Chapter 19 - Double Agent

253 31 2
                                    

AUTHOR POV

Bayangan hitam melompat dari satu dahan pohon ke dahan lain dengan lincahnya. Posisinya mulai dekat dengan perbatasan Red Moon Pack. Senyum miringnya terbit, tertutup oleh tudung jubah hitam yang berkibar tertiup angin.

Dia kembali melompat, sama sekali tidak takut ketahuan oleh para penjaga yang mengawasi dengan mata elang mereka.

Hanya tinggal melewati benteng tinggi saja maka dia sudah masuk di wilayah Red Moon Pack. Andai saja semudah itu, tapi dia harus menerobos dengan senyap atau melumpuhkan para penjaga.

Dia terdiam, jongkok di atas dahan pohon, membuat perhitungan yang menguntungkan baginya.

Jarak untuk satu kali teleportasi adalah sekitar 10 meter, sedangkan jarak menuju benteng itu adalah 60 meter. Maka dia membutuhkan enam kali teleportasi yang tidak mungkin dia lakukan karena pasti akan ketahuan.

Dia bergerak lagi setelah sebelumnya menyamarkan aroma tubuh dan membuat ancang-ancang untuk melompat lebih jauh dan lebih tinggi.

Berhasil. Dia berhasil melompat dan hanya dua kali berteleportasi untuk melewati benteng walaupun mengundang rasa waspada penjaga yang mulai berpatroli ke segala arah.

Seseorang berjubah hitam itu harus segera menemukan sesuatu yang sedang dicarinya sebelum penjaga menangkap dan membunuhnya di tempat.

Matanya memindai sekitar, mengingat-ingat letak tempat yang ingin dia kunjungi.

"Aku datang." Gumamnya tersenyum miring.

🤍🤍🤍

Ilyona membuka matanya yang sangat berat. Pandangannya belum pulih, tetapi hidungnya mencium aroma seseorang yang dia kenali.

"Bara?" Panggilnya.

Seseorang berjubah hitam itu membuka tudungnya, menampilkan wajah tampan dengan senyum manisnya.

"Bagaimana kabarmu, Ilyona?" Ucapnya menanyakan kabar.

"Aku lumayan baik, seperti sudah ada yang mengangkat radiasi demon itu," jawab Ilyona.

Ilyona ingin pandangannya yang buram segera pulih karena dia hanya bisa melihat siluet seseorang. Kalau bukan karena aroma tubuhnya, Ilyona pasti tidak akan pernah mengenali matenya sendiri.

"Kenapa kamu ke sini?" Tanya Ilyona dengan suara serak karena sudah lama dia pingsan dan belum membasahi kerongkongannya.

Dengan perhatian, lelaki bernama Bara itu mengambilkan air minum untuk sang belahan jiwanya.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu," jawab Bara merogoh kantong jubahnya, mencari sesuatu.

Bara memberikan secarik kertas untuk Ilyona, gadis itu menerimanya dengan tatapan bingung.

"Bara..." Panggil Ilyona.

"Ya?" Sahut Bara, duduk di kasur lebar Ilyona.

"Mataku tidak bisa melihat dengan jelas," sambung Ilyona menyerahkan kertasnya pada Bara.

"Mau aku bacakan?" Bara menawarkan.

Dengan antusias Ilyona mengangguk.

"Untuk adik-adikku; Ilyona, Ulrich, Elvira, dan Oliver. Maaf aku tidak bisa mengobati kalian, maaf aku meninggalkan kalian saat kalian membutuhkanku. Aku benar-benar minta maaf," Bara membacakan isi suratnya.

BRAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang