01 [Lelaki Tanpa Ekspresi]

658 261 79
                                    

Halo guys! Perkenalkan nama aku Kadek Satryana, biasanya, sih sering dipanggil Satryana. Kalo mau simpelnya panggil aja Sat, tapi jangan pake tanda seru ya!

Oh ya, aku juga sering dipanggil Bang, jadi kalo udah panggil Bang, jan pake Sat. Nanti jadiinyaaa.... U know lah 😐

Oke, guys! Ini part satu dari cerita Rafaleon. Aku harap semoga kalian suka, ya! Happy Reading, guys! ENJOY!
_________________________________________

NETRA cokelat yang menjadi ciri khasnya kini fokus membaca nama sekolah yang didominasi cat putih. 'SMA Cakrawala'. Itu yang Nada baca lewat netranya. Hari ini adalah hari pertamanya sekolah sebagai anak putih abu. Tempat untuk mencari jati diri dengan menggebu.

Kakinya yang mengenakan sepatu pantofel hitam melangkah menuju ke kelasnya yang mengharuskan melewati lapangan sekolah. Ia menunduk sembari mengutak-atik ponselnya dan memasang earphone tanpa kabel di kedua telinganya yang telah terkoneksi melalui sambungan bluetooth.

Berkat menunduk, hulu lapangan sekolah Nada lalui tanpa masalah. Namun tidak untuk di tengah lapangan, langkahnya terhenti karena ia mendongakkan kepalanya. Entah mengapa banyak orang sedang menatap dirinya dengan mengerutkan keningnya masing-masing.

Nada tak dapat menafsirkan ekspresi orang-orang di sekelilingnya, justru ia ikut mengerutkan keningnya dengan kedua alisnya yang terangkat.

Sedetik kemudian, Nada bingung sampai mengerutkan keningnya lebih dalam lagi ketika ia menoleh ke sebelah kirinya. Ia mendapati lelaki yang tak mengenakan dasi dan sedang menggigit tusuk gigi. Lima detik setelahnya, Nada memalingkan pandangannya ke kanan. 

Kini lelaki tanpa ekspresi dengan lesung pipi yang tak mampu ia tutupi sedang menatap Nada intens. Tangan kirinya disembunyikan di balik celana abunya. Sedangkan, tangan satunya lagi menenteng botol air minum yang terdapat beberapa bongkahan kotak berwarna putih hambar. Itu es batu.

"GUYS!! LIHAT KE ATAS! ADA BINTANG KEJORA JATUH!!!" teriak seseorang dengan telunjuk kanannya yang mengarah ke langit.

Akibat dari teriakan tersebut, pandangan semua orang spontan mengarah ke langit yang bebercak putih karena diselimuti kumpulan awan.

Namun, lain halnya dengan lelaki di sebelah kanan Nada. Lelaki itu setia menatap Nada yang masih dalam ekspresi pertamanya.

"Indira," ucap Nada dengan sedikit mengendurkan kerutan di dahinya sewaktu menoleh ke arah belakangnya.

Tidak memberikan kesempatan kepada detik untuk bernapas, dengan tangkas Indira langsung berlari dan menarik paksa pergelangan tangan kanan Nada. Tidak ada yang menyadari kejadian tersebut, kecuali si empu lelaki tanpa ekspresi. 

***

LCD proyektor berwarna hitam menggantung di plafon putih yang posisinya vertikal dengan kepala Nada. Duduk di bangku tengah nomor dua, tepat di depan papan tulis menjadi pilihannya. Kini Nada berada di dalam kelasnya, kelas X Bahasa 2.

Ia tengah duduk santai, karena hari ini adalah hari pertama sekolah. Sembari menanti wali kelasnya datang, Nada sedikit memijat-mijat pergelangan tangan kanannya, setelah mendapat tarikan kematian dari tangan Indira yang kapalan.

"Lo tau, gak?! Tadi lo ketemu sama The Bee Devil of SMA Cakrawala, Nad!" seru Indira membuka topik pembicaraan yang duduk di samping kiri Nada, sekaligus menjadi teman sebangkunya. Lagi dan lagi. Ini tahun kelima Nada duduk sebangku dengan perempuan berkulit eksotis yang ia kenal sebagai sahabatnya selama kurang lebih delapan tahun lamanya. 

RAFALEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang