Miya Atsumu murka, terkhususnya pada Suna, Nana, dan adiknya, Miya Osamu. Baru saja membuka pintu, tau-tau sumpah serapah sudah ia kerahkan yang berbunyi, "Anak anjing lo semua kecuali adik Suna."
Tentu saja kami semua tertawa terbahak mendengar pembukaan kata kasar seperti itu. Meski setelahnya ia masuk kamar mandi untuk berganti pakaian, kata-kata mulia masih terus terdengar lancar dari mulutnya. Apalagi kepada adiknya, "Lo juga, Samu! Anak monyet! Mau aja lagi ikut-ikutan rencana iblis!"Alhasil aku pun berusaha menenangkan Miya Atsumu dengan cara menyampaikan maaf atas namaku dan semuanya serta tak lupa janji untuk bermain game bersama. Sebenarnya Miya Atsumu tidak semarah itu juga, tetapi dia cukup jengkel. Bayangkan saja dirimu dibuat kesasar oleh teman sendiri selama hampir tiga jam dengan berbagai macam drama. Salah belok, salah jalan, kemacetan, cuaca panas. Apakah tidak kesal?
Ya, salahkan Suna sang biang kerusuhan dan antek-anteknya.
Selepas bermain game dengan kemenangan dominan yang diraih oleh Nana, kami memutuskan untuk mengisi perut di Restoran Jepang milik Miya Osamu. Tidak, lebih tepatnya Suna, budak cinta Nana ingin merayakan kemenangan kekasihnya. Padahal Suna sering dibantai tadi. Akan tetapi, tak mengapa, toh kami semua senang ditraktir.
Pembicaraan kami random. Terkadang masih membicarakan persoalan keisengan Suna Rintaoru kepada Miya Atsumu, terkadang membicarakan alur flashback saat mereka masih bersekolah dulu. Jujur, aku ikut semangat mendengarnya. Pasti masa-masa sekolah mereka sangat seru! Sedikit menyesal karena aku bertemu Suna setelah ia lulus sekolah.
Tidak hanya asyik mengobrol, kami juga ditemani oleh berbagai macam menu masakan Jepang yang dibuat langsung oleh Miya Osamu. Hasil masakannya tidak pernah mengecewakan. Semuanya pas dimulut. Tidak ada yang terlalu asin atau hambar. Kekaguman akan masakannya membuatku jadi ingin diajarkan masak. Jadilah aku hendak menanyakan, tetapi belum sampai membuka mulut, tau-tau ada suara menginterupsi.
"Lo pada dateng ke pernikahan Kita?"
Kerja bagus, Ginjima Hitoshi. Anda membuat suasana senyap seketika.
"Hitoshi." panggil Suna datar.
Ginjima Hitoshi meneguk ludah kasar dipanggil seperti itu. Tak terkecuali tatapan maut dari hampir semua orang disana. Hampir, karena aku tidak menatapnya begitu. Menurutku itu pertanyaan wajar, sebab memang kenyataanya kami semua di undang ke pernikahan Kita Shinsuke dengan Fujihara Yui.
"Dateng, kok, Kak!" balasku yang mana itu sedikit menenangkan wajah Ginjima Hitoshi yang pias serta kening yang mulai berkeringat, sekaligus menarik penuh atensi semua pihak.
Agaknya aku mengerti kalau Ginjima Hitoshi tipe yang berapi-api, jadi karena pembicaraan kami sedang seru-serunya tadi bahkan membahas masa-masa sekolah, pastilah ia teringat salah satu temannya yang akan segera menikah. Mengenai keberadaan Ginjima Hitoshi, kebetulan ia sedang mampir ke restoran milik Miya Osamu.
Jawaban gamblangku tadi kembali membuat keheningan. Mereka semua menatap dengan tatapan yang tidak aku ingin lihat. Tatapan heran, sedih, dan iba.
"Gue gak pernah izinin."
Menatap pelakunya, aku menghela napas, "Please, Suna. Gue lagi males debat."
"Ya gue juga males. Makanya lo nurut."
Sebelum-sebelumnya aku sudah memikirkan ini berulang kali. Terkait alasan agar aku diperbolehkan ikut ke acara pernikahan Kita Shinsuke. Hasilnya, aku tidak pernah dapat alasan yang kuat. Walaupun aku sudah izin ke kedua orang tua sekali pun, tetap saja tidak akan diizinkan oleh abangku.
![](https://img.wattpad.com/cover/276887395-288-k730860.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rengat [Kita Shinsuke x Reader]
Romance❗GANTI COVER ❗ __________ Rengat (a) retak bergaris hampir pecah. Hubungan antara Kita Shinsuke dan sang pacar memang terkadang ada pasang surutnya. Meski yang surut rata-rata karena sang pacar yang suka iseng, tetapi Kita Shinsuke tidak pernah mar...