Mereka berdua terdiam kaku dengan eskpresi terkejut, selepas aku menceritakan alasan dibalik kandasnya hubunganku dengan Shinsuke. Berikutnya, aku hampir saja terjungkal ke belakang kalau tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhku. Nana tiba-tiba memelukku erat. Nana menangis. Aku dapat mendengar suara pilunya memanggil namaku. Suna Rintaoru? Abangku itu terlihat datar, tetapi kedua tangannya mengepal erat.
Suna berdiri, mengambil jaket yang ada di sampingnya, kemudian jalan tergesa menuju pintu keluar. Aku melotot kaget, "Suna! Mau kemana?!"
Tidak mengidahkan panggilanku, Suna bergegas ke garasi, menyalakan mobil. Aku melepas pelukan Nana, pergi menyusul Suna, lalu mengetuk-ngetuk pintu kaca mobil. Berharap Suna mau mendengarkan penjelasanku lebih lanjut.
"Suna! Please! Jangan kaya gini. Gue mohon dengerin gue dulu, oke?"
Masih di belakang setir mobil, Suna hanya mematung di sana, "Please, dengerin gue dulu. Dengerin ceritanya dari sisi gue."
"Suna, please..."
Aku tidak tahu ini berhasil atau tidak, yang pasti Suna menurunkan kaca mobil. Ia menatapku, dapat kulihat matanya berair serta memerah, menahan tangis dan amarah.
Aku berpegangan pada ruang kosong antara pintu dan kaca mobil. Aku menunduk akibat air mata yang mulai turun. Setelah beberapa detik aku mendongak, kembali berbicara, "Suna, gue paham lo marah. Marah banget. Tapi bukan lo aja. Gue juga, Suna. Gue bukannya gak mau dibela atau apa. Gue... gak bisa. Bingung. Shinsuke lakuin itu juga karena alasan penting. Fujihara Yui, dia pengidap kanker otak."
Suna membeliak, selanjutnya ia menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Helaan napas berat terdengar, Suna mematikan mesin mobil. Aku mundur ke belakang guna memberi jarak untuk Suna keluar dari mobil.
Menutup pintu mobil, Suna kemudian menarikku ke dalam pelukannya, "Maaf, maaf, maaf lagi-lagi gue impulsif."
Bahu Suna bergetar. Suna menangis. Aku jadi ikut-ikutan menangis.
Apakah seharusnya aku mempertahankan hubungan ini, Shinsuke?
●
R E N G A T
○
"Jadi, lo tau tentang si Fujihara Yui dari Atsumu?"
Aku mengangguk, "Kak Tsumu ternyata kenal sama Fujihara Yui, meski gak kenal banget. Mereka pernah satu kelas di kampus dulu, terus kata Kak Tsumu dia juga jarang masuk. Desas desusnya dia sakit-sakitan dan ternyata bener. Kak Tsumu juga kaget pas tau- dia dijodohin sama Shinsuke. Itu juga lagi-lagi Kak Tsumu tau dari gosip. Shinsuke gak pernah cerita, kan."
Suna dan Nana saling bertatapan, kemudian obrolan dilanjutkan oleh Nana, "Kok diantara semua orang yang berkemungkinan jadi pendengar lo, Atsumu jadi yang pertama?"
"Lo inget, kan gue pernah kasih gantungan ke Shinsuke? Gue ketemu sama Kak Tsumu pas waktu beli gantungan itu. Gak tau, mungkin emang udah takdirnya, gue pecah disitu. Gue luapin semua ke Kak Tsumu dan dia jadi cerita, deh. Kita berdua janji buat rahasiain ini."
Suna tiba-tiba menepuk pahanya, "Anjing! Pantesan aja Tsumu nanyain lo mulu ke gue."
Nana mencubit lengan Suna, "Your language, Rintarou." Suna meminta maaf.
Dahiku mengkerut yang mana itu dilihat oleh Suna, "Ya gak sering juga, tapi kayak aneh aja dia jadi worried sama lo. Gue pikir dia baik sama lo sebagai adik perempuan dari temennya aja."
Aku tidak menggubris dan lebih memilih menghabiskan lemon tea yang dibuatkan Nana tadi sampai Nana membuka suara kembali, "Tapi rasanya kayak masih ada yang aneh gak, sih?"
"Aneh apanya?" sanggahku.
"Ya aneh. Kenapa Shinsuke gak terus terang kalo dia udah dijodohin? Terus juga kenapa di awal putus dia bilang dia gak tau alasan lo putusin dia. Padahal udah jelas, kan karena apanya?"
Teori baru dari Nana membuatku dan Suna terdiam. Suna menyanggah dagunya dengan tangan kiri dan melihat ke langit-langit, seolah sedang berpikir. Nana jadi ikut-ikutan mencari jawaban sembari menidurkan kepala di atas pangkuan Suna.
"Mungkin belum waktunya?" Keheningan yang sudah pecah akibat pertanyaanku membuat dua insan itu menoleh. "Salah satu alasan lain kenapa gue maju duluan buat putusin Shinsuke, ya karena itu. Gue gak mau tau dari Shinsuke pas tiba waktunya, gak tau kenapa itu rasanya lebih perih."
Jeda cukup lama, Suna menghela napas, "Udah, deh ngomongin Kitanya. Sekarang gimana kalo kita foya-foya aja? Lo lagi pengen toppoki sama jjangmyeon, kan?"
Aku sumringah mendengar ajakan Suna. Selepasnya, kami bertiga siap-siap untuk pergi ke restoran Korea. Melepas penat yang selama ini selalu menjadi tanda tanya semua orang.
●
R E N G A T | TO BE CONTINUED
○Aku sebisa mungkin menghindari plot hole, tapi semisal ada, mohon dimaklumi ya hehe...
Warm Regards, Nase.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rengat [Kita Shinsuke x Reader]
Romance❗GANTI COVER ❗ __________ Rengat (a) retak bergaris hampir pecah. Hubungan antara Kita Shinsuke dan sang pacar memang terkadang ada pasang surutnya. Meski yang surut rata-rata karena sang pacar yang suka iseng, tetapi Kita Shinsuke tidak pernah mar...