2. Plagiat oh plagiat

4.9K 486 21
                                    

Hai guys!
Ada yang nungguin aku up?
Jangan lupa tandai, apabila ada typo⚠️
Selamat membaca!🌻

_______++_______

Malam berlalu dan tepat pukul empat dini hari, Aneska masih terjaga di depan laptopnya yang masih menyala. Semalaman Aneska habiskan hanya untuk merenung barangkali otaknya sudah bisa diajak berhalusinasi. Yah, sepenting itu halusinasi bagi para penulis . Salah satunya adalah bagi  Aneska Zakeisha.

Rasa ngantuk menyerang, namun Aneska masih mencoba bertahan. Stuck di tengah jalan saat menulis seperti keadaannya saat ini adalah kondisi paling ia benci. Kepalanya sudah mau pecah rasanya. Benar-benar frustasi. Belum lagi, Aneska diingatkan bahwa tepat pukul lima sore nanti adalah deadline naskah barunya ini.

"Tuhan, kenapa jadi sesusah ini sih buat halu aja." Aneska memberengut kesal.

"Tau ah, mending aku nonton drakor aja. Toh, masih ntar sore deadlinenya ini juga lagi jam empat. Mana tau aku dapet inspirasi dari ngedrakor. Tenang Ane, kamu udah nulis dapet setengah kok. Saatnya melupakan kepenatan otakmu ini." Monolog Aneska menenagkan dirinya sendiri. Ya, mungkin menonton drakor bisa mengurangi pening dikepalanya dan siapa tau banyak mendapatkan  hidayah setelah menonton.

Nah, apa yang Aneska katakan memang menjadi kenyataan. Satu setengah jam berlalu Aneska gunakan untuk maraton drakor. Buktinya, matanya kini nampak berbinar. Jari-jari tangannya menggerakkan kursor lalu membuka kembali microsoftword yang ia tinggalkan beberapa waktu lalu. Tak tanggung-tanggung. Otaknya kini bergelimangan bahan halusinasi.

Takk tak tak

Jari-jari lentik itu kembali bercumbu dengan jejeran tombol keyboard. Tak tanggung-tanggung, bahkan kecepatan Aneska mengetik tak perlu diragukan lagi jika Aneska saat ini tengah diguyur imajinasi tinggi.

Tak menunggu waktu lama. Aneska dengan gesit menuangkan idenya dalam bentuk tulisan. Bibirnya menyunggingkan senyum kemenangan. Hatinya lumayan lega. Tolong garis bawahi kata lumayan, karena waktunya yang tinggal beberapa jam dari deadlinenya mengumpulkan naskah.

"Hmm, ini enaknya buat happy ending apa sad ending ya?" Monolog Aneska yang tiba-tiba berhenti mengetik tombol keyboard. Pandangannya seolah menerawang ke depan. Memprediksi alur cerita yang akan ia tulis kedepannya mau berakhir bagaimana.

"Sad ending aja gimana sih? Toh, juga hampir karya aku pada sad ending haha. Aaaa bahagianya aku dengan sad ending." Ujar Aneska bangga mengingat sad ending adalah ciri khas nya dalam menulis novel.

Aneska bangkit dari tempatnya duduk lalu menarik gorden yang tepat ada di depannya yang hanya terhalang meja. Kamar yang ditempati Aneska tepat menghadap ke timur. Aneska lebih menyukai sunrise kalau kalian mau tahu. Entahlah, ia suka saja dengan cahaya lembut pagi hari. Pagi itu hujan gerimis melanda kota tempat tinggal Aneska.

Seharusnya gerimis-gerimis di pagi hari seperti itu adalah suasana paling enak untuk kembali bergelung dengan selimut atau duduk di teras balkon dengan secangkir coklat panas dan pisang goreng. Ya, itu hanya angan saja. Buktinya, Aneska masih setia meliukan jari jemarinya menari bebas diatas keyboard.

Kruyukkk kruyukkk

Suara-suara cacing berdemo mampu menghentikan fokus Aneska dari layar laptopnya. Ia sampai lupa hanya memakan satu bungkus keripik keñtang dengan satu botol soda itu saja sudah dari kemarin malam. Pantas, cacing-caning di perutnya sudah beramai-ramai demo masal.

"Duh kan, sampai lupa makan lagi. Untung aja Bunda kagak dirumah jadi nggak kena ceramah deh. Aku tinggal makan bentar, ini ide gak bakalan pada kabur kan ya? Iyalah dan harus iya." Monolog Aneska sembari jemarinya menggerakkan kursor dan meng klik tanda save yang ada dipojok kiri microsoftword.

CTRL+FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang