2. No Drama!

1.5K 154 2
                                    

Jangan lupa vote nya ya!
.
.

.
.
.
.
.
______________________________

Pernah tidak kalian membayangkan adanya kehidupan lain selain di bumi? Seperti dunia lain misalnya. Bukan di galaksi atau planet lain, melainkan benar-benar dunia lain. Di mana dunia itu juga dihuni oleh sekumpulan manusia seperti manusia pada umumnya, dan yang membedakan hanya peradaban dan situasi kehidupan.

Amelia akui, dia pernah memikirkan dunia seperti itu, bahkan pernah membayangkan hidup di dunia itu. Hidup bahagia tanpa khawatir kekurangan kasih sayang dari siapa pun. Terkadang Amelia berharap dalam doa agar diberi satu kali kesempatan untuk hidup di dunia impiannya.

‘Harapanmu dikabulkan Amelia.’

Begitu mudahnya terjadi, dunia yang hampir sama seperti khayalan Amelia muncul. Amelia yang telah mati, kini hidup kembali selayaknya manusia biasa. Yang membedakan hanya lah situasi dan kondisinya yang tidak lagi berstatus biasa.

‘Kamu terlahir lagi, itu hebat, sebuah keberkahan besar. Namun, kenapa harus menggantikan wanita yang sudah bersuami? Ini pasti sudah gila!’

Ya, seperti yang kalian baca, Amelia sungguh hidup kembali dengan jati diri baru, status baru serta peradaban baru. Serba baru hingga hampir membuat Amelia menggila.

Dirinya yang biasa saja selama di kehidupan pertamanya, kini menggantikan wanita tersohor yang dibenci oleh suaminya sendiri karena kejahatan serta keegoisannya. Castarica Gene Leslie, itulah jati diri Amelia sekarang. Terlahir sebagai Putri kesayangan dari Raja Roland dan Ratu Merica. Memiliki dua saudara laki-laki bernama Pangeran Felix dan Pangeran Chris. Putri Castarica terkenal bukan hanya karena memiliki kecantikan yang tiada dua, tapi juga karena perangai buruknya sebagai kaum penindas. Kehidupan sehari-hari Castarica hanya lah membucini Duke Erick, sang suami tercinta, sampai-sampai suaminya merasa jijik dan kesal padanya. Ada pun aktivitas lain hanyalah membully wanita yang berusaha mendekati suaminya.

‘Ini bukan berkah! Tapi kutukan! Kenapa aku harus hidup lagi menggantikan wanita iblis ini. Sungguh kenapa bukan menggantikan Aliyah saja, kenapa harus Castarica?’

***

“Em?” Terdengar suara rintihan pelan. Seorang gadis berambut putih indah yang terbaring di kasur perlahan membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah langit-langit ruangan yang terasa amat asing baginya. Cukup lama gadis itu menatap langit-langit ruangan tersebut, hingga tiba-tiba dia terlonjak kaget, bangkit dari tidurnya lalu duduk hingga selimut yang menutupi sebagian tubuhnya terturun.

“Di mana aku? Kamar siapa ini? Tidak, tidak, apa yang terjadi ....”

Gadis itu menggeleng keras sembari memegang kepalanya. Berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi padanya hingga dia bisa berakhir di kamar asing ini. Namun, yang dapat ia ingat hanya lah saat terakhir dia terkulai lemah di pinggir jalan akibat tertabrak mobil. Setelah itu semuanya gelap. Seharusnya dia sudah mati setelah gelap itu menghampirinya, tapi sekarang? Tidak tahu bagaimana dan apa yang terjadi, dia bisa berada di dalam kamar asing ini.

Plak!

“Ugh, sakit, uy!” Tiba-tiba saja gadis itu menampar pipinya, meringis sebentar kemudian terdiam lagi seperti orang bodoh.

‘Jadi aku masih hidup? Tidak mati? Tapi bagaimana bisa?’ Pikirannya keruh, masih belum dapat mengerti dengan keadaannya sendiri. Dia sangat yakin, seharusnya setelah dirinya tertabrak, melayang di udara, kemudian jatuh terantuk di pinggir trotoar, dan bersimbah darah banyak, kematian menjadi hadiah utama atas kecelakaan maut itu.

Tapi apa sekarang? Dia masih hidup dan bahkan bisa bernapas lega tanpa merasakan sakit sedikit pun meski telah mendapat tabrakan maut.

‘Jadi apakah sekarang aku sudah menjadi hantu gentayangan?’ Gadis itu segera menggeleng. ‘Tidak mungkin, jika aku sungguh menjadi hantu, tidak seharusnya tamparanku tadi terasa sangat perih. Hantu itu tembus pandang, mana bisa merasakan sakit.’

Lalu apa maksudnya ini?
Tepat saat gadis itu sibuk memikirkan apa yang terjadi pada dirinya, seorang wanita asing masuk tanpa permisi sambil membawa satu baskom perak kecil serta handuk kecil di pundaknya.

Melihat penghuni kamar itu sudah terbangun, wanita paruh baya itu menyapa, “Wah, lihatlah anugerah ini, Anda sudah bangun rupanya, Nona.” Karena kedatangannya tidak disadari, sapaannya membuat gadis itu terkejut dan ketakutan.

“Ka-kamu siapa?” tanya gadis itu yang tidak lain adalah Amelia.

Sesaat wanita paruh baya itu berhenti berjalan, menatap Amelia kebingungan, dan detik berikut langkah kakinya kembali berjalan seiring jawaban yang ia lontarkan.

“Nona ini kenapa? Mimpi buruk lagi? Saya Erin, kepala pelayan di kediaman ini. Tidak mungkin bukan Anda melupakan saya?”

“Kepala pelayan?” Amelia mengernyit heran, tapi tetap berpikir positif, berusaha mengingat-ingat apakah dia pernah mengenal dengan wanita itu. ‘Tunggu dulu, memangnya aku pernah mengenal wanita ini? Sepertinya tidak. Ini saja baru pertama kalinya aku melihatnya.’

“Kamu jangan sembarangan bicara, aku saja tidak mengenalmu.” Amelia segera menentang karena memang dia tidak mengenal wanita paruh baya itu.

Erin tak menggubris ucapan Amelia, ia tetap mendekat lalu meletakkan barang bawaannya di meja. Setelah itu Erin menyibak selimut Amelia, membuat Amelia terkejut hebat.

“A-apa yang kamu ingin lakukan! Jangan bilang kamu ingin mengambil organ tubuhku lalu menjual secara ilegal di luar sana!” Panik, Amelia segera menutup tubuhnya dengan ke dua tangan yang menyilang di dadanya. Terbayang sudah di kepalanya kalau dia akan dibedah, lalu organ tubuhnya diambil. Begitu yang Amelia lihat di berita-berita terkini, kasus pembunuhan beruntun, di mana para korban ditemukan dengan kondisi tubuh tak lagi lengkap, sebagian organ tubuh mereka hilang alias diambil lalu dijual.

“Apa yang Anda katakan, Nona?” Erin terkejut mendengar perkataan tak masuk akal dari mulut Amelia. Alisnya bertaut cukup keras dengan wajah yang perlahan terlihat masam. “Mana mungkin saya berani membunuh Anda yang merupakan Putri terhormat kerajaan Isaac. Yang ada saya dan seluruh keluarga saya akan dihukum penggal jika saya melakukan tindakan tercela nan jahat itu.” Lanjut Erin, menentang tuduhan Amelia. Mana mungkin Erin berani melakukan tindakan jahat itu meski sebenarnya Erin memang tidak menyukai Amelia, dibandingkan dengan membunuh Amelia, Erin lebih memikirkan nasibnya jika dia sungguh membunuh gadis berstatus tak biasa itu.

“Hah? Kamu ngomong apa tadi? Putri?” Amelia tertegun, cengok sebentar lantaran belum konek dengan ucapan Erin. “Oke kalau Anda bukan penculik atau semacamnya, tapi tidak perlu mengatakan saya Putri, Putri, Putri ... aahh, Putri apa pun itu. Karena kenyataannya saya bukan lah Putri yang Anda maksud, saya ini hanya lah gadis malang yang baru patah hati. Ingat, ini sudah tahun berapa? Zaman sekarang bukan lagi peradaban kerajaan zaman dahulu. Kita tidak sedang memainkan sinetron, oke, jadi jangan ada drama-dramaan di sini.”

#Bersambung

Bukan drama bukan hantu wkwkwk 😂
Jangan lupa vote dan komentar!

Jiwa PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang