Camera, Roll, and ACTION!
Masih di hari yang sama, melepas penat dengan mengelilingi lingkungan desa. Sekarang, mari berpindah pada Rajen dan Ehan yang saat ini sedang menelusuri jalan setapak yang akan membawa mereka ke daerah pasar desa. Mereka berjalan beriringan dengan Rajen yang menatap lurus kedepan dan Ehan yang bisa-bisanya mencoba tebar pesona di setiap langkahnya. Ah! Siapa saja tolong Rajen, sekarang!
Banyak penduduk yang menyapa mereka dan ada beberapa yang masih mengharapkan pemberiannya diterima oleh kedua lelaki itu. Tapi, sebelumnya Rajen sudah mengingatkan Ehan untuk tidak menerima apapun yang penduduk desa akan berikan nanti. Dan yaaa, Ehan harus menahan diri sekarang. Padahal, lihat! Gumpalan berselimut gula itu nampaknya sangat enak untuk dimakan atau hiasan kepala yang lebih mirip tiara yang bisa saja Ehan berikan pada doi nya nanti. Rajen benar-benar tidak pernah bersyukur dengan pemberian tuhan melalui penduduk ini!
Keduanya masih setia menelusuri jalan kecil dengan beberapa orang yang mengikutinya tepat di depan dan di samping mereka. Ayolah! Bagaimana Ehan tidak bersikap menjadi prince charming sekarang kalau dirinya diperlakukan bagai artis disini. Sekali lagi! Bawa Rajen kemana saja, tolong!
"Pstttt!! Ehan!"
"Ehan!!
"Ehaaaaannn!!
"Aw! Apasih, Jen?!" Ehan menoleh ke arah pemuda mini itu setelah menjadi target cubitan maut yang lelaki disampingnya ini lakukan
"Malu-maluin tau gak sih lu, Han!" ucapnya masih sedikit berbisik
"Biarin laaaah. Rejeki, sayang kalau dibiarin."
"Dih! Biarin, tiba-tiba lu diarak terus dijadiin tumbal air terjun."
"Heh! Cangkemu, Jen!"
"Makanya biasa aja, gak usah sok ngartis."
Setelah adu perbacotan tadi, Ehan benar-benar menuruti apa kata Rajen dengan bersikap biasa saja. Tentu, dia tidak ingin menjadi tumbal air terjun secara cuma-cuma. Ehan masih ingin menjadi penyiar radio kampusnya dan me-roasting dosennya kala sedang on-air. Tak tau diri memang Ehan itu. Tapi, sungguh dia benar-benar tidak ingin menjadi tumbal hari ini. kapan-kapan saja boleh lah.
Setelah lama menikmati perjalanan, akhirnya kedua lelaki muda itu sampai di pusat pasar yang wilayahnya paling ramai pagi ini. Sangat ramai dan tempat ini tampak lebih hidup. Rajen mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru pasar. Tidak ada yang aneh dari bentuk fisik penduduk disini, sama saja dengan mereka. Mereka memiliki mata uang sendiri, tapi semuanya tampak hanya uang logam. Apa yang diperjualkan pun adalah barang-barang yang biasa mereka temui di dunia mereka atau ada beberapa barang-barang asli daerah yang tidak mereka tau. Semuanya sama saja, tidak ada yang berbeda. Jadi, ini sebenarnya tempat apa?
"Jen! Kesana, yuk!"
"Kemana?"
"Itu tuh! Yang rame banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen
Teen Fiction5 laki-laki muda yang menghilang diujung pengejaran saat demo tengah berlangsung. Berusaha menghindari petugas keamanan dengan berlari menjauh, sangat jauh. Hingga menghilang dari dunia yang seharusnya mereka tinggali. The chosen. Semesta memilih m...