S e m b i l a n b e l a s

13.4K 1.1K 7
                                    

Tidak ada yang terjadi setelah itu, karena Andra yang paling menentang usulan ibunya. Dia berkata dengan tegas kalau misalkan dia dan Yasmin tak melakukan hal jauh—tentu saja Andra tak mengatakan tentang ciuman yang terjadi di antara mereka.

Sebelum itu, Andra berperang batin. Tentu ia ingin membawa Yasmin ke pelaminan, dan dengan adanya peristiwa ini mungkin mau tidak mau gadis itu harus dinikahkan dengannya. Bisa saja dia memanfaatkan kesempatan ini.

Tapi, logikanya kembali berjalan. Dia bukan laki-laki berengsek. Bukan dengan cara murahan seperti ini jika ia ingin memperistri gadis itu. Yasmin jelas gadis baik-baik, dia perempuan terhormat. Andra tak ingin membawa Yasmin dalam keterpaksaan. Kalau pun nanti Yasmin setuju menikah dengannya, dapat ia pastikan karena itu memang murni keingingan hati gadis itu sendiri. Jadi dia hanya perlu berusaha sedikit lagi untuk meyakinkan Yasmin. Karena Andra yakin, dia sudah menggengam hati gadis itu.

Setelah mengeluarkan semua perkataanya dengan tegas dan sedikit aura menyeramkan yang terpancar, membuat Oma Widia tertegun, Kiana agak sedikit ketakutan, dan Yasmin gemetaran. Andra menarik lengan Yasmin. Membawa gadis itu keluar dari rumah mewahnya.

Berjalan dengan cepat menuju mobil yang terparkir di halaman. Yasmin terseok-seok mensejajarkan langkah dengan Andra. Meringis juga, menahan sakit di pergelangan tangan akibat cengkraman pria itu yang sedikit kuat.

"Om ... Pelan-pelan, tangan Yasmin sakit," lirih gadis itu, Andra menoleh pada Yasmin. Memerhatikan raut Yasmin yang tengah meringis.

Sial. Makinya pada diri sendiri. Ketika melihat buliran bening menggantung di kedua sudut mata Yasmin. Gadis ini masih shock atas peristiwa tadi dan perlakuan Andra yang kasar menambah guncangan pada gadis cantik itu.

Andra melepas cekalan dari tangan Yasmin. Kemudian bergerak membingkai kedua sisi wajah cantik itu menggunakan tangannya yang besar.

Ibu jarinya bergerak pelan. Mengusap titik air mata yang menggenang. "Maaf," sesalnya.

Mata Andra bergulir, memerhatikan semua titik pada wajah gadis itu. Kemudian menyorot ke bawah, pada kedua tangan Yasmin yang saling tertaut.

Andra melepaskan bingkaian tangannya dari wajah Yasmin. Menggantinya dengan menyentuh pergelangan tangan putih itu. "Masih sakit, hm?" Andra mengelus tangan itu lembut.

Yasmin menggeleng. Dia mendongak ke arah wajah Andra. Bibirnya melengkung sedih.

Andra menghela napas melihat ekspresi sedih itu. "Om, antar pulang, ya?"

Yasmin terus menyoroti Andra, bibirnya semakin melengkung. Mati-matian menahan tangis. Dengan berat Yasmin mengangguk.

Pria itu mengusap kepala Yasmin lembut lalu menuntunnya agar masuk ke dalam mobil.

Andra tak banyak berbasa-basi, setelah mengangtar Yasmin ke kosan gadis itu. Andra kembali ke rumahnya, ingin segera menyelesaikan masalah—yang ia yakini ulah Kiana.

*

Dia meremas botol kecil berdiameter 10 cm, setinggi jari telunjuk pria dewasa, Mengusap wajah dengan kasar. Tanpa ditunda lagi dia bergegas menemui sang biang masalah.

"What is this?!

Andra melempar botol yang ia temukan ke arah Kiana yang sedang berbaring di atas kasur. Jangan tanya ia menemukan botol itu di mana. Entah Kiana yang terlampau bodoh atau mata Andra yang sangat jeli, sehingga Andra masih bisa menemukan botol kecil yang mungkin disembunyikan Kiana secara apik.

Entah dari mana Kiana mendapatkan benda itu—obat tidur dengan dosis yang lumayan tinggi, sehingga membuat Andra dan Yasmin tidak sadar semalam.

Kiana tersentak, ia terkejut bukan main ketika ayahnya melemparkan barang bukti. Mampus gue.

Sugar Rush ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang