• C H A P T E R 16 | OBAT •

192 29 4
                                    

Aku paham kalau alur hubungan Miya Atsumu denganku klise. Pacaran sebab ancaman dari satu pihak dan pihak lainnya harus menurut agar ancaman itu tidak terjadi. Sayangnya aku tidak punya senjata. Aku tidak tahu apa yang membuat Miya Atsumu ciut. Ditambah aku teringat ucapan Kita Shinsuke sewaktu di hotel dahulu. Miya Atsumu itu cukup menyeramkan, berbahaya. Mampu menempuh jalur apapun demi keiinginannya.

Dan keinginan Miya Atsumu adalah... aku?

Takdir sungguh konyol.

"Kenapa ngelamun aja, Sayang?"

Bulu kudukku merinding, lantas aku menoleh ke arah pelakunya. Memamerkan tampang jijik, "Bisa gak pake nama aja panggilnya?"

"Lho, kita, kan udah naik pangkat, Sayang statusnya. Masa gak ada panggilan istimewa."

"Howeeek!"

"Sayang, aku belum apa-apain kamu! Itu anak siapa?!"

"Idiot lo, Atsumu."

Miya Atsumu tergelak di balik kemudi. Jika disini ada penggemar akut Miya Atsumu pasti sekarang sudah pada pingsan. Tidak bohong kalau Miya Atsumu tampan, apalagi tertawa manis seperti ini. Tinggal kelakuan saja yang perlu dikoreksi. Fisik Miya Atsumu adalah peruwujudan mahakarya indah, jadi bagian itu tidak usah.

"Aku emang nyaman dipandang, kok aku tau." Aku sedikit tersentak, serta menyumpah serapah diri sendiri yang malah terbengong ke arah Miya Atsumu.

"Dih, Shinsuke juga ganteng dan manis." ujarku jujur.

"Hmm... iya, deh." final Atsumu, kemudian tangan kirinya yang bebas menautkan jari ditangan kananku. Tak cukup sampai disitu, kini tanganku diarahkan ke sebelah pipinya, ditempelkan.

Tidak diketahui landasan dasarnya, namun ini sudah menjadi kebiasaan Atsumu ketika kami berpacaran. Tentu di awal aku masih sungkan, bahkan sekarang pun aku masih merasa kurang nyaman. Bukan perkara skin ship, tetapi lebih kepada perasaanku yang tidak selaras dengan Miya Atsumu. Aku tetap memandang Miya Atsumu sebagai teman dari Suna Rintarou. Belum terbiasa dengan perubahan status mendadak ini.

Lantas mengapa aku biarkan? Jujur aku takut Miya Atsumu bertindak yang tidak-tidak semisal aku menolak tindakannya. Bisa saja tau-tau ia nekat membeberkan pertemuanku dengan Kita Shinsuke. Parah, pandanganku terhadap Atsumu jadi seperti orang jahat.

"Udah sampe!"

Kami tiba di sebuah pasar barang antik daerah Menteng. Rencanaku kesini untuk mencari hadiah pernikahan untuk Kita Shinsuke dan Fujihara Yui. Tadi berniat pergi sendiri, namun tentu Atsumu memaksa untuk mengantarkan.

"Kamu, kok punya ide kasih barang antik ke Kita?" tanya Atsumu disampingku saat kami telah memasuki area pasar barang antik.

"Pengen aja. Biar beda."

"Yang ini gimana?" tanyanya lagi seraya mengambil asal barang antik.

"Atsumu, jangan pegang-pegang sembarangan. Nanti kalo jatuh terus pecah gimana? Lagian yang aku cari bukan vas kayak gitu."

Dia cengengesan. Aku memutar mata.

Sebelumnya aku pernah kemari bersama Nana, jadi sekarang tugasku hanya lah mencari barang yang pernah aku lihat waktu itu. Akan tetapi, bodohnya saat itu aku tidak mengambil foto barang tersebut. Terlebih, sedari masuk aku tidak menemukan penjual atau penjaga toko.

Sembari mencari objek yang dimaksud, aku tertegun melihat kaca besar tinggi seukuran orang dewasa. Kaca ini unik, ada ukiran-ukiran disisinya. Aku jadi berminat membeli untuk diriku sendiri. Kedua tanganku terulur menyentuh kaca tersebut, menelisik ukiran uniknya hingga aku dibuat terkejut dengan kelakuan Atsumu.

Rengat [Kita Shinsuke x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang