Dia Adrian. Kakak sepupu Kiana, lebih tepatnya anak dari Kakak mendiang ibunya. Laki-laki yang saat ini tengah berjuang untuk menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah itu, berbisik di telinga Kiana, "Dia Art di sini?"Ketika melihat gadis yang beberapa hari lalu ia temui di kantin fakultasnya, sekarang tengah fokus menyiapkan makanan untuk makan malam mereka. Berasa lihat istri.
"Ya, bukan dong. Dia guru les gue," balas Kiana.
"Weh, kok lo nggak bilang sih ada bidadari di rumah lo. Tau gitu dari kemarin-kemarin gue mampir ke sini."
Lalu—Bugh! "Aduh!" Kiana menyikut perut Adrian keras membuat laki-laki jangkung itu mengaduh kesakitan.
"Nggak usah modus dia udah ada pawangnya." Adrian mengelus perutnya yang tadi di sikut Kiana. Mendengar itu Adrian melupakan kalimat protes yang akan ia lontarkan pada Kiana. Ia malah berkata."Serius lo? Dia udah ada yang punya?"
"Iya," balas Kiana tak acuh. punya Papa. Lanjutnya dalam hati. "Kak Yasmin udah masaknya?" Teriak Kiana lalu menghampiri Yasmin, yang tengah menata piring dan meninggalkan Adrian yang terbengong-bengong.
Yasmin menoleh tidak lupa senyum teduhnya masih melengkung. "Iya, sekarang kamu makan ya, ajak Adi juga tapi sebelum itu kamu cuci tangan sekalian cuci muka dulu," perintah Yasmin karena melihat wajah Kiana yang penuh coretan.
"Adi mah nggak diajak ke sini juga, udah inisiatif sendiri," gerutu Kiana sembari menarik lengan Adi agar berdiri sejajar dengannya. Yasmin tertawa pelan mendengar celotehan Kiana. Kemudian matanya beralih pada Adrian yang tadi belum terlihat presensinya oleh Yasmin. Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah mereka. Kening Yasmin berkerut dalam. Wajah pria ini tak asing di matanya. Entah di mana ia pernah melihat wajah itu.
Kiana dan Adi sudah berlalu untuk mencuci tangan. Lalu menyisakan Yasmin dan Adrian yang sedari tadi tak berhenti menyoroti wajahnya.
"Jadi lo guru les sepupu gue?" Yasmin mengerjap. Sepupu? Laki-laki ini sepupu Kiana? Dan kenapa pertanyaannya itu seolah-olah Yasmin sudah kenal akrab dengannya.
"I-iya."
Wajah Yasmin terlihat kebingungan. "Lo nggak inget sama gue? Gue yang waktu itu nyamperin lo sama Rima di kantin," jelas Adrian merasa tersinggung. Kok bisa sih wajah seganteng ini dilupain?
Air muka Yasmin berubah. Satu memori teringat di benaknya, Ia tersenyum cerah. "Oh, ya. Aku inget, kamu kakak tingkatnya Rima, kan?"
"Nah," ujar Adrian antusias
Obrolan mereka disela oleh kedatangan Kiana dan Adi. Setelah itu mereka mulai duduk di kursi masing-masing. Bersiap menyantap hidangan yang sudah tersaji. Sepanjang acara makan malam itu tidak ada yang bersuara hanya sesekali terdengar benturan sendok dan piring. Mereka fokus menyantap makanan mereka masing-masing.
Usai makan malam. Kiana dan Adi memilih undur diri ingin menonton tv katanya. Sedangkan Yasmin dan Adrian memilih bertahan di dapur. Adrian tak lebihnya hanya ingin berlama-lama di dekat Yasmin. Walaupun ia harus puas karena ada Bik Inah yang merecoki.
Yasmin menumpuk beberapa piring kotor. Mengangkatnya ke wastafel. Menyalakan keran air, dan menuang sabun.
"Gue bantuin?" Adrian merebut spons di tangan gadis itu kemudian mulai menyabuni piring-piring kotor.
"Den Adrian, non Yasmin, biar bibik aja yang nyuci piringnya, kalian ke depan aja bareng non Kiana sama den Adi,"
Adrian dan Yasmin menoleh pada Bik Inah yang berdiri di belakang mereka.
"Udah Bi, bibik aja yang ke depan, ngerjain apa kek, kalo ini biar saya sama Yasmin yang kerjain, oke bik," selorohnya sembari menyengir lebar dengan mata melirik-lirik pintu keluar. Berharap Bik Inah paham kodenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Rush ✓
General FictionYasmin & Andra Ini bahaya! Kenapa ia yang awalnya berkepribadian tenang berubah menjadi sangat aktif hanya karena seseorang. Sugar Rush, ialah kondisi seseorang yang berubah menjadi aktif karena banyak mengonsumsi gula.