Pertemuan-pertemuan yang kebetulan. Yasmin kira Rey berbohong ketika mengatakan itu, dia mengira kalau Rey hanya membual dan memang sengaja menemuinya di manapun ada kesempatan, sekarang ia meringis. Percaya diri sekali kamu Yasmin! Rutuknya.Dia sekarang percaya kalau ada sebuah kebetulan atau memang malah takdir, ketika pikiran kita selalu berputar tentang seseorang, maka hal itu akan mengantarkan kita pada sebuah takdir yang terlihat seperti kebetulan.
Gadis yang sekarang menggerai rambutnya itu berdiri di sebuah pusat perbelanjaan. Menatap lurus pria yang akhir-akhir ini sering ia temui. Mata bulatnya berkedip, mencoba menganalisis jalinan apa yang terajut antara Ayah Kiana dengan seorang perempuan dewasa yang berjalan beriringan dengan pria itu. Mungkin calon ibu Kiana. Pikirnya positif. Dia mulai membandingkan dirinya dengan perempuan dewasa tersebut. Tapi, sejurus kemudian ia menggeleng, tersadar dengan pikiran anehnya. Atas dasar apa ia membandingkan dirinya dengan wanita itu? Dan kalaupun dia benar-benar calon ibu Kiana, apa urusannya dengan Yasmin?
Yasmin menunduk menatap sepasang flat shoes hitam berpita yang ia kenakan. Cemberut ketika menemukan fakta yang sesungguhnya.
"Waras Yas?"
Yasmin mendongak, wajahnya berpaling ke sisi kiri pada perempuan yang mengerutkan kening, menatapnya aneh.
"Lo kenapa? Ditinggal bentar aja udah kayak anak ilang," oceh Tiara tak jelas, sedangkan Yasmin tetap cemberut, entah apa yang membuat suasana hatinya tiba-tiba mendung.
"Eh, dia liat ke sini," seru Tiara tiba-tiba. "Eh, dia senyumin kita." Lagi, Tiara berseru antusias. Yasmin mengangkat kepalanya mencari seseorang yang ditunjuk Tiara.
"Siapa?"
"Dia ke sini ..."
"Yasmin?"
Andra berdiri di hadapan mereka dengan balutan jas hitam yang membungkus tubuh tegapnya, memanggil Yasmin dengan suara beratnya. Yasmin mengerjap, Tiara terbengong dengan mulut menganga.
"Om," sapanya, ia meringis kecil. "Selamat siang, om."
Andra tertawa kecil melihat kegugupan gadis di hadapannya. Apalagi melihat satu temannya yang menganga takjub.
"Selamat siang Yasmin," balas Andra masih dengan kekehan di akhir kalimatnya.
"Om—Sendirian?"
Yasmin mengulum bibirnya ketika pertanyaan itu keluar. Bodoh! Jelaslah Andra sendiri. Tapi, jauh di dalam itu, Yasmin memang ingin memastikan sesuatu, walau ia tampik mati-matian.
Andra tertawa lagi membuat kedua gadis belia itu terpana. "Ya, sekarang saya sendiri, tapi tadi saya bersama sekretaris saya," jelas Andra membuat Yasmin mengangguk pelan. Lalu bergumam, "oh ... Sekretaris," sembari menggigit ujung jari telunjuknya.
Andra menaikkan sebelah alisnya, melihat Yasmin yang masih menggigiti ujung jari telunjuknya.
Yasmin tersadar sesuatu, ada Tiara di sisinya. Dan dia belum memeperkenalkan mereka satu sama lain.
"Eh, Om kenalin ini teman aku, Tiara." Yasmin menyenggol lengan Tiara, agar gadis yang tengah terbengong bodoh itu mengulurkan tangannya pada Andra.
"Tiara, Om."
Andra balas menjabat tangan Tiara sembari tersenyum kecil. "Andra," ucapnya, menyebutkan nama.
Setelah berbincang sedikit akhirnya Andra berlalu terlebih dahulu dengan alasan ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.
"Gila! Gila! Gila!" Pekik Tiara heboh. "Ganteng banget, kok lo bisa sih kenal sama dia?" Tanyanya antusias, membuat Yasmin meringis.
"Dia, 'kan Papanya Kiana." Yasmin menggaruk kepala belakangnya. Sepertinya jawabannya tidak terlalu didengarkan Tiara, yang masih tersihir pesona pria matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Rush ✓
General FictionYasmin & Andra Ini bahaya! Kenapa ia yang awalnya berkepribadian tenang berubah menjadi sangat aktif hanya karena seseorang. Sugar Rush, ialah kondisi seseorang yang berubah menjadi aktif karena banyak mengonsumsi gula.