17

938 102 2
                                    


"Angkuh sekali dirimu, itu semua karena keberuntungan mu saja." Aku memilih diam saat sang kaisar Qoitel Persy mulai memberikan penghargaan kepada sang suami. "kerajaan kita akan semakin sejahtera untuk kedepannya." Semua nya bersorak gembira. Aku menghelus dagu Sean ditengah Hall.

"Apa kau tidak apa?" Sean mengangguk sebagai jawaban. Will merengkuh pinggang ku, sambil mengecup pipi kiri ku berulang kali. "Will, cukup." Memutar bola mata ku jengah.

Semua rakyat juga ikut turun dalam kemenangan ini. "Duke bisa mengambil kekaisaran jika ia ingin." Ucap salah satu dari mereka.

"Kekuatan pasangan itu sangat luar biasa, auman para monster itu tunduk pada Duches kita."

Sang putera makhota mulai memandang ku waspada-menatap tajam. Aku menjulurkan lidah ku dan memberi jari tengah padanya. "Wanita sialan."

Sampai pada acara kami akan menari dengan bergantian, Lady Ririn Khaiye berdansa dengan pujaan hatinya. "Aku tak rela membagi mu pada orang lain, Eta." Aku tersenyum malu menepuk dadanya pelan. "Ah~ Duke." Kataku manja. Sean mengulurkan lidahnya seakan muntah. "Pasangan menjijikan." Aku hanya melotot pada kucing besar yang duduk tegak itu. Dia seperti patung.

"Hai, putera makhota."

"Hai, Duches." Dapat kulihat senyuman miringnya.

"Bagaimana kau mengalahkan nya?"

"Bukan kah kau sudah tahu, karena kau sering mengirim mata-mata pada kami ya?" tersangka ini terdiam namun berdehem pelan.

"Itu hanya perasaan mu saja."

"Membicarakan tentang itu, selama tidak kehadiran Duches, sang Duke mengemparkan dunia karena tangan kirinya." Paparnya mencari jawaban dari ku.

Gerakan ini pun sampai memutar sebanyak lima kali, lalu menjatuhkan tubuh secara miring kepada sang pasangan. "Ah~ bukan kah kalian harus bersyukur." James Menangkapku.

"Tentu aku turut senang akan hal itu."

"Suami ku semakin hebat di ranjang loh~" dansa pun sudah usai, kami saling memberi hormat kepada pasangan kami. Will menatap ku tak sabaran. "langkah mu lambat." Sean mendengus.

Kami pulang ke kediaman Will, di sepanjang perjalan Will memeluk ku dengan Sean berada dipangkuan ku. "Bagaimana tentang Raizel?" Will terdiam sesaat.

"Dia baik-baik saja."

Ku helus wajah Will. "Raizel, aku tidak akan pergi." Aku mengatakan seperti itu agar Dark Elf itu tenang tanpa membuat masalah jika ada yang menyinggung tentang kepergian ku.

Langit sudah mulai malam, petir sudah menghiasi malam indah ini. Ditemani suara hujan yang deras. Kami terdiam memikirkan semua hal yang terjadi. "Aku merasa sesuatu yang buruk akan terus terjadi."

Sean juga ikut membenarkan ucapan will. "Tidak apa-apa, asalkan ada kau disampingku." Ucapan ku membuat Will memandang ku jengah.

"Tak bisa kah kau memiliki kewaspadaan?!"

"Bagaimana pun kita ini memiliki kekuatan yang hebat bukan? Jadi mengapa kau khawatir tentang itu."

"Eta... kau tidak bisa berpikir seperti itu. Jika kau merasa dirimu cukup kuat maka kau akan kalah di pertarungan itu." Papar Will lembut padaku. Aku merengut kepadanya. "Baiklah."

Will membelai rambutku lembut. "Tak bisa kah dalam sehari kalian tidak menyebalkan?" Aku terkikik geli melihat Sean memprotes keromantisan kami.

"Will, aku bahagia bertemu dengan mu."

"aku juga." Raizel?

Aku memandang sosok itu dengan lembut. "Aku mencintai kalian." Will melotot. "Yang kau cintai itu hanya aku." Tekan Will, sedangkan Raizel-ah aku bingung bagaimana menjelaskan pada kalian. Wil-Raizel-krell adalah sosok yang sama, dan Krell sosok manusia dimasalalu, Raizel dewa? dan Will manusia yang hidup di zaman sekarang.

"Oh-ho! Tidak bisa. Aku harus mencintai kalian semua!" pekik ku girang padanya. Raizel memutar bola matanya dan masuk kedalam bayangan Will.

"Dewi." Desiran suara yang halus itu membuatku melihat sekitar penasaran. "Ada apa?" Will mengikuti pandangan ku-menggeleng pelan. "Tak apa."

"Aku sangat yakin tadi ada yang memanggil mu kan, Dewi?" ucap Sean yang juga penasaran. Aku mengendikan bahu ku acuh, tidak ingin begitu memusingkan sesuatu yang bahkan untuk diriku sendiri sudah cukup tidak jelas.

Aku tak ingin lagi merasakan perasaan yang sesak di dada ku lagi, Sean melolong, di balas beberapa serigala di luaran sana. "Dewi. Aku yakin ada yang tidak beres." Aku mengangguk. Menepuk punggung Will pelan agar dia tertidur.

Benar saja beberapa serigala itu mulai datang menghampiri daerah kekuasaan kami. Mereka menunduk kearah sean yang sedang menunjukkan kekuasaanya. Bukan kah dia macan?

Raizel menghampiri ku yang sedang lelah, "Dewi. Sudah saatnya."

"Saatnya apa?"

"Kembali ke dunia bawah, bersamaku."

Prajurit mengetuk pintu kami dengan kuat. "Duke!!! Jumlah serigala yang tidak terhitung di depan caslte ini Duke!"

Will melihatku. "Jangan memberi serangan." Will mengangguk melangkah sambil mengenakan jubahnya.

Aku melihat dari jendela tinggi ini. "Dewa." Suara itu lagi menggema saat Will melangkah mendekat kearah pemimpin serigala yang sama besar dengan Sean. Berdiri di samping Sean, Will menghelus bulu hitam lembut itu.

"Tenanglah, jangan mengeram." Sean diam untuk sesaat. Sang pemimpin serigala mencoba berdiskusi dengan Sean.

"Aku tidak bisa berbicara anjing Sean, dengan mu saja aku tidak bisa." Ayolah ini sedang situasi yang sangat serius.

"Dewi bagaimana ini, Suami bodoh mu tidak mengerti." Aku turun dari menara castle ini tentu saja dengan kekuatan ku. Will menangkap tubuh ku dengan cepat sehingga aku dalam gendongannya.

||TBC||

aku mau ngabarin hal yang membahagia kan loh! aku keterima kampus mengajar hehe, jadi sibuk banget nih karena sebulan ini ikut pembekalan, Alhamdulillah. oh ya aku juga sedih juga beberapa bab lagi cerita ini akan tamat. duh ga rela. 

DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang