Pagi ini Ara dibangunkan oleh ocehan maut Laurel dan Jafar. Bagaimana tidak? Keduanya berebutan play station kepunyaan Jafar. Tidak berakhir perdebatan yang satu sudah muncul keributan lainnya yang menyebabkan rumah seperti kandang singa.
Disinilah Ara. Duduk meratapi dirinya yang terlampau lelah dengan kedua pasang di depannya. Seperti dua anak kecil yang berebutan mainan hanya karena sebuah PS.
"Pinjem bentar ah, pelit banget sih lo."
"Beli biar tau harga!"
"Halah, emang dasarnya orang kek lo pelit."
"Bodo, beli makanya."
"Elo lama lama gue gebuk bener ya,"
"Gak takut, gue record sini cepet, gue kasih tau papa. Berani lo?"
"Apa, apa? Ulang, biar gue yang rekam kata kata lo cepet."
"Balik sana lo. Cewek modelan lo gak di terima di rumah istana ini."
"Bacot mulu lo."
"Gue jejelin cabe juga mulut lo."
"Bodo ah, udah sini pinjem gue mau main sama komputer,"
"Gak gak gak."
"Gue doain kuburan lo udah sempit makin sempit biar gak bisa napas lo."
"Goblok. Orang mati ya gak napas lah bodoh."
Itu masih potongan perdebatan mereka, belum lagi bagian soal makanan tadi pagi-pagi sekali, dan yang sekarang pun tidak habis lagi hanya perkara sebiji benda itu. Bayangkan saja jika kamu menjadi Ara, betapa pening nya menjadi penonton debat yang entah harus diberi judul apa.
Cerita disini, Zea dan Jeffrey keluar rumah sekitar jam 8 tadi, katanya belanja bulanan.
Jika ingin tahu posisi Ara, gadis ini duduk di sofa panjang di ruang TV. Bukan TV yang ditonton melainkan sepasang manusia ribut ini. Berulang kali helaan nafas keluar dari mulut Ara, kalau begini keadaan nya, mana mau Ara mengabulkan perkataan Zea.
"Loh ya boleh, kapan dia mau kesini? tiap hari juga gak papa,"
Rasanya ingin menarik kata-kata semalam. Besok-besok Ara tidak akan menerima lagi permintaan Laurel untuk menginap disini. Bukan apa-apa, masalahnya yang jadi korban disini Ara.
Ara tidak ingin mengambil pusing lebih banyak, gadis ini langsung saja merogoh ponselnya yang berada di kantung jaketnya. Niatnya tadi mau joging bersama Laurel makanya memakai jaket, rupanya ini yang terjadi, sudahlah.
Pesan spam terus masuk ketika Ara menghidupkan seluler nya. Darimana lagi kalau bukan si 'orang hantu'. Tapi tak apa, semakin hari Ara makin terbiasa dengan ini, Ara selalu menjawabnya sebelum ponselnya macet ulah spam orang hantu ini.
Ara membalas ketika melihat satu bubble chat yang menanyakan dirinya sedang apa. Ara menjawab sepastinya yaitu sedang bersantai ria di rumah.
Ria? Tidak apa, meskipun kata 'ria' tersebut diambil dari kegiatan Laurel dan Jafar yang masih belum berhenti gaduh.
Beberapa detik setelah Ara mengirimkan kata-kata itu kepada si orang hantu, satu buah pesan datang dari orang asing yang membuat Ara mengernyit. Ara menekan notifikasi dari nomor tidak dikenal tersebut.
Orang itu dengan jelas mengatakan ia akan sampai 5 menit lagi. Maksudnya? Bisa dibilang ini sudah sangat jelas, namun masalahnya Ara sama sekali tak mengenali siapa pemilik nomor ini.
Ara berinsiatif membalas di tengah pemikiran panjangnya. Belum lagi Ara selesai mengetik yang setelah itu ia hapus lagi karena bingung menjawab apa, suara klakson mobil terdengar dari luar, jadilah Ara tidak benar-benar mengirimkan balasan pesannya kepada orang asing itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAK GEVAN
Romance"Emangnya kamu mau jadi pacar aku?" "Maaauuuuu!!!" "Jeva sakit, kita perginya besok aja gimana?" "Hm, ya udah ga papa kak," "Kak Gevan pergi sama kak Jeva kenapa gak kasih tau Ara?" "Kenapa harus bilang? Lagian disitu ada Jafar juga kok." "Ara mau p...