3. Depresot

4.1K 477 33
                                    

Hai yo! Selamat membaca!
Jangan lupa tandai apabila ada typo⚠️
Thank you guys😚
Happy reading🌻

Jujur aku seneng banget liat ada yang baca cerita aku...unchhh lope kalian sekebon😖

Oreo🌻

________××_______

"Terserah Bu Fit ajalah mau gimana enaknya, asal jangan pake kekerasan. Aslinya kalaupun nggak ditindaklanjuti Ane fine aja sih. Toh, semua karya Ane itu ada ciri khasnya, para pembaca juga udah tau gimana gaya tulisan ReI a.k.a Aneska. Ane udah mau depresot ini nyelesaiin naskah yang deadlinennya ntar sore." Pasrah Aneska pada akhirnya.

"Hmm. Iya juga sih. Tapi kan ini menyangkut karir kedepnnya kamu juga, jadi nanti biar tetep Bu Fit urus masalah plagiat itu kalo bisa Bu Fit bawa ke ranah hukum sekalian. Seenak jidat plagiat karya orang." Ucap Bu Fit sarat kemenangan.

Yah, Aneska memilih menyerahkan urusan plagiat pada Bu Fit setelah mengirim postingan ucapan terimakadih kepada fans ceritanya yang sudah membela dia dan memberikan semangat untuk Aneska. Aneska juga sudah mewanti-wanti kepada para penggemarnya untuk tidak mengambil keputusan secara mendadak. Aneska tidak suka keributan, ia lebih suka jalan aman.

"Yaudah deh, Ibu tutup ya telponnya. Jangan lupa nanti sore deadline naskah kamu."

Pip

Sambungan terputus. Aneska meletakan ponselnya tepat diruang kosong sampingnya. Tangannya kembali terulur mengambil botol minuman soda yang sempat ia acuhkan keberadaannya. Menegak sisa minuman sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi taman. Angin berhembus lembut seolah memijit kepala Aneska yang sudah semprawut.

Tiga puluh menit Aneska habiskan waktunya untuk bersantai di taman. Saat ini, dirinya sudah kembali pada habitatnya seperti sedia kala. Duduk tenang di depan layar laptop yang menampilkan halaman microsoftword. Otaknya kembali dipakai untuk berimajinasi. Kali ini, sedikit terpaksa. Otaknya harus kerja ekstra.

"Hoammm, kok malah ngantuk gini sih. Emang habis makan tuh enaknya tidur. Ck, andai aja nih naskah cepet kelar paling sekarang aku udah guling-guling di kasur." Gerutu Aneska kala ngantuk menyerangnya.

"Jam sembilan lewat dua belas menit. Deadlinenya ntar jam lima. Masih banyak waktu kan ya? Iya kan? Yaiyalah masa enggak. Mending aku tidur dulu. Bentarrrrr aja, iya bentar kok." Di tengah-tengah volume nyawanya yang tinggal seberapa itu, Aneska menyakinkan dirinya. Tidur sebentar tak apa kan? Sudah beberapa jam dirinya tidak tidur. Maklum, ngebut ngejar deadline.

Aneska terlelap dengan posisi masih duduk di kursi belajarnya yang di desain menyerupai kursi para gamers. Kepalanya ia simpan pada lipatan tangan di atas meja. Pagi itu, Aneska terlelap. Terlelap entah sampai kapan.

______××______

Sementara itu, di suatu ruangan serba putih Aneska terbangun dari tidurnya. Aneska pikir, saat ini ia tengah berada dalam mimpinya, namun seperti ada yang salah. Kalau mimpi, lantas mimpi apa yang hanya warna putih yang bisa Aneska pandang.

"Astoge, aku dimana sih? Putih bener ini tempat. Helowww ada Aneska gemoy disini. Apa disini ada orang?" Heran Aneska sebab di ruangan itu nampak sunyi.

"Lah, bego. Aku kan orang yak?" Tanya Aneska pada dirinya sendiri.

"Ini dimana sih? Ayah, Bunda, Bi Emy aduh ini Ane lagi dimana?" Pasrah Aneska setelah berkali-kali mencoba mencari jalan keluar, namun hanya disuguhkan pemandangan yang sama. Ruangan luas berwarna putih.

CTRL+FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang