7

2.1K 284 2
                                    

"Kau ini jujur sekali."

"Kau ini mengapa cerewet sekali harusnya kau itu tipe pendiam!"

"Ntahlah, mungkin hanya padamu aku seperti ini," mau merayu ternyata. "Kau gila ingin mempersuntingku, lihat lah wajahku."

"Kenapa? Hanya noda saja bukan? Lagian itu akan menghilang, aku akan mendatangkan orang kecantikan untuk mu." Aku membuka kancing atas ku dan memperlihat pundak dan punggungku.

"Ini juga-"

"WANITA TIDAK TAHU MALU!" suara yang menganggu datang dari balik taman, wanita Medusa. Terlihat dari pakaian yang ia kenakan sendiri, payudara mencuat, atau memang baju itu tidak bisa menampungnya.

Aku melihat Will ia justru masih menyembunyikan anggota tubuhnya, apa karena kebiasaan dari kecil? Malu?

"Aku baru saja menjadi tunangan mu kau sudah berselingkuh? Ck." Runtukku pada Will. Will merengut padaku, tangan kanannya meraih pundakku.

"Duke, lepas kan tangan mu dari wanita kotor ini." Rambut indah keemasan itu menarik tangan Will cepat, sontak aku tertarik kebelakang lantaran Will yang memengang erat pundakku.

Aku berdiri dan menatap mereka datar. "Kau tidak berperasaan ya?" umpatku pelan. Will yang merasa aku akan marah besar, berdiri disampingku. Aku tersenyum remeh kepada wanita didepan ku ini.

"Tolong jangan nganggu Will." Kataku pelan, aku benci ucapan ini.

"Memangnya kau siapa! Aku Ilya putri dari Countes dan calon istri Duke dimasa depan.!" Will mengeratkan genggamannya dipundakku. Apakah dia tidak tahu bahwa genggamannya ini bisa mematahkan tulangku sendiri?

"Jika iya mungkin kau akan menikahi anak ku dan Duke, betul tidak Will ku tersayang..." Will terdiam tubuhnya menengang, aku berbisik pelan. "Ikuti permainan ini bodoh."

"Ilya putri dari Countes Braham apakah tindakan ini sudah benar Ny. Countes yang terhormat?" Ilya memandangku bengis lalu sorot tatapan berubah saat memandang Will.

Ia memenggang pundak Will, "Ekhem, Will."

"Siapa kau yang bisa memanggilku seperti itu? PENGAWAL! seret dia." Dan pandangan selanjutnya Ilya yang menangis tak ingin pergi dari sang Duke tercinta, ululu kasihan sekali dikalahkan oleh perempuan sepertiku.

Aku terkekeh... Will, pria yang sangat jauh berbeda dari Novel. Bagi kalian yang ingin bernasip sama dengan ku kalian semua jangan pernah terpaku dengan jalan cerita dibuku sekalipun kalian menganggu pemeran utama atau pembantu sekalipun. BOOM. Semua akan berubah seketika!

.

.

.

"Nona, waktunya anda bangun sekarang, tuan Duke menunggu anda untuk makan malam." Sebuah suara menganggu tidur nyenyak ku, aku merenggang kan tubuh dan duduk seraya memperhatikan pelayan. Berambut coklat itu Jasmine, Yang paling pendek itu Aryel. Selama 3 bulan aku juga menganti pelayan ku, aku tidak suka saja dibicarakan buruk apalagi tentang fisik ku.

Yang mereka hina ini wujud asliku didunia nyata! Jika nenek ku tahu aku diejek habis-habisan di negeri orang lain, bukan kah ia akan bangkit dari kuburan?

"Iya aku akan bangun, kalian pergilah." Aku segera memakai pakaian yang menurutku cocok. Contohnya aku beberapa kali membeli baju pria, tampilan yang polos tanpa bordiran apapun dibajunya, ah sekali dilihat di cermin seperti pembantu saja.

Aku melangkah ke ruang itu, dipintu besar ini aku seperti mengerahkan seluruh tenaga untuk membuka pintu ini, syukurlah kepala pelayan yang membuka kan pintu.

Will memandang ku dari atas hingga bawah, aku mengabaikan kernyitan dahi yang tercetak jelas diwajahnya. Ia membelah ayam itu emosi. "Selamat malam Tuan Duke terhormat." Ucapan ku dijawab gumam saja.

Kami makan dengan tenang hingga, "Ah aku sudah tidak tahan lagi, semua didalam ruangan ini kecuali tunangan ku, keluar." Suara baritonnya terdengar jelas seakan jika tidak menuruti perintahnya mereka akan mati saat itu juga.

Will berdiri dari tempat duduknya dan berjalan cepat kearah ku. Apa kalian pernah melihat meja makan yang jauhnya 5 meter? Dan lagi kami makan dari ujung kursi hingga ujung lagi. Bahkan aku sangat yakin jika suara ku tidak akan sampai ketelinganya.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Aku mengadahkan kepalaku keatas.

"Ehm.. tak bisakah kau duduk saja disampingku, leher ku tidak bisa menyamakan tinggi mu itu." Will pun duduk dan mengenggam kedua tangan ku.

"Aku harus pergi perang kali ini. Kaisar dan kuil suci sudah memberikan perintah untuk setiap kepala keluarga." Aku mengangguk lagi.

"Jika kau ingin pergi, pergi saja." Will merengut.

"Hah- jika seperti itu aku akan ikut dengan mu." Will menggeleng cepat.

"Tidak! Bagaimana bisa seorang wanita turun langsung, hah?!" wah dia terlihat emosi sekali. Aku menggeram kesal, makan ku terganggu bahkan baru lima suapan besar daging diperutku ini. Merusak suasana saja.

"Tuan Duke terhormat, perkenalkan aku Eta Aeril yang bahkan asal usulku tidak kau ketahui, jadi jangan seenaknya mengambil keputusan apalagi tentang diriku." Kataku tegas.

Tatapan wanita ini membuatku takut.

"Bahkan ribuan kematian telah ku rasakan." Gurat terkejut muncul diwajah tampan itu.

"Lebih baik kau latih kembali pedang mu ditangan baru mu." Aku berdiri dan meninggalkan ruang yang begitu menyesakkan.

||TBC||

DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang