sesuatu yang nampaknya asli padahal palsu.
Sebut saja namanya Nara atau Klanara Miraklaresta, gadis penyuka hujan, bunga dan permen itu, terlihat bahagia seperti gadis seumuran lainnnya, namun itu semua palsu senyum itu, tatapan itu dan kehidupa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo kemana sih, Ra" Dimas menyugarkan rambutnya di sela sela rutu Dimas, kecemasan yang dialaminya sangat berefek pada dirinya.
"Korbannya di larikan kemana ya pak kira kira?"
"Mungkin di rumah sakit dekat sini dek"
"Makasih ya pak"
Detik itu juga Dimas bergegas mengunjungi rumah sakit terdekat, bahkan seragam sekolah atau tas berisi satu buah buku itu masih melekat di tubuh dan pundaknya. Terhitung sudah 2 rumah sakit yang sudah ia kunjungi namun nama Klanara tidak tercantum di kedua rumah sakit tersebut.
Lembayung senja menyelimuti ibu kota, nuansa sibuknya orang berlalu lalang, atau kemacetan yang tiada hentinya bersamaan dengan lautan kebisingan. Sungguh, Dimas khawatir- amat sangat khawatir kabar di mana sahabatnya berasa bak hilang di telan bumi, nihil tak ada jalan keluar yang pasti.
Dimas memutuskan untuk kembali melanjutkan setelah ia pulang ke rumah, harap- harap Klanara ada di rumah. menempuh perjalanan kurang lebih 23 menit.
"Dimas, astagfirullah inget pulang kamu? mami telefon ga di balas, di chat ga di balas, mami terserah kan kamu mau kemana aja Dim, tapi ijin dulu lah ke mami" Tegas Lia yang sudah mewanti-wanti Dimas pulang ke rumah.
"Iyaa, Dimas minta maaf, tadi Dimas nyariin Nara Mi, dua hari ini Nara ga ada kabar sama sekali mangkanya Dimas cariin mana ada rumor kecelakaan di deket sekolah" Jawab Dimas dengan sejelas-jelasnya sembari melepas sepasang sepatu.
"Ngomong-ngomong Nara ada main ke sini nggak mi? atau ngabarin mami" Tanya Dimas kepada Lia yang tengah sibuk menyiapkan makanan . Kegiatan Lia terhenti ketika putra semata wayangnya bertanya mengenai Nara. "Enggak Dim, tumben juga Nara nggak kesini, ngasi kabar mami juga enggak"
"Mami takut deh Dim kalau Nara kenapa- kenapa" Lanjutnya dan menuangkan sayur asam ke mangkuk kecil.
Setelah menyelesaikan aktivitasnya, Dimas berencana ke rumah Nara untuk memastikan yang sebenarnya. Sejujurnya Dimas malas sekali datang ke rumah spek Neraka jahanam ini sudah beraura gelap penghuninya pun sama saja, terlebih bocah tengil pendek banyak omong seperti Steva, musuh bebuyutan seorang Dimas Antasena.
Dimas mengendap- endap seperti maling hendak mencuri sesuatu, harus di imbangi kemahiran dan kecermatan untuk memasuki rumah ini, bukan karena banyaknya CCTV melainkan makhluk di dalamnya yang sangat sensitif.
Baik permulaan berhasil, sekarang apa yang akan ia lakukan, Rumah ini nampak seperti rumah kosong tak berpenghuni. Karena Dimas adalah anak yang baik dan tidak sombong alangkah baiknya ia mengetuk bel terlebih dahulu.