Chapter 8 : I Love You

192 17 12
                                    


-Brian POV-

Akhirnya sampai juga disebuah restaurant, restaurant yang telah menjadi tempat favorite ku. Disaat aku letih dengan semua pekerjaan dikantor, aku pasti datang kesini. Disaat aku tengah pusing dengan semua masalah yang ada, aku pasti datang kesini. 

Dan aku selalu datang sendirian. Aku tidak pernah sekali pun mengajak rekan, teman, maupun keluargaku kesini. Ini adalah kali pertama aku mengajak temanku, yang mungkin akan menjadi teman hidupku kelak. Semoga saja.

Aku memang sengaja mengajak Valerie kesini. Ke sebuah restaurant dengan nuansa klasik bergaya kuno yang bisa dibilang jika kita memasuki tempat ini kita seperti berada dijaman dahulu. Tapi tempat ini tetap menawarkan makanan modern dan nuansa nya juga sangat romantis. 

Jadi cocok lah untuk ngedate pertamaku bersama Valerie. Meskipun tempat ini lumayan jauh tapi jika kita sudah sekali saja ketempat ini pasti bakalan ingin kembali lagi kesini.

Sebenarnya ini restaurant punya aku. Tapi gak ada yang tau, yang tau paling hanya mama dan Cleon. Itu pun mereka hanya mengetahui aku membuka sebuah restaurant dan mereka gak tau letaknya dimana. 

Ya karyawan-karyawan disini pasti tau lah kalau pemiliknya itu aku, tapi aku gak terlalu sering memantau restaurant ini. Mungkin hanya sekali seminggu. Dan kebetulan sudah beberapa minggu ini aku gak datang kesini, jadi sekalian memantau sekalian ngedate juga.

"Ini tempat apaan sih, kok masih banyak lahan yang kosong. Kamu mau bawa aku ketengah hutan ya?" Ucapan Valerie membuat ku tersadar bahwa kami masih berada didalam mobil. Padahal kami udah sampe dari kurang lebih 10 menit yang lalu.

"Aku mau bawa kamu kesebuah tempat, dan sekarang kita ini sedang diparkiran sayang. Lagian ngapain juga aku bawa kamu ketengah hutan. Kayak gak ada tempat lain aja." Jelasku sambil tersenyum manis. Aku memang sengaja memilih tempat parkir untuk restaurant ku itu di tengah tanah lapang seperti ini. 

Karena jika aku memilih tempat parkir tepat didepan restaurant ku rasanya gak seru aja. Kan kalo kayak gini lebih seru. Sambil menuju restaurant sambil jalan berduaan, dan kita juga bisa lebih mengenal satu sama lain.

"Tapi kok sepi banget, hanya ada beberapa mobil yang terparkir disini? Biasanya kan kalo tempat parkir itu pasti rame? Kenapa ini sepi? Trus kamu mau bawa aku kemana? Kesebuah tempat? Mana tempatnya? Nggak ada apa-apa kok disini. Aku hanya lihat beberapa mobil disamping kita. Dan aku gak liat ada sebuah tempat atau apapun itu." Ucapnya panjang lebar dan aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya sekarang.

"Sayang.. dari pada kamu penasaran dengan jawaban dari semua pertanyaan kamu itu. Lebih baik sekarang kita turun dari mobil dan kamu ikutin aku. Oke."

"Hmm iya deh, tapi kan jalannya gelap. Aku takut." Ucapnya sambil menggembungkan pipinya. Dan itu membuat aku tambah gemess melihat tingkahnya. Langsung aku cubit kedua pipinya dan dia merengek karena kesakitan.

"Aaww sakit... kamu jahat banget sih, sakit tau." Rengeknya sambil memanyunkan mulut seksinya itu.

"Habis kamu buat aku gemes sih, udah jangan dimanyun-manyunkan tuh mulut nanti aku cium lagi loh."

"Gak.. enak aja main cium-cium. Cukup sekali kamu nyium aku tanpa sepengetahuan aku." Ucapnya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Melihat tingkahnya itu, aku semakin ingin memojokkannya.

"Yakin gak mau aku cium? Nanti nyesel loh." Ucapku sambil memajukan wajahku ke wajahnya hingga jarak antar wajah kami mungkin hanya 5 cm.

"Ih sana jauh-jauh." Dia pun langsung menodorong keningku dengan jari telunjuknya.

The Complex Love'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang