T i g a p u l u h d e l a p a n

16.2K 1K 24
                                    


Andra kembali berkendara menuju kediaman Yasmin. Hari ini dia menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, hingga di pukul setengah empat sore dia sudah berada di jalan dekat rumah Yasmin.

Tapi, dia tidak membawa serta cincin yang beberapa waktu lalu ia persiapkan—yang sekarang, entah di mana keberadaanya. Andra tidak mengingat sama sekali di mana terakhir kali ia menyimpan cincin tersebut. Tapi, dia mengesampingkan itu terlebih dahulu, dia bisa membeli cincin yang lain, yang akan ia sematkan di jari manis gadisnya.

Andra memarkirkan mobilnya di halaman rumah Yasmin yang luas, dia memerhatikan sekitar, rumah sederhana bercat putih, dengan jendela besar-besar, juga tidak adanya gerbang yang membatasi. Rumah ini juga rasanya terpencil dari sekitarnya, karena tidak adanya rumah lain di sisi kanan dan kiri. Membuat suasananya terasa sunyi dan hening, dari jeritan suara tetangga maupun bisingnya suara kenalpot kendaraan.

Andra memantapkan hati, kemudian turun dari mobilnya, melangkah pasti menuju rumah sang kekasih. Semoga saja, semoga saja hari ini dia beruntung. Sehingga ia bisa menemui Yasmin.

Andra mengetuk pintu sembari mengucap salam.

Tidak seperti kunjungan pertamanya yang harus menunggu agak lama untuk dibukakan pintu. Kali ini, sepertinya keberuntungannya dimulai, karena pintu dibuka tak lama setelahnya ia mengetuk dan mengucap salam, bahkan terkesan cepat dan buru-buru.

"Iya?" Sahut suara lembut yang terdengar antusias

*

Ketika itu, Yasmin tengah menyisir rambutnya yang masih setengah basah di depan cermin. Sudah setengah jam dari kepulangan Kiana, setelah dia menghabiskan waktu seharian ini dengan Yasmin.

Ketika melihat pantulan dirinya di dalam cermin, dia tersenyum malu-malu. Melihat apa yang sekarang tersemat di jari manisnya. Sebuah cincin berlian, yang tadi Kiana sematkan.

Dia kembali mengingat kejadian tadi. Pada saat Kiana bertanya serius padanya.

"Kakak beneran bakal nikah sama Papa 'kan? Bakal jadi Mama aku 'kan?" Kiana bertanya sungguh-sungguh. Yasmin yang bingung dengan maksud pertanyaan Kiana hanya dapat mengangguk.

"Bener 'kan, bakal nikah sama Papa?" Kiana kembali bertanya. Dan Yasmin kembali mengangguk tapi yang kali ini anggukkannya tegas. Walaupun ia tahu hubungannya dengan Andra sedang tidak baik-baik saja. Tapi ia yakin, hubungannya dengan Andra tak akan bubar begitu saja.

Kiana tersenyum bahagia. Ia mengeluarkan sesuatu dari saku hoodie yang ia kenakan. Sebuah kotak beludru.

Kiana membuka kotak tersebut. Lalu ia terkikik. "Untung gue bawa," gumamnya.

Dan secara tiba-tiba, dia menyambar tangan kiri Yasmin. Kemudian memasukkan cincin indah tersebut pada jari manis Yasmin.

"Ihh. Pas." Kiana bertepuk tangan bahagia. "Papa emang tahu banget kalo menyangkut tentang Kakak."

Yasmin menatap tak percaya pada cincin tersebut, yang sudah tersemat apik di jari manisnya. "Dek ini ..."

Kiana mengangguk. "Itu dari Papa, cantik 'kan?" Kiana menarik jemari Yasmin, ia terkikik lagi, sembari menggerak-gerakkan telapak tangan Yasmin. "Jadi Kakak resmi dilamar Papa. Cincin ini buktinya," lanjut Kiana.

Tok tok ..

Yasmin tersadar dari lamunan ketika mendengar pintu yang diketuk, lalu tak lama terdengar suara orang mengucap salam. Suasana rumah yang hening membuatnya bisa mendengar ketukan pintu, walaupun jarak teras depan menuju kamarnya lumayan jauh.

Kening Yasmin berkerut, apa Kiana kembali lagi ke sini?

Gadis itu menyimpan sisir yang ia gunakan. Kemudian berdiri, sembari merapikan rambut panjangnya.

Sugar Rush ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang