Setelah dia memperkenalkan diri dengan nama 'Kalandra', dia dipersilakan masuk dengan normal. Disuguhi, berbincang dengan laki-laki yang bernama Ghifari, kemudian tak lama datang seorang wanita yang masih terlihat cantik di usia senjanya, dan sangat mirip dengan Yasmin-nya.Semuanya terlihat normal, sampai ia menyadari sedari tadi orang yang ingin ia temui tidak kunjung keluar. Pun saat Andra mencoba memberitahukan niatnya bertamu di waktu sore menjelang malam ini. Tidak ada perubahan yang signifikan dari kedua raut di hadapannya, mereka tersenyum seperti biasa. Tidak mengindikasikan penolakan maupun penerimaan.
Wanita itu hanya berkata, "saya menyerahkan semuanya kepada Yasmin," berkata seolah dia ibu yang paling bijak. Tapi, instingnya berkata ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi. Hingga dia memutuskan untuk lebih lama lagi berdiam di rumah ini, walaupun ia tahu tindakannya kurang beradab. Dia hanya ingin memastikan gadis itu ada di sini, setidaknya setelah ia bertemu tatap dengan Yasmin, hatinya akan tenang karena gadis yang ia kasihi baik-baik saja.
Hingga datang waktu makan malam, Andra dipersilakan untuk makan, menyantap hidangan yang telah tersaji. Ketika dia menyendok daging rica-rica, menyuapkan ke dalam mulut. Dia teringat, ini rasa masakan Yasmin. Rasanya sama ketika ia pertama kali memakan masakan gadis itu, rasa masakan yang menumbuhkan rasa lain di hati.
"Anda suka itu?"
Pertanyaan itu terlontar, ketika Andra tengah mencecap daging di dalam lidah, meresapi rasanya,
"Ya?"
Ghifari tertawa pelan. "Anda suka dengan daging rica-rica?"
Mata Andra meneliti semuanya. Berhenti pada wajah Bunda Yasmin yang menampilkan raut super tenang, menunggu ucapan pria dewasa yang mengaku sebagai kekasih anaknya, dan malam ini berniat melamar Yasmin, "ya," jawab Andra.
"Saya suka dengan masakan ini," Andra menoleh pada Ghifari. Lalu memalingkan wajah pada Bunda Yasmin yang masih menampilkan raut tenang. Andra menatap wajah itu lekat-lekat. Kemudian berkata rendah dan tegas. "Dan saya berharap bisa bertemu dengan seseorang yang memasak makanan seenak ini."
Dan benar saja, raut wajah itu beriak, menampilkan sedikit kekagetan dan kemarahan dalam bola mata berwarna hitam pekat tersebut. Dari semua kemiripan yang tersaji dengan wajah Yasmin, hanya bola mata itu yang berbeda.
Bola mata gadisnya berwarna cokelat terang yang menyejukkan juga menampilkan kepolosan. Bukan bola mata hitam pekat yang penuh muslihat.
"Saya—"
"Yasmin tidak ada di sini," sela Reni cepat. Padahal Andra belum menyelesaikan ucapannya.
Ghifari menatap ibunya bingung. Reni menggeser kursi, kemudian berdiri.
"Dan saya harap, Anda segera pergi dari rumah saya, karena saya sudah tidak menerima tamu lagi di atas jam delapan malam."
"Bun!" Seru Ghifari sedikit keras, tidak suka terhadap sikap ibunya. Reni mendelik pada anak pertamanya itu, lalu bergegas pergi tanpa sepatah katapun. Meninggalkan kebisuan yang terjadi beberapa sekon setelahnya.
Andra menaruh sendok yang tadi ia cengkram kuat ke atas piring. "Maaf," ucapnya, sebenarnya banyak kata yang ingin ia ungkapkan sekarang, tapi melebur. Ketika ia sadar bahwa ia membawa langkah yang salah. Kemungkinan orang tua Yasmin tidak akan menerima niat baiknya.
"Tidak Pak, seharusnya saya yang meminta maaf atas sikap bunda saya." Ghifari meringis, dari nada suaranya terdengar benar-benar menyesal. Jujur saja Ghifari segan terhadap kekasih adiknya, yang beberapa jam lalu ia ketahui bahwa pria yang adiknya pacari adalah seorang Kalandra Alamsyah, dia jelas tahu pria itu. Seorang pengusaha dari berbagai sektor. Yang artinya kekayaannya tidak main-main banyaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Rush ✓
General FictionYasmin & Andra Ini bahaya! Kenapa ia yang awalnya berkepribadian tenang berubah menjadi sangat aktif hanya karena seseorang. Sugar Rush, ialah kondisi seseorang yang berubah menjadi aktif karena banyak mengonsumsi gula.