2. Tentang Siapa Alvarendra

185 111 231
                                    

Hai hai haii
Happy reading all 😾
Maaf kalau ada salah ketik/ kata
Dan maaf kalau terlalu garing hehe 😗





"DORRR"
Dimas mencoba mengagetkan Nara, namun gagal karena gadis itu terlebih dulu bangun sebelum Dimas datang.

"Ngapain Lo" tanya Nara bosan , ia berkedip sayu saat Dimas duduk didepannya, entah mulai kapan cowok itu duduk di depannya, maksutnya bangku di depan Nara yang kosong.

"Nih, gua beliin permen"
Dimas menyodorkan beberapa permen berbeda rasa untuk Nara.

"Gua lihat dari pagi Lo kayak ada masalah, cerita sini ke gua Ra, ga usah lu tutupin"

"Apa si , orang gua biasa aja, cuma pusing aja " Nara mulai memasukkan permen pemberian Dimas kedalam mulutnya.
"Lo pusing?"
"Udah makan ? "
"Bekal dari Mami belum Lo makan?"

"Ribet ya lu jadi orang, iya iya gua makan "

"Nah gitu dong" Dimas tersenyum puas , iya memang sangat perhatian terutama terhadap Nara.

"Dimakan Klanara Miraklaresta, ntar kalau Lo sakit gua yang dimarahin sama Mami", ya memang Lia selalu marah kepada Dimas bukan semena mena, namun karena Nara sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Lia tau betul bagaimana kehidupan Nara sedari kecil, begitu juga dengan Dimas dan Abah.

"Iya iya ini lagi mau gua makan"

Nara mulai menyuapi mulutnya dengan sesendok Nasi goreng, ia akan mengangguk ketika makanan itu enak . Dari suapan pertama hingga terakhir tak ada yang terlewat.

"Masih pusing?" Tanya Dimas lagi.

"Iya" Nara melirik ke arah Dimas lalu mulai meneguk Jus yang sudah ada di ujung bibirnya.

"Gua ambilin obat mau?"

"Ga usah dim , lagian kebentur bola doang ntar juga hilang" suara Nara tak begitu jelas karena masih menelan jus , namun kenapa Dimas masih bisa mendengar dengan jelas.

"Siapa yang lempar bola ke Lo" tiba tiba saja Dimas berdiri , Nara yakin cowok itu tak segan-segan untuk menghabisi seseorang yang sudah mengusik orang terdekatnya.

"Ga usah Dim , gua gapapa kok, mungkin dia ga sengaja" Nara mencoba menenangkan Dimas, cowok itu memang kadang Sulit untuk mengendalikan emosi , jika tak di tenangkan mungkin orang tidak bersalah pun akan menjadi korban dari emosi Dimas.

"Bentar lagi bel, Lo balik ke kelas aja " titah Nara agar Dimas melupakan siapa yang sudah melempari Nara dengan bola.
Dimas mengangguk dan menuruti perkataan Nara, Nara menghela nafas lega ia benar benar tak mau memperpanjang masalah dengan siapapun, hidupnya saja sudah berat malah di tambah masalah sepele yang nanti bisa berakibat besar.

Sepanjang pelajaran , Nara tidak bisa fokus , Nasywa yang mencoba untuk menyadarkan Nara pun mulai menyerah. Nara benar benar hilang pikiran. Arah pandangnya memang tertuju pada papan tulis di depan tapi pasti hanya masuk ke kuping kanan keluar dari kuping kiri.
Kini jam pelajaran telah usai, pertanda bel pulang sekolah juga sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Nara belum juga pulang karena harus piket.

Seharusnya ia tidak sendiri, namun bersama 3 anak lain dan juga Nasywa, namun ada saja alasannya ada yang sudah di jemput lah, ada yang sakit, bahkan ada yang lupa, kalau Nasywa pasti panggilan dari guru agama. Nara memaklumi ,karena ia lebih senang melakukan apa apa sendiri. Ngomong ngomong soal Dimas kemana perginya anak itu, tumbenan sekali ia tak menghampiri Nara untuk pulang bareng. Biasanya selalu menunggu di depan kelas Nara sekalipun Nara sedang ada piket kelas.

CROMULENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang