L i m a

15.6K 1.4K 12
                                    

Seberapa sering ia melakukan rutinitas ini, bekerja gila-gilaan, melupakan kewajiban, dan pulang di setiap weekend, ingin rasanya ia pulang seperti pekerja biasa. Pulang tepat waktu, berkumpul dengan keluarga, dan bersantai di setiap hari libur.

"Sial!" Umpatnya ketika mobilnya hampir menabrak seekor kucing. Andra kembali melajukan land cruiser hitam tersebut. Berhenti di depan gerbang rumah bertema klasik. Membunyikan klakson, agar Yanto mendengar dan membukakan gerbang untuknya.

Tersenyum sekilas pada Yanto, kemudian memarkirkan mobil. Andra mencabut kunci mobilnya, meremasnya sebentar sembari termenung. Kiana. Ia melupakan sesuatu tentang Kiana. Buru-buru ia keluar. Sudah dua minggu ia tidak pulang ke rumah. Di karenakan ia harus terbang ke Malaysia bertemu dengan beberapa investor, dan mengurus beberapa hal menyangkut pekerjaan.

Kiana pasti sangat kecewa, apalagi ia berpamitan dengan gadis itu hanya lewat telepon. Salahkan para investor Taiwan itu yang membatalkan janji temunya, awalnya mereka setuju pertemuannya diadakan di Indonesia saja. Tetapi, ternyata mereka mempunyai jadwal lain sehingga Andra lah yang harus mengalah dan terbang ke Negeri sebrang.

Yang ia harapkan untuk sekarang adalah, Kiana tidak marah padanya karena melupakan janji yang ia buat untuk gadis kecilnya itu.

Meletakan kopernya sembarangan. Andra berjalan ke arah dapur. Sepertinya tadi ia mendengar suara orang tertawa.

"Bik!" Serunya, memanggil Bik Inah, asisten rumah tangga, yang sudah bekerja sejak Kiana bayi.

Melenggang pelan, mengambil gelas lalu menuangkan air putih yang berada di atas meja. Ia juga melepas dasi yang mencekik lehernya, membuka beberapa kancing kemeja lalu berbalik dan di sana berdiri seorang gadis cantik.

Tunggu ... Gadis cantik?

Andra mengamati gadis yang berdiri di hadapannya, sama-sama tak bersuara. Ia menyipit memerhatikan tingkah gugup gadis itu, bagaimana ia menunduk, menggerak-gerakan kedua kakinya yang tak terbalut apapun.

Sial! Kakinya indah. Makinya dalam hati. Kemudian Andra menaikan pandangannya kembali pada wajah gadis itu.

Gadis yang mengepang rambutnya ke belakang itu, mengusap tengkuknya gugup. Kemudian berucap. " Anda ... Siapa?"

Andra mengerjap. Apa-apaan itu?!
"Harusnya saya yang tanya itu sama kamu, kamu siapa? Kenapa kamu bisa ada di rumah saya?"

Beruntung Andra dapat mengatur nada suaranya agar tidak terdengar sarkas di telinga gadis itu. Dia lumayan penat dan pening akibat pekerjaanya yang menumpuk dan ketika sampai ke rumah dan menemukan 'seseorang' yang membuatnya agak naik darah, dia tidak langsung melampiaskannya.

Gadis yang belum Andra ketahui namanya itu membelalakan matanya dengan cara yang lucu, setidaknya itu menurut Andra. Kemarahan yang tadi sedikit menguasai tergantikan dengan rasa geli untuk gadis itu.

"Sa-sa ... Saya ..."

"Kak Yasmin!"

Satu teriakan itu membuat mereka berdua menatap ke arah pintu. Di sana Kiana berdiri mengamatinya dan gadis yang tadi di panggil Kiana dengan nama Yasmin.

Kiana menghampiri mereka berdua, kemudian mengerling pada Andra.

"Eh, ada Bang Toyib," sindiran halus yang diberikan Kiana pada Andra. Anak gadisnya itu tengah menekuk wajahnya. Andra menggeser pandangannya pada gadis yang bernama Yasmin itu. Gadis itu terlihat mengulum bibirnya, menahan tawa yang keluar karena mendengar celetukan Kiana.

Andra menghela napas pelan, salahnya memang membuat Kiana ngambek seperti ini.

"Kiana ..." panggilnya pelan.

Sugar Rush ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang