4. Tulip Merah dan Ceritanya

127 91 294
                                    

Hai hai haii
Gimana kabar kalian
Happy reading all ✨
Maaf kalau agak garing hehehehheh

"Dosa sing paling menyedihkan iku dosambat ora duwe duit." -😊





Mendung sore ini menyerukan kepedihan yang seseorang rasakan, Angin pun seakan-akan menyambut nya dengan riang. Tempat itu hanya bersisi beberapa orang , batu nisan bernama dan wangi bunga mawar segar menghiasi pemakaman di hari Kamis ini .

Kolase masa lalu mulai sempurna di pikirannya, terukir senyum hambar di wajah orang itu. Ingatan masa lalu membuatnya semakin hancur namun jika di lupakan akan lebih menyakitkan .

Orang itu mulai mendekat disalah satu makam bernisan. Rumput rumput liar di sekitar makam itu mulai bersih ia cabuti, Bunga mawar segar dan bunga melati sudah berada di tengah pusara makam tak lupa dengan tulip merah yang di letakkan di dekat batu nisan.
Ia mengusap berkali kali batu nisan itu sambil terisak. Pahit rasanya , ia benar benar kehilangan orang yang ia sayangi ,kenangan itu, senyum itu , perhatian itu masih teringat jelas di pikirannya.

Flashback

"Mama, mama, ayo temani Al main "
Anak kecil itu merengek kepada ibunya yang sedang merangkai bunga tulip merah di vas .
Sesekali wanita itu tersenyum kepada putranya.

"Sebentar ya sayang "
"Mama selesaikan ini dulu "
Jelas sang mama agar anaknya tidak terus merengek. Anak itu begitu penurut dan tetap menunggui mamanya .

"Maa, Al, boleh main sendiri?"
Tanya Anak kecil polos itu kepada ibunya. Berpegang dengan maninan yang ia bawa. Anak itu mulai bermain di halaman rumah . Hingga seorang pria tinggi menghampiri dan memeluknya erat. Pria itu papanya yang sudah 2 Minggu tidak pulang karena harus ada dinas di luar kota.

"Papa , Al kangen sama papa"

"Papa juga , mama dimana?"

"Mama ada di dalem pa"
"Papa nanti temenin Al main yaa"

"Pasti sayang , papa juga belikan mainan baru untuk Al" pria itu memberikan tas berisi kotak mainan berbagai macam seperti mobil mobilan.

"Waaah makasii papa"
Anak itu terlihat bahagia dengan mainan yang ia dapatkan dari sang papa.

"Papa masuk dulu yaa"

Anak itu hanya mengangguk dan melanjutkan bermain dengan mainan barunya.
Sesekali ia berlari kesana-kemari memainkan pesawat terbang .

Prangg

Anak itu berhenti bermain ketika ada suara keras berasal dari rumah , kaca dimana mana , sudah tak berbentuk, rumahnya seperti kapal pecah. Anak itu memberanikan diri untuk masuk kedalam melihat apa yang sedang terjadi.

"Aku capek mas kayak gini terus!!"

"Sudah berapa kali aku bilang aku kerja ! , bukan seperti apa yang kamu pikir, aku kerja juga untuk keluarga kita, tau apa kamu tentang kerja kantoran, tugas kamu cuma masak sama ngurus anak"

Anak itu bersembunyi di belakang sofa karena ketakutan melihat orangtuanya bertengkar hebat .

"Mama Al takut gelap" rengek anak itu sambil menangis , namun tangisan itu tidak dapat terdengar . Ini bukan pertama kali tapi tetap saja membuat ia terus ketakutan.
Tahun demi tahun ia lewati dengan masalah yang sama hingga pada akhirnya hal tak terduga terjadi.

Sungguh melupakan kejadian tragis itu seperti akan terbayang selama hidup, ia hanya bisa merasa bersalah. Hujan seakan tahu rasa sakitnya dan mulai menumpahkan air ke bumi. Di kesendirian ia menangis , langkah kakinya pergi meninggalkan tempat itu.
Walaupun sekelebat bayangan terus menghantuinya. Ia adalah Alvarendra.

CROMULENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang