Ya, rasaya aneh berad di sini sementara orang yang ia cari mungkin sudah mati dua tahun yang lalu.

Bila dia mati sendirian di tengah gelombang pantai Karon yang dingin dan tak kenal ampun, bagian terburukya adalah Tay tidak menyadarinya selama dua tahun.

Ia kembali dalam rumahnya yang sepi. Tapi rasanya mustahil untuk tidur, ia terus memikirkan New. benaknya berpacu pada ribuan kemungkinan, ribuan petunjuk yang mukin dia lewatkan atau salah artikan. Dia bangun dan mengambil kotak kardus di sebelah meja, membawanya ke dapur lalu menaruhnya di atas konter.

Tay merai hbuku novel itu mendekat. Rindu.

Pluem menyarankan agar novel itu ia bawa saja, karena memang itu adalah miliknya. Dia mulai membuka-buka halaman.

Entah apa alasannya New begitu menyukai buku ini, hingga ia membawanya ke Bangkok. Lalu berpaling pada album foto yang kini menjadi barang bawaan wajib Tay. Ia kembali mengingat akan wajah New yang sempat ia lupakan kala kecil. Mereka masih belum dewasa, selalu bermain dan menarik perhatian pada dirinya sendiri. Terdapat kepercayaan diri yang perlahan meleleh, mengambil sisa masa kecil New bersamanya dan menghaslkan orang lain. Orang yang selalu sembunyi sepanjang waktu.

Begitu pula misteri takdir Krist dan singto. Yang tidak pernah Tay bayangkan sebelumnya. Mereka begitu bahagia dalam foto yang tertangkap beberapa tahun lalu. Diam namun indah.

Ketika Tay perhatikan ia mendapatkan sesuatu yang janggal.

Ia merasa sering melihatnya. Terlalu banyak pantai pada kehidupan New.

Tay terdiam lama. Dia mendongak, mengingat jika terlalu banyak pantai di kehidupan New, karena ia di besarkan oleh cinta kasih Krist yang juga mencintai pantai. Novel Rindu itu,bukan tanpa alasan kenapa ia menjadi favorit New, melainkan karena pantai. Semua sketsa yang telah New buat untuk sang ayah  tidak lain tidak bukan tentang pantai. Sebagai saksi bisu kisah cinta Singto dan Krist.

Tidak, sama sekali tidak. Pamanku yang menyukai pantai. New melukis semua ini karena pamanku menginginkan pergi ke pantai

Ya tentu saja, New menyukainya karena rasa kasihnya pada Krist.

Sketsa milik New tentang kucing yang menatap pantai. Entah kenapa rasanya seperti bertemu dengan teman lama.

"Kamu memiliki ekspresi yang sama seperti New."

Tentu saja. Karena Tay mulai mengerti sedikit sisi New. atau karena ia sebenarnya mulai menyukai sesuatu dalam diri New.

Krist selalu menceritakan tentang pantai pada New. keduanya begitu terobsesi dengan pantai

Setelah selama ini, dan petunjuk terbesarnya ada di hadapannya.

semua hal yang memiliki kenangann bagi New adalah tentang pantai.

sketsanya tentag pantai, lukisan kucing di pantai, dua remaja laki-laki yang membelakingi menatap pantai, bahkan... novel favoritnya tentang pantai.

cinta pertamanya, Krist, adalah pantai.

Semua sketsa milik New memiliki cerita yang sama dengan masa lalu ayahnya. Apakah Mungkin New bersembunyi di pantai selama ini? Tapi pantai yang mana?

Ting.

Sebuah email masuk ke Handphonenya.

Subject : Kasus mayat tidak teridentifikasi nomor limabelas

Dear Tn. Tawan

Kami melampirkan file hasil test DNA terhadap kasus MTDF No. 15 dengan kasus orang hilang New Thitipoom. Berikut hasil:

Kecocokan : negative (0,1%)

Catatan : sampel merupakan ras Veddoid.

Tay bersandar ke dinding, perlahan merosot ke bawah hingga terduduk di lantai.

Kecocokan : negative (0,1%)

Dia terdiam dua puluh menit penuh sebelum menegakkan punggung, lalu berdiri dan menuju meja makan. Dia perlu menghubungi Pluem.

"Pluem? Bisa berikanaku alamat lengkap Pantai tempat Krist dan Singto dulu bertemu?"

Memories Bout YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang