{3}
Jika orang bilang hari Minggu adalah waktu mereka menghabiskan hari di atas tempat tidur seharian, bagiku hari ini adalah waktu untuk melakukan segala hal yang tidak bisa kulakukan di hari-hari kerja. Maka, aku sudah bangun sejak subuh tadi, merapikan tempat tidur lalu membawa buku-buku ke atasnya.
Sebelum itu tentu saja aku harus mandi dulu dan menyiapkan sarapan, supaya nanti tidak terdistraksi oleh rasa lapar atau rasa gerah.
Aku tidak suka diganggu pada hari yang baik seperti ini.
Manusia biasa menghabiskan hari seperti dikejar-kejar waktu, mereka tidak memiliki waktu untuk sekadar berhenti sebentar untuk menyegarkan otak. Kepala dan benak selalu penuh, tetapi di dalamnya tidak ada diri sendiri, hanya tentang harus apa lagi, lalu harus apa lagi?
Hanya ada tentang pekerjaan, harus datang tepat waktu, menyelesaikan deadline, meeting, bertemu klien, pertemuan tatap muka dengan banyak atau sedikit orang. Semuanya tentang sesuatu yang ada di luar diri manusia.
Oleh karena itu tentu saja manusia butuh untuk menghabiskan waktu dengan diri sendiri setidaknya sehari dalam sepekan.
Atau setidak-tidaknya bertemu dengan orang tertentu saja yang sangat dekat, yang dengannya kita mampu menjadi lebih baik secara psikis, bukan?
Itulah alasan mengapa aku menolak seseorang pagi ini.
Hasbi
Sekar, mau nyari sarapan sambil lari pagi nggak?
Tentu saja kujawab ...
Enggak, gue udah buat sarapan.
Namun, bukannya memahami jawaban itu, Hasbi sepertinya memiliki banyak ide sehingga tidak selesai dengan sarapan, dia melontarkan pertanyaan lain.
Hasbi
Hari ini gue mau ke rumah Ardan, lo nggak mau ketemu istrinya? Kali aja kita bisa ketemu di sana, gue samain jamnya deh.
Kenapa juga harus samaan sih? Rumit sekali, kan, kalau harus menunggu seseorang di jam tertentu di hari yang seharusnya paling santai sedunia ini. Menunggu atau ditunggu itu bukan kata yang santai.
Hari minggu ada untuk dinikmati dengan sebaik-baiknya, kan?
Gue hari ini lagi nggak mau ke mana-mana, Mas Hasbi.
Aku berharap dia mengerti dengan jawaban itu dan berhenti menanyakan sesuatu lagi, karena aku tidak bertemu orang tanpa tujuan, jujur saja. Aku selalu bertemu Yumna dengan tujuan, ingin melepaskan penat yang membutuhkan sentuhan manusia lain, aku bertemu Pasca karena dia biasanya bisa menjawab keresahanku.
Aku tidak mau bertemu Hasbi karena tidak ada alasan.
Tidak ada pertemuan yang mempunyai alasan hanya untuk sekadar bertemu. Tidak. Pasti ada alasan yang melatarbelakangi pertemuan itu, walau seremeh ingin membeli makan di tempat tertentu dan terlalu membosankan jika sendirian, misalnya.
Kurasa itu berlaku untuk semua orang deh, tapi kenapa Hasbi bisa enak sekali datang tanpa tujuan tertentu? Atau dia punya alasan hanya saja tidak mengatakannya? Misalnya saja dia memang benar-benar tertarik denganku?
Karena dia tidak jujur padaku tentang tujuannya, aku merasa bahwa ketertarikannya hanya sekadar ketertarikan yang bisa dengan mudah hilang ketika dia tahu bagaimana sikapku. Sebagaimana pria lain yang mendekat karena penasaran tanpa mengatakan apa tujuan mereka, lalu menghilang begitu saja ketika selesai dengan rasa itu.
Mereka pikir aku menarik karena satu sisi yang mereka lihat, lalu mendekat, kemudian melihatku ternyata tidak semenarik yang mereka pikirkan, hilanglah ketertarikan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Dunia yang Tidak Memiliki Waktu
ChickLitCover baru Ada satu pertanyaan dalam hidup ini yang belum bisa kujawab. Apakah keinginan dan keyakinan untuk menikah itu muncul dengan sendirinya atau dipaksa hadir? Banyak orang yang berkata bahwa di usia dua puluh tujuh ini aku harus mencoba, aku...