Chapter 13 : Where are you?

21 6 7
                                    

-Flavia POV-

*Sesampai dirumah

Astaga Brian, kok kamu tega-teganya sih khianatin Valerie kayak gitu, aku kira cuma kamu yang bisa ngertiin Valerie, cuma kamu yang bisa bikin dia nyaman, aku kira kamu gak brengsek kayak cowok lain. Tapi ternyata kamu sama aja.

Cukup sampe disini kamu nyakitin dia, aku gak mau liat Valerie nangis lagi gara-gara kamu. Walaupun aku gak kenal sama kamu tapi aku udah benci banget sama kamu Brian, kamu udah nyakitin kembaran aku.

***

-Valerie POV-

Emosi ku tak terkendali, aku langsung masuk dan mengunci pintu kamar.

"Lo jahat Brian, tega lo nyakitin gue kayak gini. Gue kira cuma lo yang gak akan nyakitin gue, ternyata lo lebih kejam dari yang gue kira. Gue benci Brian gue benciii sama lo, gue muak sama semuanya!" Ucapku dengan suara yang keras sehingga membuat Flavia khawatir dan mengetok pintu kamarku.

"Val.. Kamu gak papa? Buka pintunya val, aku khawatir sama kamu." Flavia terus mengetok pintu kamarku dan membujukku supaya aku membukakan pintu untuknya.

"Sorry fla, gue lagi butuh sendiri sekarang. Lo pergi tolong." Aku pun mengusir Flavia untuk tidak mendekat dari kamarku karena ya aku memang butuh sendiri sekarang, aku butuh ketenangan, aku butuh tuhan untuk menenangkanku. Dan Flavia pun menjauh.

Aku pun pergi ke balkon kamarku, aku duduk dibalkon sambil menatap langit biru nan indah, ditemani dengan bintang-bintang yang tak berhenti bersinar dan sang bulan yang tak hentinya menemani para bintang dengan penuh kesetiaan demi menciptakan sebuah pemandangan yang tak tertandingi dengan apapun. 

Ya, bulan dan bintang saling melengkapi satu sama lain. Tak sempurna jika hanya ada satu diantaranya, tetapi mereka sangat kompak, mereka selalu bersama untuk membuat sesuatu yang luar biasa.

"Ya tuhan, beginikah jika kita menjadi dewasa? Harus sesulit inikah masalah-masalah yang kita hadapi? Jika aku boleh memilih, aku ingin menjadi kecil lagi tuhan. Seorang anak kecil yang hanya memikirkan mainan dan menangis hanya saat mainan mereka direbut orang lain."

Air mata ku tak henti-hentinya ingin menampakkan diri mereka, mereka berjalan perlahan membasahi pipiku lalu menuju dagu dan akhirnya jatuh kebawah. Begitu seterusnya hingga aku lelah menangis dan tertidur di balkon kamarku.

*Keesokan paginya pukul 06.30 am

Aku terbangun dari tidurku dan menyadari jika aku semalaman tidur di balkon kamar, untungnya hari tidak hujan jadi tubuhku tidak basah. Aku masuk kedalam kamar dan saat melewati sebuah kaca ternyata mataku sembab ya mataku bengkak karena menangis satu malaman penuh tapi aku tak menghiraukannya. Aku langsung mandi karena hari ini aku tetap harus bekerja.

*30 menit kemudian

Setelah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, aku turun kebawah dan langsung menyantap sarapan yang sudah mama siapkan untukku.

"Val, are you okey?" Tanya Flavia dengan nada kekhawatiran.

"I'm fine." Jawabku singkat.

"Are you sure?" Tanyanya lagi karena dia tidak yakin dengan jawabanku karena melihat mataku yang masih terlihat sembab.

"Of course. Oh ya fla, hari ini gue nebeng ya sama lo, gue males bawa mobil."

"Okay."

Papa sudah berangkat ke kantor dari tadi, karena pagi sekali dia harus rapat dengan klien penting dan mama sedang berada di dapur mencuci piring jadi tentu saja mama tidak menyadari tentang keadaan mataku.

***

-Brian POV-

Dari tadi malam aku berusaha menghubungi Valerie tetapi Valerie sama sekali tak mengangkat telfon ku, lebih dari 20x aku menelfonnya dan lebih dari 10x aku mengirim pesan kepadanya tapi tak ada satupun balasan dari dia. Where are you, Val?

****

Jangan lupa vote dan comment ya guys^^ Makasih

The Complex Love'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang