9. Tak Sengaja

23 23 15
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Enjoy the story

°


°













Dirinya hampir saja jatuh dan terbentur ke lantai jika saja seseorang tidak menangkapnya.

"Akh, aw-" Erang Klanara saat merasa lukanya tertekan sambil menatap sekilas wajah cowok didepannya. Sumpah demi apapun, seseorang yang menjadi targetnya kini di depan mata? bahkan tak segan menunggui nya? sejujurnya ini membuat Nara sedikit terkejut untuk beberapa saat.

"Lo gapapa?" Ucapannya dengan raut wajah yang begitu datar.

" Ah, Iya gapapa kok" Nara sedikit merapikan bajunya dan memegang pelan bagian yang terluka yang rasanya sangat nyeri.

"Perban Lo?" Ucap Alva yang terheran ketika perban yang digunakan untuk menutupi luka Klanara itu rusak dan menampakkan luka. "Sus, Suster" Suara Alva naik satu oktaf untuk memanggil suster yang sedang berjalan membelakangi mereka.

"Ya?" Pekik Suster yang merasa dirinya terpanggil.

"Tolong di urus, sus" Lirik Alva kepada Klanara yang masih terduduk di lantai.

Suster tersebut memapah Nara ke suatu ruangan, diam-diam Alva membuntuti mereka dari belakang hingga menunggui Nara sampai selesai.

"Jangan terlalu banyak gerak ya biar lukanya cepat mengering, nanti kalau kontrol kita ganti lagi dengan perban yang baru" Pesan Suster tersebut, kemudian meninggalkan Alva dan Nara di depan ruangan tersebut.

"Lo ga ada niatan minta maaf gitu? trus ngapain di situ? nungguin ya?" Tanya Nara tiba-tiba.

"Bisa Lo lihat sendiri kan?" Ucap Alva malas, padahal sudah jelas jelas ia menunggui hingga selesai dan membuang beberapa waktunya. Cowok jangkung itu pergi meninggalkan Klanara begitu saja, Nara masih terdiam beberapa saat sebelum Dimas datang dan menyadarkan dirinya dari lamunan sesaat itu.

"Ra, ayo pulang"

"Kok bengong sih ni anak hobinya kesambet kunti bogel apa gimana" Lanjutnya, dengan jahilnya Dimas menggendong Nara tanpa effort dan penolakan dari Nara.

"Dimas turunin, ngapain di gendong segala gue masih bisa jalan asli"

"Lo sih bengong, udah di tungguin dari tadi sampe Mbok Lin trauma tuh di godain tukang ojek mulu"

"Hehehe, gomenasai"
Klanara tanpa merasa bersalah hanya bisa cekikikan sepajang lorong rumah sakit mendengar cerita tentang Mbok Lin yang dilontarkan oleh Dimas.

CROMULENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang