Senang sekali akhirnya Kita Shinsuke mau diajak mengunjungi k-pop cafe yang sudah lama ingin aku lihat. Bukan apa-apa, sebelumnya ia selalu cemberut jika aku meminta kunjungan ke k-pop cafe ini. Katanya, "Nanti aku dicuekin." Padahal tidak juga. Maksudnya, setengah benar dan setengah salah. Aku pasti keasyikan melihat merch yang dipajang disini. Ayolah! Oppa-oppa yang ada disini minta diperhatikan. Belum lagi aku ingin menyomot salah satu kertas gantengnya! Kalau saja itu tidak termasuk tindakan kriminal. Pun begitu, aku juga tidak mengabaikan Shinsuke, meski melihat wajah datar namun gemas itu cukup menghibur. Seperti sekarang ini.
"Shinsuke ngambek sama aku?" tanyaku dengan nada sok imut.
Melihatku sekilas, Shinsuke menggeleng dan ia kembali melihat ponsel pintarnya itu. Aku mencebikkan bibir. Mengapa jadi aku yang merasa jengkel sekarang? Setelahnya, aku juga sama seperti Shinsuke, mengalihkan atensi kepada ponsel milikku. Aku mau melihat hasil jepretan foto dan rekaman video cafe yang aku buat tadi.
"Bagus-bagus semua. Enaknya posting yang mana, ya?" tanyaku pada diri sendiri. "Shinsuke, bantu pilihin, dong!" lalu meminta saran pada pacarku.
Arah pandang Shinsuke tidak mengarah ke ponselku, melainkan ke arahku yang mana itu membuatku salting. "A- Apa, sih? Kenapa lihatin aku? Aku minta bantu pilih foto yang ada disini, nih. Di handphone." ujarku sembari menyodorkan ponsel pada Shinsuke.
Akan tetapi, bukannya mengambil ponsel punyaku, Shinsuke malah berdiri dan sedikit membungkuk untuk-
Mencium pipiku. "Ternyata aku emang gak bisa marah sama kamu lama-lama."
Eh? Shinsuke?!
Panas begitu saja wajahku. Yang benar saja! Sekarang kami jadi pusat tontonan.
"Shi- Shinsuke!"
"Hm? Kenapa, sayang?"
Aku meringis, mau marah, tetapi senang juga, "Kenapa kamu begitu?"
"Begitu gimana?" ucap Shinsuke seraya kembali mendudukkan diri.
"Ya begitu. Cium..." suaraku hampir menghilang di akhir akibat malu mengatakannya. Tas jinjing kecil yang aku bawa ku gunakan untuk menutupi wajahku yang memerah lagi. Shinsuke terkekeh melihat reaksiku. Tangannya kemudian mengangkat ponsel dan tau-tau ada suara seperti foto yang diambil.
Cekrek!
"Shinsuke!"
Shinsuke tertawa, "Hahahahahah. Gemes banget pacar aku."
Entahlah, tidak tahu. Tidak tahu sampai berapa lama lagi Shinsuke ingin menggodaku.
Selepas adegan uwu-uwu itu Shinsuke izin pergi ke toilet. Pujiku syukur dalam hati, karena akhirnya tidak ada aksi yang membuat wajahku kembali mendidih. Jantungku sudah berdetak tidak karuan sedari tadi. Pengunjung yang ada disini juga sedari tadi banyak yang mesem-mesem dan berbisik melihat kami. Aku pura-pura tidak tahu saja.
Dentingan bunyi ponsel menginterupsi pikiranku. Oh? Shinsuke lupa membawa ponsel. Aku mengabaikannya, karena bukan urusanku. Akan tetapi, ponsel Shinsuke terus berbunyi serta bergetar terus menerus membuatku penasaran. Barangkali ada sesuatu yang genting, makanya si pengirim pesan tidak berhenti mengirim pesan.
Aku berinisiatif mengambil ponsel Shinsuke dan melihat pesan beruntun itu dari notif lockscreen. Sepertinya ini pesan dari teman Shinsuke, namanya- Fujihara Yui?
Perempuan?
"Kamu sungguh tidak mencintai perempuan itu lagi, kan?"
"Kamu harus segera kembali ke Jepang. Pernikahan kita tinggal dua minggu lagi."
Aku membelalak. Tanganku bergetar. Oksigen yang ada di sekitarku terasa susah sekali dihirup.
Apa... ini?
Apa yang sebenarnya terjadi?
Tidak mencintai... siapa?
Pernikahan... siapa?
●
R E N G A T
○
Di dalam mobil lagu The One That Got Away oleh Katty Perry diputar mengiringi perjalanan kami untuk pulang. Tanpa sengaja, itu tiba-tiba menjadi lagu pilhan si penyiar radio. Mewakili sekali.In another life
I would be your girl
We'd keep all our promises
Be us against the world
In another life
I would make you stay
So I don't have to say
You were the one that got away
The one that got away
Mungkin di perayaan pemberian piala Oscar berikutnya, aku akan masuk ke dalam nominasi. Tentu, aku percaya diri. Bagaimana tidak? Pintar sekali aktingku setelah melihat pesan laknat itu. Seolah semua baik-baik saja. Semua normal. Hubunganku dengan Shinsuke berjalan seperti biasanya. Aku tidak tahu ini disebut mujur atau tidak, tetapi yang jelas Shinsuke tidak memergokiku melihat ponselnya. Shinsuke balik tepat beberapa menit selepas aku memegang ponsel miliknya.
Ia sempat mengecek ponselnya, namun habis itu sudah. Tidak ada interaksi mengenai pesan itu. Walaupun itu mengganjal pikiranku, aku tidak mau mengetahui atau menanyakan lebih lanjut. Tidak mau. Sakit.
Usapan di punggung tangan kanan membuat perhatianku teralihkan. Aku melihat pelakunya, Kita Shinsuke. Ia tersenyum teduh, lalu tangan kananku yang tadi dielus dibawanya ke arah bibir, dikecup lama.
"Sayang, sayang banget sama kamu."
Aku membalasnya dengan tersenyum. Tangan kananku yang digenggam, aku tarik dan digunakan untuk membelai surai dwiwarna itu. "Aku juga, Shinsuke."
Menyenderkan kepala di bahu Shinsuke yang sedang menyetir pelan, kami menautkan tangan kami. Momen itu kami biarkan. Entahlah, seperti masing-masing dari kami- menikmati hubungan yang akan segera berkahir?
●
R E N G A T | TO BE CONTINUED
○Memang posting tengah malem lebih enak ^^
Warm Regards, Nase.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rengat [Kita Shinsuke x Reader]
Romance❗GANTI COVER ❗ __________ Rengat (a) retak bergaris hampir pecah. Hubungan antara Kita Shinsuke dan sang pacar memang terkadang ada pasang surutnya. Meski yang surut rata-rata karena sang pacar yang suka iseng, tetapi Kita Shinsuke tidak pernah mar...