part 7

90 25 71
                                    

Hai kalian apa kabar?

HAPPY READING 💙

.......

Seorang gadis berambut panjang berdiri didepan kaca, ia melihat dirinya dari pantulan kaca tersebut. Ada bekas luka lembab disudut bibirnya sakit rasanya, semenjak Erwin menikahi Nita yang menjadi Ibu sambungnya itu selalu menyiksanya terus menerus. Papanya yang selalu tidak pernah pulang karena mengurusi pekerjaan di kantor.

Alona menarik napasnya ia mengingat kejadian yang paling kejam yang di buat nyokap tirinya.

Waktu Alona baru saja pulang sekolah ia lupa membawakan makanan buat mama tirinya dan juga saudara tirinya yang mama dan saudara tirinya pesan setiap ia pulang sekolah.

"Assalamualaikum." ucapnya saat membuka pintu.

"Waa'alaikum salam. Mana pesanan saya?!" tanyanya saat Alona melangkah masuk ke dalam rumah.

Mendengar ucapan mama tirinya, Alona terdiam ia tidak menjawab pertanyaan mamanya.

"MANA! PESANAN SAYA?! JANGAN BILANG KAMU LUPA! JAWAB. HAH?!" bentaknya sangat keras.

"Pesanan lo, gue lupa beliin nya. Soalnya uang gue ngga cukup." balasnya.

"Lupa? Uang ngga cukup?! Alasan kamu aja, dasar tidak tau diri!"

"Gue beneran lupa tau gak lo, apa lo lupa uang yang papa gue kasih buat gue sekolah, lo pakai buat jalan dan juga shoping. Apa lo lupa?!" jelasnya.

"Mulai kurang ajar kamu ya sama saya. Sini kamu! Ikut saya!" Nita menarik tangan Alona hingga kasar. Ia menarik Alona ke arah gudang rumahnya. Saat sedang sampai di gudang ia mendorong Alona dengan kasar.

"Aaw" ucapnya kesakitan.

"Berdiri kamu! Siapa yang suruh kamu duduk dilantai." Nita menarik Alona dan mencekik lehernya.

"T-to-long le-pe-sin. Uhuk uhuk" mohonnya terputus-putus.

Nita melepas cekikikan nya. Belum puas ia mencekik Alona, kini ia menamparnya hingga membuat sudut bibirnya robek.

"Kali ini saya maafkan kamu! Tapi ingat kalo kamu ngadu yang macam-macam sama papa kamu, saya pasti kasih kamu pelajaran yang lebih, pedih dari ini." Nita menatap tajam ke arah Alona.

"Percuma gue ngadu sama bokap gue tentang kebusukan lo! Karena gue belum punya bukti yang kuat buat membongkar kebusukan yang lo buat!" Alona bangkit dari tempat duduknya ia berjalan menuju pintu keluar gudang. Belum sempat ia menutup pintu gudang ia berbalik badan.

"Ingat suatu hari kebusukan lo bakalan terbongkar!" Lanjutnya.

Usai ia mengingat kejadian semalam ia menghembuskan nafasnya perlahan. Ia melihat pantulan dirinya dari cermin ia melengkung bibirnya hingga menjadi sebuah senyuman. "Semangat! jangan lemah didepan nyokap tiri lo." ucap Alona menyemangati dirinya sendiri.

Saat Alona mau melangkahkan kakinya buat keluar rumah ia langsung dicegat oleh saudara tirinya.

"Tunggu, Alona." panggilnya

Laskar Giodarno [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang