8

2K 266 2
                                    


Sebelum aku melangkah lebih jauh. "Eta... aku hanya ingin kau tidak terluka." Aku menoleh kebelakang.

"Baiklah, bawa aku ke rapat istana besok. Jangan tanya bagaimana aku tahu." Will mengangguk pasrah.

Tiba saat nya aku dikekaisaran, apakah aku mengenakan gaun? Tentu saja tidak. Aku mengenakan baju style dari dunia ku.

Pakaian berwarna hitam, lengkap dengan sarung tangan.

Dan Duke pun berada disampingku dengan jubah kebersarannya. Kami sampai keruangan rapat sekitar 30 orang berada disini, aku berjalan santai dan duduk tepat disamping Will. Terlihat gurat wajah yang dingin, aku yakin itu adalah wajah penolakan atas tingkah ku sekarang.

Kaisar bajingan ini mulai bersuara. "Wahai pengikutku, kita harus memulai kebebasan kita mulai minggu depan nanti, semua-" bla bla aku malas mendengar perkataan nya. Kaisar tua itu bermarga Qoitel. Terlihat kedua anak laki-lakinya mencuri pandang padaku, wah aku rasa hampir satu ruangan ini memandang diriku.

Sosok macan hitam berdiri dibelakang Kaisar, kepala yang menyentuh lantai itu terlihat menengak menandakan ia telah usai dengan waktu tidur nya.

"Jadi aku harap kemakmuran untuk negara kita!" semua mulai bersorak hingga Kaisar Persy Qoitel melihat ku.

"Siapa ini? Kenapa ia berada disini?" suaranya menyiratkan pengusiran. Will berrdiri. "Maaf Yang Mulia, saya tidak sempat memperkenalkan tunangan saya ditengah rapat yang sudah berlangsung lama." Will memandangku, ah apakah aku harus memperkenalkan diri.

"Hormat kepada Yang Mulia Qoitel kemakmuran untuk negara. Perkenalkan saya Eta Aeril dan saya tunangan Tuan Duke Will Barack Kareem." Kaisar dan kedua anak laki-laki ya memandang ku sinis.

Kaisar berjalan menghampiri Will. "Aku yakin sekali bahwa rapat kita ini rahasia dan kau membawa tunangan mu?! Apa kau gila?!"

Will menatap Kaisar tanpa ragu namun sebelum itu aku mengatakan sesuatu yang membuat suasana runyam. "Perang ini akan gagal 100%."

Brak!

"Siapa kau berani mengatakan itu?" aku meringis dengan pekikan sang putra makhota Axel, seorang pemeran utama yang akan membunuh Will hanya karena diperintah kan wanitanya sendiri. Kasihan sekali Will ku.

Macan hitam itu berdiri dan sialnya itu sangat gagah, bahkan tinggi nya melebihi kaisar dan Will, tubuh Macan hitam itu besar rasanya ingin aku helus.

"Tolong..." sebuah suara mengintrupsi ku, aku mencari ke sumber suara hingga tatapan ku bertemu oleh Macan hitam itu. "Tolong..." ku lihat suasana sekeliling ku yang melihatku dengan amarah, apa hanya aku saja yang mendengarnya?

Ggrr...

Ggrr...

Geramannya terdengar jelas saat berada disampingku.

Axel, putra Makhota menaikan sudut bibirnya, aku yakin ia memandangiku remeh. "Zaya cakar lah wanita itu." Zaya sang macan hitam itu memandang kebelakang tepat kearah putra makhota.

"Aku bukan Zaya tapi Sean aku macan laki-laki." Suara itu muncul lagi. Aku mendekat kearah Sean dan menghelus wajahnya. "Oh jadi kau meminta tolong bahwa sebenarnya kau itu jantan?"

"Laki-laki!" aku tertawa terbahak-bahak, memangnya apa bedanya?

Will memenggang pundak ku karna takut Sean akan menerkam ku. "Rencana ini akan gagal karena mereka akan menyerang kerajaan ini 3 hari dari sekarang, pasukan nya pun tidak main-main."

"Pembelot kurang ajar!" sosok laki-laki tua itu menunjukku dengan kasar, aku memandangnya bengis.

"Nah contohnya pak tua itu yang membocorkan informasi dari beberapa peperangan ke negara lain, kelemahan negara ini telah diketahui oleh satu negara." Kaisar memandangku instens.

Pak tua itu berusaha membantah argumen ku, tetapi ia sudah diseret oleh Sean, kepala pak tua itu pun terputus seketika.

Aku bersiul seraya naik ketubuh Sean. "Zaya! Jangan dekati perempuan jadi-jadian itu." Ujar Axel cepat. Sean memalingkan wajahnya.

"Putra Makhota ada satu yang harus anda tahu, macan ini laki-laki dan bernama Sean. Macan ini tidak memiliki keturunan dan dia abadi! Aku yakin sekali bahwa ayah mu, Kaisar tahu macan ini mengapa berada disini?"

"Da-darimana kamu tahu?" Ucap Kaisar syok.

"Hewan ini yang mengatakan sendiri." Will memandangku kagum. Aku membalas tatapannya dengan bibir berkedut keatas, "Kau ingin kita berkelahi sekarang?" bisik Will dari bawah, aku mengangguk dengan cepat.

Kaisar menunduk dan memberi ku hormat begitupun yang lainnya. "Selamat datang Dewi Bulan..." rasa menyesakan didada ku terasa hilang, ternyata benar dugaan ku.

Sean melangkah keluar dari ruangan, Will menarik bulu Sean dan merangkak naik dan duduk dibelakangku. "Kau tetap tunangan ku, Eta." 

.

.

.

Setelah pertemuan itu kami Duke dan aku, turun ke medan perang dan menyusun strategi. Putera makhota Axel sang anak pertama tentu nya juga ikut dalam peperangan ini untuk mengawasi kami berdua. Kita harus segera ke arah barat daya, karena seluruh pasukan itu akan sampai besok. Jadi kita berikan jebakan disana.

"Bagaimana kami harus mempercayaimu? Bahkan dengan nyawamu saja tidak cukup, Nona..."

"Eta Aeril, kau bisa memanggil ku Eta."

"Tidak! Pangeran cukup memanggilnya Nyonya Duke, karena dia akan segera menjadi miliku!" ucap Will cepat. Pangeran Axel tersenyum miring aku tahu rencana jahat yang tertulis dari wajah tampan itu.

Aku menghela napas sebentar. Jika tidak salah aku sudah menceritakan kekuatan ku adalah kegelapan.

||TBC||

(harap dukung saya dengan vote dan beberapa kritikan agar semakin bersemangat, dan terima kasih kepada teman-teman telah menambahkan cerita saya ke Library kalian dan mendukung saya melalui DM vieresetre21 salah satunya, terima kasih telah membuat semangat saya bangkit)

salam hangat dari saya. jika ada ingin penambahan cerita bisa komen ya teman-teman.

DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang