4

758 83 2
                                    

Tay menyalakan ketel, mengambil mug dari dalam lemari, mengukur sesendok penuh gula. Setiap suara bagai dikalikan dua dalam rumah yang hening. Setiap langkah kaki bergema di lantai. Dia bahkan bisa mendengar setiap napas yang dia hirup.

Pintu geser menuju balkon bersih, kacanya sejernih udara. Pemandangan di baliknya hanya bisa dilihat di majalah perumahan mahal. Mungkin tak ada yang tinggal di sini sama sekali.

Semuanya tampak berputar-putar.

"Dimana kamu?" gumam Tay, sembari menatap foto New. "Apa kamu bahkan masih hidup?"

Tay duduk di bangku, tapi rumahnya terasa begitu hening.

Jadilah dia pergi ke balkon, melihat kereta datang dan pergi. Mendengar kebisingan kota.

Dia menoleh ke belakang.

Dinding rumahnya putih menyapa pandangannya.

Kalau begitu jangan lihat ke belakang.

Dia merogoh ke dalam saku mengeluaran foto, bukan miliknya, memiringkannya di bawah cahaya redup dari dalam rumah. Tapi wajah New selalu sama, terkunci dalam momen dua tahun lalu.

Dua jam kemudian Tay duduk di tengah kasur. Benda-benda New berserak di sekelilingnya bagai daun berguguran. Tay mendapati dirinya membuka buku-buku milik New yang berisi gambaran hasil karya New.

Dia diam sejenak, lalu meneliti satu persatu berkas yang tertinggal dalam kotak. Rasanya aneh membongkar kenangan milik seseorang yang bahkan tidak pernah ia jumpai. Tay mengerling pada ekor matanya, mendapati jika hari sudah mulai gelap. Kaca di sampingnya memantulkan bayangan samar akan dirinya. Setengah berharap jika New akan muncul sekonyong-konyong di sampingnya.

Tay menggelengkan kepala seolah ingin mengusir pemikiran anehnya. Lalu dia mengembalikan perhatiannya pada kardus-kardus di hadapannya.

Sketsa tentang pantai, salah satunya tertanggal 29/01/2019— tanggal menghilangnya New. artinya ia sempat mengambar di buku miliknya sebelum memutuskan untuk meninggalkan rumah. Tay mengecek sketsa lainnya. Tidak ada yang berbeda, semua tentang pantai. Yang mungkin pernah Tay lihat di daerah Phuket. Atau bahkan pesisir pantai Bangkok lainnya seperti Pattaya atau Chiangmai.

Kemudian Tay mendekati kotak terkecil, lalu membukanya. Di dalamnya ada surat-surat penting seperti buku sekolah dan ijazahnya juga kertas usang yang lusuh sudah terlipat bertahun tahun yang bahkan tidak dapat terbaca lagi oleh mata telanjang Tay.

Tay mendapati dirinya membaca buku-buku pelajaran yang sangat ia benci, matematika, dengan teliti. Beberapa coretan di buat sengaja oleh New. Rasanya aneh saat melihat tulisan tangan New mengalami perubahan setiap tahunnya. Dari yang terkesan kekanakan menjadi miring lalu berakhir menjadi goresan yang kuat dan indah.

New pasti merupakan murid teladan di lihat dari nilainya pada ijazah. Tapi tunggu? St. Emmanuel? Bukankah itu sekolah private di Chiangmai?

Juga ada beberapa sertifikat dari perusahaannya terdahulu. Akta kelahiran dan juga surat pembelian rumah di Bangkok. Yang sekarang sudah di jual kembali oleh Pluem.

Sebuah novel berjudul 'Rindu'. Tay membuka sampulnya dan mulai membaca prolognya setengah. Tapi yang Tay rasakan adalah sebuah perasaan sepi. Rasa kesepian yang belum pernah Tay jumpai seumur hidupnya. Dia menutup buku dan menatap sampulnya untuk waktu yang lama. Lagi-lagi ada perasaan mengganjal tentang 'rindu' ini. Tay juga tidak tahu kenapa.

Tay mengesampingkan semuanya. Lalu ia menemukan sebuah amplop besar.

Surat adopsi New Thitipoom atas nama Krist Peerawat.

Memories Bout YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang