19 [Perihal Kabar]

149 75 73
                                    

Hai, hai, hai! Pakabar klean?!
Sorry bet, ya Kamis lalu Abang nggak update. Soalnya di Bali lagi ngerayain hari Galungan dan Kuningan.

Tapi sesuai janji Abang in this Senin, Abang update lagi RAFALEON. Pokoknya di part ini, ceritanya makin inti, tapi makin misteri. Wkwkwkwk... so, happy reading aja, deh, guys!! Enjoy with this part, ohgey?!!

LUASNYA balkon kamar membuat Nada betah berlama-lama berdiri di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LUASNYA balkon kamar membuat Nada betah berlama-lama berdiri di sana. Tak ada yang menemaninya, selain rintik hujan yang jatuh dari pekatnya malam, walaupun sudah bertabur gemerlap jutaan bintang.

Nada tak menghiraukan cahaya kilat yang seperti memotret dirinya. Bahkan ia malah mengulurkan tangan kanannya untuk menangkap tetes demi tetes rintikan hujan. Entah sadar atau tidak, mengapa, ya setiap insan manusia selalu memiliki cerita bersama hujan?

Tuuut... tuuuuut... tuuut....

Untuk kesekian kalinya, suara itu mendengung di telinga Nada. Setelah berkali-kali tak ada jawaban dari sambungan teleponnya, Nada menarik napasnya panjang-panjang. Kemudian dihembuskan secara perlahan.

"Lo sekarang apa kabar dan lagi di mana, sih?" Nada bermonolog dengan tangannya yang sedikit basah, karena rintikan hujan.

Nada melihat layar ponselnya yang tengah menunjukkan pukul setengah tiga malam. Kali ini ia tidak sedang begadang ataupun bangun dari tidurnya sebab turunnya hujan. Melainkan karena insomnia mewarnai lagi cerita Nada di malam hari.

"Mau sampe kapan lo kayak gini...," Nada memejamkan matanya erat-erat lalu menunduk pasrah di pagar balkon. Pasrahnya Nada sama seperti air yang menguap menjadi gumpalan awan di langit. Kemudian dibuang kembali ke permukaan bumi sebagai hujan.

Tubuhnya yang mengenakan piyama putih polos mulai tertampias rintik-rintik air hujan, sebab intensitas hujan semakin deras. Cukup lama Nada berdiri di balkon kamarnya dengan perasaan yang hampa dan kosong. Tak ada sahutan apapun dari rentetan monolognya, selain derasnya hujan dengan suara guruh yang saling bersahutan. Maka dari itu, ia memilih kembali ke kamarnya untuk mengganti piyama putih yang menjadi pakaian paling dibenci Nada hingga detik ini.

Nada mengganti piyama putihnya dengan piyama berwarna lilac bermotif bunga lily putih. Setelah itu, ia berjalan ke meja belajar untuk menaruh ponselnya, lalu mengambil secarik kertas lecek di antara tumpukan buku. Tampaknya kertas itu berisi tulisan tangan, terbukti ada bekas pena yang tembus sampai belakang kertas lecek itu dengan keadaannya sudah terlipat.

Perempuan cantik itu menjatuhkan tubuhnya di atas kasurnya yang begitu empuk. Kemudian ia menatap dan membolak-balik kertas itu, namun tanpa membacanya sedikit pun. "Mau sampai kapan, sih kita kayak gini terus? Sampai kapan lo mau menjauh dari gue?" Nada bermonolog lagi, tanpa menghiraukan suara hujan yang kian deras.

"Lo sengaja kayak gini biar gue semakin merasa bersalah? Kalo emang iya kayak gitu, lo berhasil, kok. Karena sekarang gue udah merasa bersalah, pasrah, lelah, dan... juga seperti terkutuk."

RAFALEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang