D u a p u l u h l i m a

14.7K 1.2K 30
                                    


Angka pada jam yang tertempel di dinding kamar Kiana menunjukan pukul sembilan malam. Dengan hati-hati Yasmin beranjak dari kasur. Merasa kehausan, setelah bercerita ini dan itu agar Kiana lekas tidur.

Sebelum beranjak pergi, Yasmin mengusap kening Kiana terlebih dahulu, menaikkan selimut sampai batas dada gadis itu. Agar Kiana merasa nyaman dalam tidurnya.

Setelah itu, ia keluar dari kamar Kiana untuk menuju dapur. Lalu menemukan Bik Inah yang tengah menyeduh kopi.

"Tumben Bibik minum kopi?" ujar Yasmin, kemudian meneguk air di dalam gelas.

"Ini bukan buat Bibik Non, ini buat Bapak," tangan keriput itu mengaduk kopi di dalam cangkir. Yasmin yang tengah menyimpan gelas ke dalam wastafel dan bersiap menyalakan keran air, menoleh pada Bik Inah.

"Om Andra?" Tanyanya memastikan. Bik Inah mengangguk ringan. "Bukannya Om Andra nggak akan pulang, ya, malam ini?" Yasmin kembali bertanya, dengan tangan tetap bekerja mencuci gelas yang tadi ia gunakan untuk minum.

"Iya, tadinya gitu, ternyata acaranya batal. Jadi Pak Andra pulang, udah lama kok sampainya," jelas wanita paruh baya itu.

"Oh ..." Gumam gadis itu pelan. Dia mulai berpikir. "Ka-kalo Yasmin aja yang nganterin kopinya buat Om Andra, boleh Bik?" Tawarnya dengan wajah penuh harap.

Bik Inah yang telah siap untuk beranjak menghentikkan kegiatannya. "Non Yasmin yang mau nganter kopinya?"

Yasmin mengangguk cepat, berharap Bik Inah setuju tanpa banyak bertanya dan curiga. "Boleh, deh. Bibik juga tadi sebenarnya udah mau istirahat, eh ternyata Bapak pulang dan minta dibikinin kopi," Bik Inah menyodorkan cangkir yang berisi kopi tersebut. Dengan sigap, Yasmin mengambil cangkir berbahan keramik itu dari tangan Bik Inah.

"Antar ke ruang kerja Pak Andra aja Non, tadi Pak Andra bilang begitu."

Yasmin mengngguk, mengerti. "Oh, iya. Bik."

"Ya, udah. Bibik duluan ya, Non," pamit wanita paruh baya itu kepada Yasmin. Yasmin tersenyum sekilas, memerhatikan Bik Inah terlebih dahulu sampai art berusia lanjut itu hilang dari penglihatan.

Yasmin menarik napas kemudian membuangnya secara perlahan, mencoba agar rileks dan lebih santai. Juga menenangkan jantungnya yang berdebar dengan menggila.

Yasmin melangkah pelan menuju ruangan kesukaan Andra. Kembali meyakinkan diri ketika ia sudah berada di depan pintu ruang kerja pria itu.

Tok, tok ...

Tidak lama kemudian sebuah suara berat menghampiri pendengarannya. "Masuk."

Yasmin memegang kenop pintu, membukanya dengan gerakan pelan. Lalu melangkah dengan hati-hati memasuki ruangan itu. Lalu menutup pintunya kembali

Mata Yasmin mengerjap pelan. Di sana Andra tengah serius mengetik sesuatu di atas keyboard laptop, belum menyadari kalau yang barusan mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangannya adalah gadis yang ia hindari tiga hari ini.

"O-om, Ini Yasmin," cicit Yasmin kecil. Andra memdongak ketika mendengar suara lembut itu, menatap ke arah pintu, pada Yasmin yang masih setia berdiri sembari membawa secangkir kopi.

Mulanya Andra terkejut dengan kehadiran gadis itu. Tapi tak lama ekspresinya kembali terlihat datar. Ia tak acuh, lalu kembali pada kesibukan awalnya.

Dengan pelan Yasmin melangkah mendekati meja kerja yang ditempati Andra, meletakkan cangkir yang tadi ia bawa. Dan setelah itu, ia tetap berdiri di hadapan Andra.

Yasmin menunduk. "Yas-Yasmin mau minta maaf, Om. Yasmin salah. Maaf, Yasmin udah bikin Om tersinggung, Yasmin juga berpikiran dangkal tentang hubungan kita. Ng-nggak seharusnya Yasmin dengarin apa kata orang, apalagi Yasmin sampai menghindari Om," ucap gadis itu panjang lebar. "Po-pokoknya Yasmin mau minta maaf atas semua kesalahan yang Yasmin perbuat, Om mau maafin Yasmin 'kan?" Lanjutnya, dengan tatapan penuh harap yang ia arahkan kepada Andra.

Sugar Rush ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang