S e m b i l a n

14.7K 1.3K 7
                                    

Rindu itu masih ada, bahkan masih membara sampai saat ini. Ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang itu begitu saja, walaupun secara sadar hatinya tengah disusupi seseorang yang lain. Walaupun begitu, ia tidak berniat menyingkirkan masa lalu yang teramat indah tapi terkadang menimbulkan sembilu. Yang jelas dia akan menyimpan kenangan itu di relung hatinya yang paling dalam dan membiarkan bagian hati yang lain mengambil alih tentang apa yang ia rasa.

Rasa yang membuatnya berdebar-debar selayaknya kala ia masih muda. Seperti pagi ini, ia menemukan Yasmin yang masih berada di dalam rumahnya tepatnya di ruang makan, gadis itu memang menginap semalam di rumahnya. Yasmin tengah berdiri di samping meja makan sembari mengoleskan selai pada roti panggang yang berwarna kecokelatan. Diikuti beberapa suara Kiana yang meminta Yasmin mengoleskan selai yang ia mau.

Ekspresi gadis itu tetap sama, mengangguk dan tersenyum dengan teduh kemudian melaksanakan apa yang diminta Kiana.

Netra yang semula fokus terhadap sehelai roti di tangannya, tiba-tiba beralih menatap lurus pada Andra, Yasmin tak canggung lagi ia tersenyum hangat. Membuat kedua sudut bibir Andra tertarik membalas senyuman manis gadis itu di pagi hari ini.

Rasa itu semakin membuncah, Andra kembali merasakan debaran kencang. Seiring dengan langkah tegapnya menghampiri kedua gadis itu. Andra mengecup kepala Kiana terlebih dahulu.

"Sarapan Om, Yasmin tadi cuma bikin roti panggang," Andra mengangguk kemudian duduk di atas kursi yang memang diperuntukkan bagi pria itu.

Tanpa diperintah Yasmin kembali mengambil selembar roti, kemudian menatap Andra. "Om mau selai rasa apa?"

"Cokelat, tolong." Yasmin mengangguk kemudian mulai mengoleskan selai yang diminta Andra, kembali mengambil sehelai roti dan menangkupnya di atas roti yang telah diselimuti selai. Setelah meletakkan roti tersebut di atas piring, Yasmin memberikannya pada Andra.

Yasmin masih berdiri, ia kembali bertanya pada Andra. "Om mau minum apa, mau susu kayak Kiana atau Yasmin buatin minuman lain?"

"Say—"

"Cie ... Cie ... Cie ..." Ucapan Andra terjeda oleh suara Kiana yang menyebalkan. "Kak Yasmin perhatian banget deh sama Papa," Kiana menopang dagunya menggunakan kedua tangan, bibirnya melengkungkan senyum menyebalkan, sedangkan matanya menatap Andra dan Yasmin bergantian, dengan menaik-naikkan kedua alisnya.

Yasmin menunduk kaku, bibir bawahnya tergigit pelan. Apa yang ia lakukan? Kenapa Yasmin tak sadar memberikan perhatian berlebih pada Andra.

Melihat ekspresi terganggu gadis itu, Andra menghela napas pelan. "Kiana ..." Tegurnya. Tapi, Kiana tak mendengar ia kembali menggoda Yasmin dan Andra.

"Nikah ajalah nikah, Kakak udah cocok kok jadi istri Papa, udah cocok juga jadi Mama ak—"

"Kiana," Andra menggeleng, menegur anak gadisnya yang kelewat usil itu.

Kiana menyengir. "Cocok, kok," sembari mengangkat kedua jempolnya.

"Dek ..." Rengek Yasmin cemberut. Sedangkan Kiana terbahak kencang dan Andra terkekeh pelan. Rasanya hangat, suasana saat ini sangat hangat dan hidup. Sama seperti bayangan keluarga yang selama ini Kiana impikan.

Pagi itu dilanjutkan dengan Andra mengantar Yasmin dan Kiana pergi sekolah dan kuliah. Karena sekolah Kiana jaraknya lebih dekat, Andra mengantar Kiana terlebih dahulu. Sehingga hanya Yasmin yang tersisa di dalam mobil mewah miliknya.

Tak ada obrolan yang berarti dalam perjalanan ini. Yasmin sibuk menatap ke luar dari kaca jendela mobil. Sedangkan Andra sibuk memerhatikan jalan, dan berpikir.

"Yasmin." Yasmin mengerjap mendengar sahutan pelan itu. Ia menatap sekeliling, mereka sekarang sudah berada di dalam area kampus. Saking asiknya melamun Yasmin jadi tidak memerhatikan sekitarnya sampai tak sadar kalau mereka sudah sampai.

Sugar Rush ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang