Desa Arlo

59 8 0
                                    

Camera, Roll, and ACTION!

Camera, Roll, and ACTION!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nah, sampai!"

Menakjubkan! Satu kata yang hanya bisa diungkapkan oleh kelima pemuda itu. Tempat ini benar-benar luar biasa! Berada di tepi bukit tinggi yang bagian ujungnya adalah air terjun dengan air jenih yang bisa memperlihatkan apa saja makhluk hidup di dalamnya. Udara di tempat ini begitu segar, mereka seperti baru pertama kali menghirup udara se-segar. Kabut masih terlihat di sekitar tepian tebing, walaupun hari sedang terik-teriknya. Cahaya matahari menyinari seluruh daratan di atas sini, tapi udara masih terasa sejuk. Ini semua benar-benar luar biasa!

"Ayo! Istirahat dulu."

Lagi! Pedesaan di depan mereka terlihat menakjubkan. Pohon-pohon besar yang ditempeli dua sampai tiga rumah milik penduduk yang ada. Di sisi kanan dekat aliran sungai terdapat lahan persawahan dan juga ladang rumput untuk tempat pakan hewan ternak. Hey! Bukankah jenis tanaman itu tidak bisa tumbuh di tanah yang sama? Baiklah, lupakan itu! Yang lebih mengejutkan lagi adalah para penduduknya yang sangat ramah. Melihat mereka dengan tatapan memuja ditambah aksi penduduk setempat yang menawarkan berbagai hal -makanan, kalung hias, air, dan banyak lagi- membuat mereka begitu terkejut.

Jivan menolak semuanya dengan halus. Rajen terlihat diam memasang wajah datar saat melewati para penduduk tersebut. Yoga dan Naresh yang hanya tersenyum hangat sambil menolak pemberian mereka. Lain lagi Ehan, dirinya dengan senyum mengembang mengucap 'terima kasih' berkali-kali dengan tangannya yang tak henti mengambil pemberian dari penduduk setempat.

"Ish, Ehan! Jangan gitu!" bisik Naresh yang berpindah posisi menjadi di samping lelaki tan itu

"Gak papa kali, Na! Semua pemberian itu pantang ditolak tau," balasnya yang juga berbisik

"Jangan malu-maluin, deh!"

"Ahahaha, gak papa, kok. Orang-orang disini memang suka kalau sama orang luar kayak kalian," timpal Lingga yang sedari tadi melihat rusuhnya kedua lelaki muda di depannya

"Tuh kan, Na- Aduhh!!"

"Hehehe iyaa, bang, eh kak. Makasi banyak, hehehe," ucap Naresh canggung setelah menyikut kecil perut Ehan. Benar-benar Ehan ini! Memalukan!

"Panggil Lingga aja," ucapan pria di bagian belakang mendapatkan senyuman dari keduanya, tanda setuju

Desa Arlo, desa yang indah tanpa tapi. Wilayah pedesaan ini benar-benar asri. Semuanya tampak hijau. Dipenuhi rumah-rumah kecil yang tampak seperti gubuk berwarna coklat dengan atap hijau yang sekilas mirip dengan daun raksasa. Setiap rumah memiliki cerobong asap kecil di sisi kirinya, dan juga beranda kecil dengan masing-masingnya terdapat bendera yang memiliki simbol. Suara gemericik aliran sungai ditambah suara air terjun yang terdengar samar-samar melengkapi semua hal yang ada di desa ini. Oh, jangan lupa dengan suara kicauan burung-burung. Entah burung apa itu, tapi seperti ada banyak jenis burung disini walaupun tidak terlihat satu pun yang terbang di sekitar mereka. Indah sekali!

The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang