10

1.8K 220 1
                                    

"Apa kau yang sering berbicara padaku?" ia mengangguk.

"Siapa namamu?"

"Raizel."

Mata mu membulat takjub jangan bilang bayangan pria ini aalah kuda tempo hari itu?

"Aku adalah apa yang kau pikirkan."

Will merasa dirinya ditatap dari kejauhan memberi lambaian kepada diriku. Keesokan harinya aku berdiri di balkon kamarku. "Sean," batinku. Sean menjawab dari bawah dengan geraman.

"Ada apa?" aku menggeleng sebagai jawaban, sebenarnya aku sedang bosan, Sean pun mendengkur halus dibawah sana.

Aku meratapi nasip ku yang entah sudah berapa kali didunia ini, terlihat cuaca di pagi hari ini mendukung untuk mengeluh sesaat. "Aku ingin pulang."

"Ingin pulang kemana?" sahut Will tiba-tiba suara pria itu begitu mencekam dan mengintimidasi dirinya.

Aku terkekeh untuk mencairkan suasana, langkah ku semakin berat seolah ada yang menahan langkahku, aku berjalan ke pintu keluar. "bukankah aku tunanganmu, Will?" Will menatapku tidak percaya.

Semakin mendekat semakin pula rasa kematian menghampiriku. "Eta jangan berani-beraninya kau pergi dariku. Wajah dengan rahang yan kokoh itu ia sampirkan tepat disamping leherku.

Melenguh manja, aku tertawa kecil, hingga kami saling menatap, ia tersenyum menakutkan.

"apa yang akan kau lakukan selanjutnya, Will." Jawaban yang tak ingin aku dengar darinya membuat ku mendorong tubuhnya kasar. "Menguasai dunia."

"kau gila?!" Will semakin erat memelukku ia menarik tubuh ku kearah balkon kamar dan melompat.

"Will sialan!" pekikku kaget karena kami harus jatuh dari ketinggian seperti istana rapunzel ini, sedangkan kami belum pulang kekediaman Duke Castelio. Suara udara yang terdengar kencang menjadi Soundtrack kematian ku. Ku genggam kedua tanganku.

"Atas nama Dewa jika kau mendengarkanku..."batinku berdoa.

Tiba-tiba terdengar suara kepakan sayap yang cukup menghancurkan tampilan rambutku yang terikat sedemikian rupa. "Kenapa kalian berdua jatuh, hah?!" Marah Sean yang berubah menjadi Phoenix.

Kubuka mataku dan bertemu dengan mata hijau yang menenangkan. "kau tidak akan mati Eta." Aku duduk dipangkuan pria ini, mataku berkaca-kaca.

"Zel, aku takut mati lagi," adu ku kepada Raizel. Kematian merupakan trauma terbesar bagiku, karna aku kehilangan seluruh kehidupan diberbagai dunia. Aku menyayangi mereka, aku takut mereka mencariku.

Setelah kejadian itu aku mendiamkan Will ia masih berjalan dibelakangku. Kami masih berada didalam kekaisaran, seorang pengawal menghampiri kami berdua. 'Tuan Duke dan Ny. Duches kaisar telah memanggil kalian berdua." Ucap prajurit itu dengan hormat. Sebelum kearah yang kami tuju aku bertanya.

"Siapa saja yang berada disana?:

"Para menteri wilayah, seluruh petinggi ksatria kekaisaran dan orang kuil suci," mendadak kepalaku begitu pusing.

Kaisar sialan

Kami menghadap kaisar dan putera makhota, penampilanku berganti dengan baju ksatria serba hitam ditemani sebilah pedang dipinggang kiri, dan aku juga memoleskan wajah ku dengan sihir. Sedangkan Will dengan baju kebanggaan sebuah jubah tersampir dipundak kokoh itu, pola naga hitam dan emas tersulam diatas nya tak lupa pin yang menandakan kepala keluarga.

"Hormat kepada yang mulia Qoitel kemakmuran negara," salam kami berdua tanpa memperkenalkan diri karena sang Kaisar mengangkat tangannya 5 jari menandakan cukup perkenalan diri.

"Baiklah semua telah terkumpul." Kaisar itu Persy Qoitel mulai mengeluarkan perkataan dan memberikan penghargaan kepada yang berjasa dalam perang.

"Eta Aeril apa permintaanmu?" tanpa berpikir panjang aku langsung mengatakan, "aku tidak ingin kekuil suci atau dibawah kemiliteran sekalipun. Menjadi anjing kekaisaran tentu saja tidak?" ucap ku remeh diakhir kalimat. Will menghela napas dengan kasar kemudian merengkuh pinggang kecilku. Sean mengeram marah diluar istana sehingga suaranya pun bisa terdengar didalam aula besar ini.

"Bagaimana pun pola pikir dan kekuatan yang kau banggakan akan berguna untuk kerajaan ini. Ny. Duches terhormat?" tersirat cemohan untuk membalas ucapan sarkas ku tadi.

"Aku tidak berencana untuk mengabadikan diriku untuk disini Yang Mulia." Kataku sopan seraya menunduk. Kaisar Qoitel Persy menatapku dingin dari tatapan sebelumnya. "kau yakin menolak keputusan penting itu?" aku menaikan alisku heran. "Aku tak pernah mengatakan mau bergabung?"

Kaisar mengalihkan netranya-tersungging senyuman sinis. "Baiklah." Kata nya dingin. Suasana diaula ini pun benar-benar tidak terkendali. Will masih menyembunyikan tangan kanannya selama berada di kekaisaran, karena ia tidak ingin banyak yang tau bahwa ia memiliki anggota tubuh yang utuh, aku yakin Will memiliki rencana.

Aku dan Will yang menatap Kaisar dengan kesal mundur kembali ketempat kami berdiri dan kaisar masih melanjutkan pemberian penghargaan kepada orang yang berjasa dalam peperangan. Setelah semua selesai diadakan pula keesokan hari pesta penyambutan untuk semua kalangan sekaligus mencari Putri Makhota untuk anaknya.

"Kau lelah?" tanya Will sambil memelukku dari belakang, aku menatapnya lama hingga wajah kami sudah sangat dekat. Aku akui bahwa diriku ini sengaja melakukannya karena saat ia menghampiri ku yang berada diruang rias ia sangat tampan!

||TBC||

DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang