"Gue gak nyangka lo bakal begitu. Mana yang katanya udah lepasin Kita Shinsuke?"
"Na, dengerin gue dulu!"
"Gue kecewa sama lo. Kenapa lo buat gue jadi Abang yang gagal?"
"Suna! Please.."
"Oh, ternyata lo kejam juga, ya. Pembunuh. Lo udah bunuh Fujihara Yui."
"Kak Samu... gak gitu! Gue bukan pembunuh!"
"Gimana, Cantik? Kalo kemarin kamu terima tawaran aku, sekarang Fujihara Yui pasti masih ada disini dan yang terpenting, Shinsuke gak benci sama kamu, hehe."
"Atsumu brengsek!"
"Aku... aku gak tau lagi. Tolong jangan datang ke kehidupanku lagi."
"Shinsuke..."
"SHINSUKE!" Napasku memburu. Peluh memenuhi sekujur tubuh. Aku mencoba menetralkan napasku sendiri. Namun aku tidak bisa menetralkan mimpi buruk yang baru saja aku alami. Rasanya begitu mengerikan. Benar-benar mimpi buruk yang paling tidak ingin aku lihat.
Menyender pada punggung ranjang, aku beringsut menekuk lutut. Memeluknya, kemudian menaruh dagu di atas lutut. Kacau, sungguh buruk jika itu benar terjadi. Baru memimpikannya saja, hatiku berdenyut nyeri. Antara diambang merasa bersalah dan pembenaran diri. Maksudnya, sesalah itu kah aku masih berteman dengan Shinsuke? Atau, seharusnya aku melepaskan Shinsuke dalam arti 'melepaskan' yang sejatinya?
Memutus hubungan.
"... tidak mau."
Aku menggeleng perlahan. Bahkan aku mulai terisak. Aku benci dengan keadaan seperti ini. Mungkin biasanya aku akan berkonsultasi pada abang atau temanku, Suna dan Nana namun situasi tidak memungkinkan. Malah yang ada aku menuang bensin di dalam kobaran api. Mereka berdua pasti sangat marah, mengingat apa yang dilakukan Shinsuke masih mengganjal di hati mereka. Meminta masukan dari Serena atau teman kampus yang lain sama riskannya. Shinsuke? Yang ada dia bergegas datang kemari dan memukul Miya Atsumu. Tidak, aku tidak boleh membebani Shinsuke.
Tiba-tiba dadaku sesak. Mimpi burukku barusan, bisa jadi adalah pertanda bahwa keadaan tersebut bisa menjadi kenyataan. Terlebih, aku rasa Miya Atsumu tidak peduli dengan kondisi Fujihara Yui. Gertakan balik dariku tidak terlalu berefek padanya. Bisa saja ia tetap kokoh pada tujuan untuk membocorkan pertemuanku dengan Shinsuke.
Alhasil aku mengacak-ngacak rambut. Pusing, tidak tahu harus bagaimana. Sepertinya tindakanku memang mengandung kontkes negatif. Betul juga. Coba bayangkan, sepasang mantan kekasih bertemu di hotel beberapa hari sebelum pernikahan. Tentu yang memikirkannya mengarah ke hal-hal kurang baik.
Aku tidak menyesal. Hanya saja, aku takut ini akan terbongkar. Balik lagi, aku tidak enak dengan Fujihara Yui.
Pada akhirnya, aku mengambil langkah untuk memastikan kembali pada Miya Atsumu bahwa ia tidak sungguh-sungguh ingin melakukan itu.
Ruang pesan antara aku dengan Miya Atsumu telah tepampang. Sepuluh detik aku hanya memandanginya, lalu meneguk ludah. Aku memulai percakapan seraya berharap semoga semuanya baik-baik saja.
●
R E N G A T
○Semilir angin malam menerbangkan rambut-rambut terurai milikku. Pandanganku terkunci, pada sosok laki-laki yang entah sudah berapa lama terus melakukan passing sendiri. Agaknya ia tidak menyadari keberadaanku, buktinya ia tidak menoleh sama sekali. Entah, mungkin saja ia menunggu aku yang menghampirinya lebih dulu. Aku eratkan kembali jaket kebesaranku. Menyesal pula tidak memakai celana panjang, karena sejujurnya udara di Taman Bermain ini semakin dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rengat [Kita Shinsuke x Reader]
Romance❗GANTI COVER ❗ __________ Rengat (a) retak bergaris hampir pecah. Hubungan antara Kita Shinsuke dan sang pacar memang terkadang ada pasang surutnya. Meski yang surut rata-rata karena sang pacar yang suka iseng, tetapi Kita Shinsuke tidak pernah mar...