◗9

90 35 23
                                    

ara berjalan lesu di lorong yang menuju kelasnya, kali ini ara tidak mau bertemu gevan. benar-benar tidak mau. tapi bagaimana jika takdir mempertemukan? ara akan bersembunyi di balik tubuh besar bintang.

"sebenernya.."

ara masih menunggu lontaran gevan selanjutnya, tapi mengapa jeda setelah satu kata itu sangat lama?

"sebenernya apa kak?" tanya ara tidak sabar lagi dengan penasaran nya.

"aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

ara menghela nafas. "iya kak, ngomong apa?"

gevan tersenyum sambil terus mendayung pelan sampan yang mereka duduki. "aku suka sama kamu."

"AAAAAA ARAAA GAK GAK GAK!" ara teriak tidak jelas setelah mengingat kembali apa yang terjadi semalam.

ara membeku! benar-benar diam bahkan tanpa kedipan mata. hanya jantungnya saja yang berdetak sangat kencang. mata ara menatap kosong ke depan, pikirannya menderu tidak habis berhenti mengatakan kata-kata di dalam hati nya.

"aku mau kamu jadi pacar aku."

'NOOO KAK GEVAN JANGAN SAMPEK TAU JANTUNG GUE UDAH GOYANG!!'

gevan terkekeh pelan yang tidak di dengar ara. ada dua hal yang bisa jadi sebab ara tidak mendengarnya, pertama karena kekehan gevan yang sangat kecil, atau memang karena ara yang heboh dengan keadaan jantungnya.

"tegang banget, aku gak nyuruh kamu jawab sekarang."

"aaaa ara bodoh ara bodoh." ara memukuli kepalanya sambil berjalan tanpa melihat, dan..

hampir saja ara menabrak aksa yang jalan berlawanan arah dengannya.

"kak, maaf ara gak liat jalan,"

"iya. lo mau kemana?" aksa menaikkan alisnya.

"mau.. cari.. laurel, hehe." ara cengengesan.

"ara duluan ya kak," pamit ara dan langsung nyelonong pergi.

aksa melihat punggung ara yang berjalan cepat. tiba-tiba senyuman tipis terukir di bibir pemuda itu seperti ada nya sesuatu. ia kembali melanjutkan jalan nya sambil kembali memasukkan earphone yang sejak tadi dia lepas.

•••

"lo yakin nembak adik kelas anak baru itu?" tanya seseorang tidak percaya.

"udah kok." balas gevan singkat.

"hah? udah? diterima?"

"sekarang gue belum tau jawaban dia, tapi gue yakin dia gak bisa nolak." lontar gevan tersenyum bangga.

"cih, gue saranin jangan kepedean amat jadi lakik, lo aja bisa kalah sama aksa. ya gak je? HAHAHA." tawa renyah nan mulus keluar dari mulut rajas dan jean.

tidak dengan gevan yang rautnya berubah datar seperti marah yang ditahan. "gue bukan kalah, tapi ngalah." balas gevan menggunakan suara datar.

"sama aja." tuding rajas yang gevan balas decakan dingin.

disisi lain seseorang mendengar pembicaraan ketiga pemuda itu dari awal. dengan cepat pemata satu ini mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu.

•••

"ngapain lo nyuruh gue kesini?" jeva tidak berbasa-basi.

jadi tadi aksa mengirim pesan kepada jeva yang isinya menyuruh perempuan itu untuk kemari. lebih tepatnya di belakang lorong gudang.

KAK GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang