8

620 71 7
                                    

"Fotonya jelek sekali," Tay mengamati, dan Pluem tertawa. Saat Tay mencari Pluem di semua ruangan, ia mendapati pemuda itu sedang duduk di sebuah kamar.

"Ayahku memang sering sekali membuat wajah-wajah aneh ketika kami berkumpul bersama. Paman Krist selalu mendapatkan momennya."

Pluem menyadari jika Tay sedari tadi menatap berkeliling mengamati ruangan ini. Ia menutup album foto di pangkuannya dan menyimpan kembali dalam laci rapat.

"Ini kamar pamanku. Paman Krist."

Dia menoleh.

Matanya tertumpu pada satu-satunya benda yang terpajang di samping kasur.

Foto milik Krist.

"Baru saja aku keluarkan dari laci. New dan paman Krist meninggalkan rumah ini dalam keadaan begitu rapi."

Seketika Tay merasa dingin.

Inilah pertama kalinya ia melihat wajah Krist secara gamblang. Sejak membaca namanya sebagai orang yang mengadopsi New, Tay berimajinasi bagaimana parasnya.

Semua pertanyaan Tay kini terjawab.

Krist sosok yang sangat manis, senyumnya lah yang meyakinkan Tay akan opini itu. Meski Tay tidak yakin usia berapa saat foto ini diambil, tapi Krist tidak kehilangan aura cerianya yang terlihat khas.

"Apa kamu akan menginap?" Tanya Pluem.

"Apa?" Tay merasa sama terkejutnya saat pertama kali mendapat kasus 'istimewa' New, tapi kali ini ditambahkan gugup.

"Kupikir lebih baik kita menginap di sini. Aku mungkin akan pergi sangat pagi besok."

"Lalu dimanakah kita akan tidur?"

"Rumah ini sudah sepenuhnya bersih, kan? Aku akan tidur di kamarku di samping kamar New, dan kamu bisa tidur di kamar New." kata Pluem.

.

.

.

Tay duduk di tengah kasur milik New dikala remaja. Dia diam dalam waktu yang lama, lalu menoleh pada laci dengan kunci yang menggantung di samping ranjang.

Tay mendapati dirinya duduk selama dua jam lebih menatap dua benda di hadapannya. Sebuah album foto terlihat lebih menarik baginya, maka ia menariknya dengan cepat.

Foto pertama adalah foto masa kecil New Thitipoom. Ia Nampak cemberut dengan baju hijaunya, menghadap kamera seolah enggan alih alih berpose. Foto selanjutnya adalah saat pertama kali New dan Krist pindah ke Chiangmai. New menulis di samping foto tersebut. Catatan-catatan kecil tergores seolah menjadi pengingat setiap peristiwa yang dialami.

Rasanya aneh. Tay selalu berasumsi bahwa New mungkin adalah anak yang susah di ajak bermain, ia tidak ceria, jarang tersenyum, dan menyendiri. Akan tetapi, pada album foto ini menunjukkan betapa antusiasnya New pada kenangan masa lalunya. Catatan serta gambar-gambar yang dengan susah payah ia buat guna menghias kenangannya lebih indah.

Juga rasanya aneh melihat New yang tumbuh dewasa seiring halaman terbuka. Dari anak kecil dengan pipi tumpah, lalu berubah menjadi sesosok remaja laki-laki dengan paras yang tampan. Hal yang sama tak pernah berubah hanyalah wajah kekanakan yang tanpa senyum.

Kenapa New jarang sekali tersenyum?

Tay memang tidak pernah mengenal New. tidak pernah.

Entah kenapa Tay tersenyum dengan dada berdebar pada foto ke lima New. ada yang aneh. Tay... merasa mengenal New.

Tay merengut dan membaca catatan fotonya.

'Teman pertama'

Tay menutup album tersebut dan menatap sampulnya dalam waktu yang lama. Rasa yang mengganjal hatinya semakin besar membuatnya tidak nyaman. Semakin ia menatap wajah New, semakin dalam juga rasa aneh dalam hatinya. Ia... tidak ingin melanjutkannya.

Memories Bout YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang