Jalan Keluar

71 10 0
                                    

Camera, Roll, and ACTION!

Camera, Roll, and ACTION!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue kebelet BAB," ucap Ehan meringis tanpa menyadari tatapan maut dari keempat temannya

"Ada sungai gak, sih?" tanya Yoga

"Ih ayolah cari, buruan gak tahan, nih."

"Sini gue anter, terus gue tenggelamin lu," Yoga memukul kepala Ehan dengan entengnya

"Aduhh! Yakan gue mules," bela Ehan

"Lu ngagetin tau, kirain gue kenapa," Ehan menerima pukulan keduanya dari Naresh

"Udah sih tolongin gue, nih. Kebelet banget gue gak bohong," pinta Ehan memelas

"Sono, dih! Ngapain masih disini?"

"Anjing, dimana?!" Ehan lelah dengan teman-temannya yang tak tau maksud darinya. Padahal, dirinya sudah minta tolong kan??!!

"Belakang pohon, tuh," ujar Jivan sambil menunjuk pohon besar di belakang mereka

"Anter," pinta Ehan lagi. Oh ayolah! Keempat lelaki itu benar-benar tidak berperi ke-Ehanan "Pwiissssss"

"Jijik, anjir! Ayo buruan," ajak Rajen

"Cebokin, ya."

"Gila lu!"

Selesai dengan drama ke-mules-an Ehan, mereka pun melanjutkan perjalanannya kembali. Yang tadi itu, Rajen tidak benar-benar membantu Ehan membersihkan dirinya. Yakali! Sudah dikasih hati minta empedu. Sudah biasa sih, pikir Rajen. Jivan kembali memimpin jalan ditemani Naresh di sampingnya. Di belakangnya ada Yoga dan Ehan yang mengalungkan lengannya ke lengan kiri Rajen. Dia berpikir harus menjaga Rajen selama perjalanan untuk balas budi. Tapi, lihat! Rajen dengan muka masamnya selalu mencoba melepaskan tangan Ehan, memang siapa yang bisa menghalangi hal gila Ehan?

Sekitar satu jam lebih mereka berjalan, tak tau pasti sebenarnya. Jam yang melingkar di tangan mereka mati, tidak ada yang menyala. Handphone yang mereka bawa juga benar-benar tidak bisa dihidupkan, seperti kehabisan baterai padahal Rajen ingat kalau sedari pagi tidak memainkannya dan masih terisi penuh. Hutan yang mereka lalui tidak menunjukkan pohon-pohon se-lebat sebelumnya. Cahaya matahari banyak memasuki rongga-rongga kosong disini, memberika kelegaan bagi kelima lelaki muda itu.

Namun, mereka tetap waspada dengan segala hal sekarang. apa yang akan terjadi nanti? Apakah ada hewan buas? Apakah ada yang mengawasi mereka selama ini? Atau benarkah arah yang mereka tuju adalah jalan keluar yang benar? Banyak pertanyaan yang mereka simpan, mulai dari kenapa mereka bisa mengalami hal ini, hingga kenapa juga mereka harus berjalan mencari jalan keluar.

"Hmm, gue mau minta maaf lagi, ya." Ucap Naresh tiba-tiba

"Kan udah gue bilang bukan lu yang salah,"

"Cih! Giliran gue aja lu gas-in," Jivan merespon perkataan Yoga dengan nada yang sedikit kesal

The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang