Sampai pulang sekolah sekarang Ara tidak menemukan batang hidung Gevan, apakah Gevan benar-benar mengabulkan lontarannya semalam?
"Nunggu Jafar?" Ara dikagetkan suara berat Aksa yang entah darimana datangnya.
"Enggak kak, lagi cari kak Gevan. Kak Aksa liat nggak?" Tanya Ara.
Aksa seketika mengernyit seraya berpikir beberapa detik sebelum akhirnya ia menggeleng. "Gevan gak masuk."
"Paling juga bolos." Gumam Aksa setelah mengatakan beberapa kata tadi.
"Apa kak?"
Aksa terkaget sekaligus tersadar. "Lo tau gak?"
Ara menggeleng antusias.
"Gevan kan suka bolos, ya pasti dia bolos lah." Tipu Aksa.
Ara berpikir cukup lama sebelum kemudiannya gadis itu menyimpulkan senyuman. "Ya udah kak, Ara pulang dulu ya,"
Ara mulai melangkah pergi dari hadapan Aksa, tapi pemuda itu duluan mencegahnya. "Pulang sama siapa? Naik apa? Gue anter ya?"
"Nggak usah kak, Ara biar naik ojek aja," Tolak Ara.
"Sama gue aja, rumah lo di gang itu kan, gang yang deket ini, mesjid." Tawar Aksa dengan sok tahu nya.
"Dimana kak?" Antusias Ara.
Aksa agak gelagapan. "Udah ayo biar gue anter, udah mau gelap, banyak penculik." Aksa meraih tangan kecil Ara dan menuntunnya berjalan menuju parkiran.
"Gelap?" Cicit Ara.
Kedua pasang tersebut sampai di parkiran yang hanya ada mereka berdua. "Sini pake helm nya." Perintah Aksa.
Ara cukup terkejut hingga membelalakkan matanya. "Ini helm siapa kak?"
"Baru gue beli tadi pagi."
"???" Tanda tanya ini yang ada di otak Ara.
"Kenapa diem? Mau dipakein ya helm nya? Ya udah sini."
Ara semakin dibuat terkejut dengan perlakuan Aksa. Entahlah, dalam hati Ara seperti ada yang mengganjal untuk tidak berdekatan dengan laki-laki selain Gevan. Mungkin karena ini kali pertamanya masuk ke dunia cinta, seperti inilah jadinya.
Ara melamun bisa dibilang lama sampai lamunannya terbayarkan ketika jantungnya hampir spot ketika Aksa menutup kaca helm.
"Melamun aja." Ujar Aksa.
"Makasih kak," Ucap Ara dan tak lupa memberikan senyuman sekilas.
ᏪᏪᏪ—ᏪᏪᏪ
"Udah ma, udah gak panas kok, nih mama pegang." Gevan mengambil punggung tangan mama nya untuk disentuhkan di keningnya.
"Iya Gevan, ini obat dari dokter juga harus di minum, bukan diliatin aja,"
"Tapi Gevan gak mau makan bubur ma, gak suka." Tolak halus Gevan.
"Terus menurut kamu orang sakit makannya daging? Seblak? Geprek?" Omel Kesya, dan jangan lupa, Kesya ialah mama Gevan.
"Mama bikin ngiler aja, ya udah sini Gevan makan sendiri aja." Ucap Gevan ikhlas tak ikhlas.
"Gitu. Makanya kalau gak mau sakit jangan main hujan, udah besar kayak anak kecil aja."
Gevan tidak menggubris melainkan mengaduk-aduk bubur tanpa kejelasan untuk memakannya.
"My mom!" Pekik seseorang bersuara wanita dari bawah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAK GEVAN
Romance"Emangnya kamu mau jadi pacar aku?" "Maaauuuuu!!!" "Jeva sakit, kita perginya besok aja gimana?" "Hm, ya udah ga papa kak," "Kak Gevan pergi sama kak Jeva kenapa gak kasih tau Ara?" "Kenapa harus bilang? Lagian disitu ada Jafar juga kok." "Ara mau p...