7. Berita Palsu

73 56 130
                                        

Haiiii, gimana kabar kaliannn
Yang pasti baik kan?, Sorry banget baru bisa update cerita ini soalnya aku jarang banget buka wattpad.
Oh ya, bagi yang Islam selamat menunaikan ibadah puasa.
Happy reading all

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


.




.





.

Dua, tiga sekrup sudah terlepas, Nara merasa puas dengan pencapaiannya.
Semoga saja dengan cara ini ia bisa menghirup udara bebas.

Sial. Hal itu tidak berguna, lagi dan lagi tubuh Nara terjatuh, sungguh ini sangat menguras tenaga. Kini ia hanya bisa terbaring lemah diatas kasur yang tipis itu.
Tak berdaya. Mungkin itu definisi yang tepat bagi tubuh mungil itu, bahkan sukar sekali untuk di gerakkan, bahkan untuk menyandarkan tubuhnya saja, tulang tulang itu seperti remuk. Sakit, sakit, sekali.

Apakah ajal akan menjemputnya sekarang juga?, Dunianya sudah gelap, apa ini malam? Tentu saja bukan. Ini sudah takdir bukan?. Ia akan mati dengan cara seperti ini, lucu sekali.
Sendiri, gelap, dingin. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin berharap esok atau nanti lebih baik yang Nara harapkan akan terwujud.









***









Terlihat tidak peduli, masa bodoh bagi dirinya yang mengkhawatirkan seseorang yang bahkan baru saja ia kenal.
Ruang OSIS ini nampak sepi, Alva, cowok itu membolos pelajaran ekonomi . Menurutnya pelajaran itu sangat rumit. Tapi jangan percaya dengan cowok satu ini, kadang memang sering membolos atau agak pemalas. Namun jangan tanyakan otak jeniusnya dan jiwa pemimpin yang terbangun dalam dirinya

Niatnya satu, Alva ingin tidur ! Tak lebih dari itu kebisingan kelas dan pelajaran yang memuakkan dan perihal cewek itu, membuat kepalanya lelah untuk berpikir.

Sesekali ia melihat ponsel pintarnya itu untuk sekedar melihat jam . Memang tidak ada yang menarik dari ruangan yang cukup luas ini, hanya ada bangku dan proyektor.

Kalau di ingat ingat sudah sebulan terakhir ia tidak mengunjungi tempat itu.
Ia rindu dengan seorang wanita yang sering ia panggil kakak itu.
Kembali lagi ia meraih ponselnya dan mengutak-atik untuk waktu yang lama .
Dan menikmati sunyinya ruangan itu. Alva suka kesunyian namun tak suka kegelapan.

APA?! mungkin kata itu sangat cocok untuk menggambarkan situasi saat ini.
Sepuluh menit sebelum berita itu, Dimas dan Nasywa masih berada di dalam kelas yang sama. Dimas yang notabenenya anak kelas IPS , dengan segala akal bulusnya menyamar dengan baik sebagai anak kelas IPA, guru pun tidak ada yang mencurigai dirinya.

Satu kertas kusut mendarat dengan mulus di depan Nasywa. Padahal jarak tempat duduk Dimas hanya berjarak satu murid saja. Bukan Dimas namanya kalau tidak jahil.

CROMULENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang