39 [Trauma yang Sebenarnya]

79 12 6
                                    

Uhuyy, klean!!
Seperti jadwal dan karena sekarang hari Kamis, jadi Abang mau update RAFALEON, nih!!!

Sebelum membaca, Abang mau kasih sedikit spoiler di part kali ini. Untuk pertama kalinya Nada akan mengeluhkan trauma terbesar yang sebenarnya selama ini.

So, buat klean yang udah pada penasaran, cus baca! Jan lupa buat vote dan komen, ya!!!

SEHABIS mengerjakan mumetnya tumpukan soal berkode Y yang selalu berdampingan dengan X

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEHABIS mengerjakan mumetnya tumpukan soal berkode Y yang selalu berdampingan dengan X. Akhirnya Nada, Rachel, Indira, dan Lana menjejaki kantin untuk memenuhi perintah cacing-cacing di perutnya yang sudah berdemo. 

Berkat desakan Lana, ketiga sahabatnya jadi menyambangi posisi meja pasukan INTRO. Alibinya, sih, Lana mau mencicipi masakan mamanya Leon. Tetapi tujuan utamanya tentu ingin duduk di samping Alan. Katanya Lana, sih, untuk menyegarkan mata setelah membaca soal yang bejibun dengan angka yang beranak pinak. 

"Boleh duduk di sini, nggak, Kak?" tanya Lana ke Alan. 

"Boleh, tapi gue langsung pindah," jawab Alan sinis. 

Lana mengerucutkan bibirnya. "Ya udah, deh nggak jadi."

"Jahat banget, sih lo sama sahabat gue!" Indira sangat kesal melihat Lana yang kerap dicampakkan oleh Alan. Sedangkan reaksi cowok berambut klimis itu makin acuh tak acuh. 

"Udah, In, gue nggak papa, kok," kata Lana. Sejurus kemudian, ia meraih tangan Indira untuk duduk di sampingnya Rachel yang sudah mulai nyaman bersebelah dengan Dillo. 

Kini giliran Nada yang tengah bimbang harus duduk di mana. Ia mematung di samping Leon dengan tangan yang meremas kuat gagang rantang milik Leon. 

"Lo mau ditarik dulu tangannya, baru bisa duduk di samping gue?" kode keras Leon. 

Nada menelan ludahnya sekali, lalu menuruti kode keras cowok jangkung itu. Tak lupa ia membuka dan membagikan rantang yang isinya nasi biryani dan sup buntut buatan Mifta Dwinda, mamanya Leon. 

"Dalam rangka apa nyokap lo buatin sup buntut buat kita, Le?" celetuk Robin.

"Bukan buat lo, Kak, tapi itu buat Na-da," koreksi Indira penuh penekanan pada kata 'Nada'. 

"Wah… jangan-jangan lo mau dijodohin sama Nada! Kayak legenda Siti Nurbaya aja lo, ah!" praduga Robin sembari mencomot daging sup buntut. 

Leon tak menggubris celotehannya Robin. Cowok berzodiak Leo itu malah menyuap nasi dan menjatuhkan pandangannya ke Nada. "Cegukan lo ke mana?" 

Nada tak jadi menyuap nasi dan membeliakkan netra cokelatnya. "Udah ilang dari tadi," jawabnya cepat. 

"Siapa yang ngasih lo napas buatan?"

RAFALEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang