4

2.6K 322 1
                                    


"Syukurlah jika dia memiliki pemilik, jika begitu akan ku tinggalkan kalian disini."

"Sampai jumpa Raizel." Sambungku lagi. Aku menutup darah ku dengan sebelah tangan ku.

Pria itu menghentikan langkah ku dengan pedangnya. "Apa lagi?"

"Dari mana kau tahu nama kuda ku?"

"Dia memberi tahu ku, kenapa?" Laki-laki itu menatap kuda nya yang terlihat memandang ku khawatir, Raizel menjilat telapak tangan ku.

Laki-laki itu menghembuskan napasnya lega, "Syukurlah kau bukan berasal dari kekaisaran."

Aku menaikan alis ku.

"Oke." Aku melangkah maju mengabaikan pedang yang senantiasa akan menyembelih ku."

"Kita obati dulu tangan mu." Pedang itu kembali masuk kedalam sarungnya. Aku menggeleng, telapak tangan ku itu sobek.

Aku mengeluarkan jarum dan benang khusus yang memang aku siap kan, dari rumah Siena. Aku yakin sekarang wanita itu sedang sedih karena aku pergi tanpa kabar. Aku dan pria itu duduk bersandar, ia masih memandangku.

"Apa yang ia lakukan?" gumam nya, aku yakin ia sedang bertanya kepada dirinya sendiri.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan dengan tubuh berlumuran dan bau darah seperti itu?"

"Membunuh manusia yang tidak berguna." Ucapnya dingin.

"Oh." Aku yakin ia akan bertanya mengapa aku tidak takut pada dirinnya, ayolah itu pemikiran klise dari semua cerita yang aku baca.

Aku meludah telapak tangan ku dan mulai menjahitnya. "HEY!" teriaknya terkejut.

"Apa lagi? Selama aku tinggal disini sudah berapa banyak aku bertanya dan mengucapkan apa, kepada orang lain." ujarku dan memelan kan suara dikalimat terakhir.

Pria itu meraih tangan ku dan ia sendiri melanjutkan jahitan ku. "Kau tidak merasakan sakit?" aku menggeleng. "Tentu saja ini sakit, tetapi aku tidak berhak mengeluh tentang apa yang sudah terjadi." ia mengangguk.

"Ngomong-ngomong aku Eta Aeril, kau?"

"Will Barack Kareem, aku Duke dari wilayah Castello." Aku mengangguk, pertemuan seperti ini sudah biasa untukku.

"Kau Duke terbuang bukan kah begitu? Karena kau di khianati oleh para bangsawan lainnya dan kau kecewa tentang itu?" kataku jujur, Will menatapku bengis, "Kau tahu dari mana?"

"Karena aku Dewi Bulan?" pria ini tertawa, dan menepis tanganku yang terluka dengan kasar. "Ah! Ini sakit."

"Jika kau Dewi maka aku adalah pelayan mu. Mana ada Dewi penampilan tidak jauh dari pengemis, dan jelek sepertimu." Ia berdiri dan memandangku rendah.

Angin begitu kuat, baju lengan kirinya tersapu dengan angin, ia tidak memiliki tangan kirinya? Tanpa sadar aku menatap tangan kiri itu dalam waktu yang lama, Will menatapku risih dan beranjak meninggalkan ku.

"Jika kau berbicara seperti itu lagi, maka kematian menghampirimu." Ancam nya.

"Bunuh saja aku, karena aku sudah terbiasa dengan kematian."

"Oh, benarkah..." suaranya mulai merendah dan begitu terdengar mencekam, ia melangkah mendekati ku. Aku yang merasa tertantang mulai mendekatkan diri kepadanya.

"Kau ingin apa? Membunuhku?" ucapku remeh, ia mengeram marah dan mulai mengambil pedangnya, mengarahkan padaku lagi. Aku tersenyum.

"Kau ada kekuatan bukan? Mengapa kau menyembunyikan itu?" ucapku lagi. Will dia menjatuhkan pedangku, dan melangkah cepat mencekik ku.

"Agghh-"

"Mengapa kau tahu itu." Astaga aku kan sudah bilang bahwa aku membaca Novel.

"Mana bisa aku menjawab dengan tangan yang siap membunuh ku ini?" ia mundur, menatapku bengis. Aku memandang kaki pria itu.

Aku menendang kaki pria itu hingga ia terjatuh, aku berjongkok lalu memutar kaki ku 180 derajat. Ia jatuh terpental.

"KAU!" aku tersenyum.

"Aku tahu kau cacat. Benar bukan Duke? Jika begitu wanita jelek ini perlu mengatakan bahwa kau perlu berkaca bukan." Akhirnya hatiku lega karena sudah menendangnya.

"Ka-kau."

"Kau tidak terima itu? Bolehkah aku tertawa mendengarnya?" Will mengeram dan mulai mengepalkan tangannya untuk meninju wajahku yang pas-pas an ini. Aku mundur dan menunduk.

"Hey hentikan lah atau luka di perutmu akan terbuka kembali." Aku melangkah mundur sambil melihat kondisinya yang sangat-sangat parah.

"Kau Duke Castello bukan? Mari aku antar kerumah mu, akan tetapi kita harus mengobati mu sebelum kau akan mati kehabisan darah." Will menggeleng dengan cepat, tatapan nya menyiratkan bahwa ia takut untuk kembali pulang kerumahnya sendiri. 

||TBC||

DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang