Sang Ketua

49 8 3
                                    

Camera, Roll, and Action!

Camera, Roll, and Action!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketujuh orang yang baru saja masuk itu menoleh ke sisi kiri bersamaan. Seorang pria tua yang terlihat berumur lebih dari setengah abad itu berteriak gembira dengan suara paraunya. Kelima pemuda itu hanya berpandangan tidak mengerti tentang apa yang pria tua itu katakan, mungkin saja sambutan itu untuk si komandan dan pengontrol perang di sebelah mereka.

"Lima pemuda yang datang dari dunia antah berantah, bertekad kuat, dan memiliki kegigihan yang tinggi. Menunggu penjemputannya di ladang yang luas dengan gagahnya, mata setajam elang yang mereka miliki menarik seluruh orang yang melihatnya. Semua yang ada dalam diri mereka menarik, tentu dengan rupa dewa Hermes yang terpancar jelas di wajah masing-masing kelimanya," pria tua itu berceloteh panjang membuat kelimanya semakin tidak mengerti

"Beri hormat," ucap Lingga

Mereka menundukkan tubuh mereka dengan posisi tubuh melengkung ke bawah sempurna

"Salam hormatku kepada lima pemuda terpilih," kini giliran pria tua ini yang memberikan penghormatan kepada mereka. Ehan merasa tersanjung, tapi tidak dengan yang lain

Tak menunggu lama, mereka melakukan penghormatan lagi bermaksud untuk membalas pria tua itu. Agak canggung memang.

"Ayo, ayo. Silahkan duduk disini."

Para tamu digiring ke sisi kanan ruangan di sebelah perapian yang menyediakan kehangatan juga banyaknya makanan. Ehan yang baru melihatnya sudah meneguk liur dalam-dalam. Ngomong-ngomong, mereka belum mengisi perut sedari aksi kejar-kajaran hingga sekarang. Mereka lapar, sangat. Rajen juga diam-diam mendambakan makanan yang tersedia untuk masuk ke perutnya. Oh, jangan lupakan Naresh yang sudah berkali-kali mengulum bibirnya bermaksud untuk menahan liurnya keluar. Jivan menggeleng tidak percaya dengan reaksi ketiganya, sementara Yoga hanya diam saja.

"Disini. Duduk dulu, yaa."

Mereka mendudukan diri dengan nyaman di atas karpet berbulu tebal dengan gemercik bara api di sampingnya. Pria tua tadi pergi ke sisi lain dan menghilang melalui kulit kayu di sisi itu. Tak lama kemudian, orang-orang seperti pelayan berdatangan dengan masing-masing dari mereka membawa baki berisi makanan dan minuman. Semua itu di taruhnya di atas meja kayu yang tentunya menarik perhatian ketujuh orang disana. Ternyata komandan dan pengontrol perang kita juga sangat lapar.

"Baiklah," Pria tua itu sudah memposisikkan diri diantara Lingga dan Meera

"Mau makan dulu at-"

"Makan!" ucap Rajen, Naresh, Yoga, dan juga Ehan bersamaan. Hah! Jivan benar-benar ingin menenggelamkan dirinya sekarang. Sementara ketiga orang di sisi lainnya hanya tertawa melihat tingkah mereka

"Hahaha, baiklah. Silahkan nikmati makanannya."

Hening mulai menyelimuti ruangan itu dengan masing-masing dari mereka yang menikmati hidangan yang ada. Ehan adalah orang yang paling cekatan di antara kelima pemuda itu, dirinya kini dengan lahap memakan setiap jenis makananan yang ada. Naresh menyukai daging, maka banyak varian daging yang lelaki itu makan. Yoga memilih memakan sayur yang terlihat begitu menggiurkan. Rajen lain lagi, dia tidak ingin mempermalukan dirinya seperti yang dilakukan temannya yang lain, jadi dirinya hanya makan secukupnya walaupun kemauan ingin mencicip seluruh hidangan di hadapannya ini sangat tinggi. Jivan? Dirinya makan dengan perlahan, pandangan mata yang selalu menelisik setiap sisi di ruangan ini, tentu masih was-was dengan apa yang bisa saja terjadi pada mereka.

The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang