13. Makan Malam Singkat

1.2K 118 24
                                    

Malam ini Castarica berniat makan malam bersama dengan Erick demi memperlancar rencananya. Bersama Elice, ia berjalan menyusuri kediaman sang Duke yang cukup luas. Sepanjang jalan, banyak pelayan yang terkejut dengan kemunculan Castarica. Mereka pikir Castarica akan terus berdiam diri di kediamannya sampai Erick memberi izin baginya keluar.

'Tentu saja itu tidak mungkin.' Elice memandang Castarica yang berjalan di depannya. Elice tahu semua pemikiran para pelayan yang melihat kemunculan Castarica.

Berbeda dengan Castarica, ia tetap memasang tampang wajah dingin dan angkuh, tentu saja sengaja sebab Castarica harus mengikuti alur sikap Castarica yang asli. Tidak mungkin bukan ia tiba-tiba bersikap baik dan ramah, kemudian meminta maaf atas segala perilaku jahatnya kepada semua orang. Itu tidak mungkin, sebab yang ada mereka akan menganggap Castarica semakin buruk. Bukankah umum seorang penjahat berpura-pura terlihat baik agar kedok aslinya tidak terungkap. Nah, pandangan seperti ini lah yang Castarica harus hindari. Ia tidak mau semua orang malah menganggap semakin buruk dengan tiba-tiba berubah baik.

'Semua butuh proses yang panjang.' Castarica menghela nafas pelan.

Castarica memang berniat merubah pandangan orang lain terhadapnya, tapi bukan dengan cara yang klasik. Dengan tiba-tiba menjadi karakter baik hati bak malaikat. Tidak, bukan seperti itu konsep yang Castarica bayangkan. Ia akan merubah secara perlahan tanpa mengubah sifatnya.

"Apa ada yang ingin Anda inginkan, Nyonya?" tanya Elice karena mendengar helaan nafas majikannya. Pertanyaannya sedikit mengejutkan Castarica.

"Ah, itu ... tidak ada. Aku hanya sedang berpikir apakah malam ini akan menjadi malam yang baik?" balas Castarica tenang sambil menatap ke atas, tampak sedang memikirkan sesuatu.

"Tentu saja akan menjadi malam yang baik sebab Anda akan makan satu meja dengan Tuan Duke," timpal Elice dengan nada acuh tak acuh. Castarica merasa tersinggung karena ucapannya.

'Maksudku bukan soal itu.' Castarica memandang Elice antara kesal dan sabar. Sabar-sabar menahan kesal, ya, begitu lah tatapan Castarica sekarang. Lagi-lagi Elice berhasil membuatnya kesal.

"Apa kamu tahu Elice, ketika semua orang memandang kita dengan satu pandangan yang sama. Terutama pandangan yang salah, sementara mereka tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang dirasakan oleh yang mereka pandang itu. Bagaimana perasaanmu ketika semua orang memandangmu seperti itu?"

"Tentu saja saya kesal, tapi saya mungkin akan bersikap acuh. Tidak ada gunanya memikirkan pandangan orang lain terhadap diri kita," balas Elice tenang. Namun, ia tahu makna dari pertanyaan itu. Castarica pasti tengah menyinggung pandangan orang lain terhadapnya.

"Andai semua orang bisa memiliki sifat sepertimu, memilih acuh pada sekitar, tapi nyatanya tidak mudah bagi seseorang untuk acuh pada sekitar. Apalagi ketika sekitar itu sangat melekat pada kehidupannya. Sangat tidak mudah dan bahkan terasa begitu menyiksa," balas Castarica diakhiri dengan helaan nafas. Entah sedang mengasihani dirinya atau orang lain yang bernasib sama sepertinya. Mungkin ke duanya.

"Apa Anda sedang curhat, Nyonya?"

Castarica tersentak mendengar pertanyaan itu. Sepertinya Elice paham maksud Castarica berucap demikian. Castarica berbalik, berjalan mundur sambil tersenyum kaku pada Elice.

"Hahaha ... bisa jadi atau mungkin aku sedang mengingatkan padamu ada banyak orang di luar sana seperti itu." Castarica tidak berniat mengelak dan lebih memilih membenarkan sesuatu yang pasti ada. Pasti ada orang di luaran sana sama seperti yang ia definisikan tadi.

"Dibanding dengan curhat, aku mungkin sedang menyampaikan keluhan orang-orang bernasib seperti yang aku ucapkan," ucap Castarica lagi. Castarica kembali berbalik ke depan, membiarkan Elice berkelebat dengan pikirannya.

Jiwa PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang