• C H A P T E R 2 | KEMAMPUAN SPESIAL •

320 40 5
                                    

Perasaanku jadi buruk sekali sehabis melihat screenshoot pesan antara Suna dan Shinsuke. Suna sungguh kurang ajar. Tidak paham apa kalau aku sedang bersusah payah untuk membiasakan diri tanpa Shinsuke. Sedikitnya aku mengerti kalau Suna kesal padaku akibat aku yang tidak memberikan penjelasan terkait alasanku memutuskan Shinsuke. Akan tetapi, aku tidak suka dipojokkan juga. Toh, Shinsuke bilang bahwa tidak apa-apa. Dia menghargaiku kalau memang tidak ingin diceritakan.

Syukurnya, sore ini temanku, Nasha atau panggilan kesukaannya Nana, mengajakku keluar. Ia ingin pergi ke Taman Suropati demi konten photography dan video yang sedang digelutinya. Taman Suropati yang terletak di Jakarta Pusat itu memang cocok untuk menenangkan pikiran, apalagi kalau sedang sepi. Sejuk saja rasanya melihat yang hijau-hijau ditengah hiruk pikuknya Kota Jakarta.

"Burgemeester Bisschopplein."

"Hah? Kenapa, Na?"

"Itu nama awal Taman Suropati." kata Nana sembari memotret flora yang ada di sini.

"Gue gak tau kalo lo jago Bahasa Belanda." pujiku terus terang, sebab memang ia lancar saat tadi menyebutkannya.

"Gak, weh. Itu juga gue latihan dulu berkali-kali." Nana kemukakan latar belakang.

Omong-omong soal Nana. Aku sepintas teringat pertanyaan yang belakangan ini cukup membuat penasaran. Jadilah aku menanyakan, "Na, gimana hubungan lo sama si Suna sialan?"

Nana terkejut dan hampir saja menjatuhkan kamera Sony Alpha A6000 miliknya. "Is shocking your special ability, Miss?" sarkas Nana kepadaku.

Aku tertawa, "Mungkin? Kabar yang beredar belakang ini juga sangat cukup membuat semua orang terkejut, kan?"

Nana menggelengkan kepala, kemudian berpindah ke spot yang terdapat sebuah monumen. Mengamati sebentar, Nana berkata, "Ini Monumen karya Awang HJ Latirf Aspar. Dari Brunei Darussalam. Mengartikan simbol Keharmonisan."

Aku tidak menanggapi dan hanya fokus pada monumen yang Nana maksud, sebab sepertinya Nana belum menyelesaikan ucapannya. "Gue kira lo sama Kita gak akan putus. Karena mau dilihat dari sisi manapun, lo berdua itu harmonis, serasi. Gue gak akan memaksakan lo buat cerita, walau kemarin sempet kaget banget sampe gue terkesan mojokin lo. Gue minta maaf dan kapanpun lo mau cerita, gue ada disini, kok."

Nana... jujur ekarang aku jadi ingin menangis. Terharu atas tutur katanya yang tulus.

"Trims, Na. Gue janji bakal cerita, entah kapan. Dan yang pasti, kayanya kalo lo tau alasannya, itu bisa bikin lo makin kaget."

Setelahnya, Nana tersenyum dan memberiku pelukan. Memeluk erat karena akhirnya aku menangis juga. Untungnya Taman Suropati sedang sepi. Hanya ada beberapa orang. Dan dari beberapa orang itu, aku tidak menyadari, kalau Kita Shinsuke juga ada disana.
















R E N G A T | TO BE CONTINUED

Jujur, Taman Suropati itu kaya oasisnya Jakarta. Sejuk, adem, apalagi kalau sepi. Bagi warga Jakarta, yuk coba kesini kapan-kapan! Bagi warga luar Jakarta, boleh juga, kok mampir kalau lagi main ke Jakarta!

Menurut kalian chapter ini gimana?


Warm Regards, Nase.

Rengat [Kita Shinsuke x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang