E n a m

15.4K 1.4K 15
                                    


Kesepian. Seberapapun banyak harta dan fasilitas mumpuni yang dimilikinya, dia tetap kesepian. Dia butuh seorang teman untuk berbagi cerita yang sefrekuensi. Dia memang punya sahabat tapi sahabatnya itu laki-laki yang mana tidak semua hal harus dibuka begitu saja di depan sahabatnya. Dan Ayahnya, dia terlalu sibuk untuk mendengar dan melihat tumbuh kembang puterinya.

Jadi, ketika ada seseorang yang bisa mengisi kekosongan itu, yang sangat ia dambakan kehadirannya dari dulu, ia sangat senang bukan kepalang. Ada orang yang mengayomi, menasihati ketika salah, berbagi tawa dan cerita. Ia seperti mempunyai ... Mama.

Dan dia Yasmin. Gadis itu begitu dewasa dan keibuan, membuat Kiana nyaman ketika bersamanya. Seperti saat ini, Kiana berbaring dengan berbantalkan paha Yasmin, sedangkan Yasmin tak terganggu sedkitpun, ia tetap membaca buku dengan tenang.

"Dek, jangan makan sambil tiduran, nanti keselek," ujar Yasmin mengingatkan, ketika Kiana mengambil toples berisi kue kering buatan Yasmin yang disimpan di atas nakas lalu tiduran kembali dan memakannya dengan posisi seperti itu.

"Kak kuliah nanti, aku ambil jurusan apa, ya?" Tanya Kiana random, dengan mulut penuh, membuat Yasmin menggeleng akan tingkah Kiana.

"Telan dulu makanannya dek," Yasmin membersihkan sisa-sisa remahan kue di pipi gadis itu, lalu jatuh ke atas kasur yang ditempati mereka. Nanti ia harus membersihkan dulu ketika mau tidur. Pikirnya.

"Ya ... Sesuai minat kamu dek," ucap Yasmin enteng. Kiana yang mendengarnya mengerucutkan bibir. Wajar, yang berbicara seperti itu adalah Yasmin yang pintar secara akademik, mau masuk jurusan apapun, Yasmin sepertinya tidak akan kesulitan. Sedangkan Kiana, sampai sekarang ia tak tahu apa minatnya. Tujuan hidupnya pun tidak jelas. Kalau ditanya oleh Adi "tujuan hidup lo apa sih?" Ketika cowok itu merasa jengah dengan ke'santuy'an Kiana. Kiana hanya akan menjawab, "tujuan gue ya tetap hidup, dan cara memertahankannya dengan makan dan bernapas, simpel, hidup nggak usah dibawa susah." Dan pada saat itu Adi akan memiting lehernya memasukannya ke dalam ketiak, dan tangannya yang lain akan ia gunakan untuk menjitaki kepala Kiana sembari berucap. "Makan noh hidup, napas tuh di ketek gue biar otak lo lurus!"

Kok, Kiana jadi kangen si kampret Adi, ya? Sudah tiga hari ia tidak bertemu sahabatnya itu, pasti sekarang Adi sedang bermalam di sebuah tenda di tengah hutan menuju puncak Merbabu.

Diburu harimau mampus lo! Otaknya yang licik menyumpahi.

"Tapi, masih ada waktu kok dek, kamu belajar aja yang rajin. Ini, kan masih semester satu. Nanti kalau udah dekat waktunya baru kamu pikirkan matang-matang tentang apa yang kamu cita-citakan," tutur Yasmin menambahkan sembari mengusap rambut Kiana.

Kiana mengangguk dengan antusias, saking antusiasnya ia sampai tersedak, lalu terbatuk-batuk sambil memukul dada.

"Tuh 'kan Dek, apa Kakak bilang, jangan makan sambil tiduran," omel Yasmin, gurat khawatir tercetak jelas di wajahnya yang ayu.

"Ya, udah tunggu bentar ya. Kakak ambil minum dulu." Yasmin bergegas keluar dari kamar Kiana, menuju dapur yang memang sudah ia hafal seluk beluknya, bahkan tatanan seluruh rumah ini.

Tidak lama kemudian Yasmin kembali dengan membawa segelas air yang lansung ditandaskan Kiana dalam sekali minum.

"Ah, lega ..."

"Jangan diulangi lagi ya, Dek. Kalo makan jangan serampangan kayak gitu, nggak pantes juga kamu 'kan cewek," ucap Yasmin persis seperti ibu yang menasehati puterinya.

Kiana meringis mendengar penuturan Yasmin. Yah, dia, kan memang serampangan, semua yang ada pada diri Kiana itu bar-bar. Tidak ada lemah lembutnya. Berbeda dengan Yasmin yang lembut, anggun, dewasa dan sangat cantik. Kiana tidak akan menyangkal untuk yang terakhir itu, Yasmin adalah wanita yang benar-benar cantik, dengan wajah kecil yang manis ditambah rambut hitam tergerai sampai batas pinggang, kulit kuning langsat yang menawan dan tubuh yang bisa dikatakan sempurna serta menjadi dambaan bagi setiap wanita. Kiana saja yang sesama perempuan terpesona ketika melihat Yasmin, apalagi lawan jenis. Eh, Papa terpesona juga nggak, ya?

Sugar Rush ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang